Asparagus

Asparagus itu adalah suatu tanaman kebun tahunan yang menjadi anggota dari keluarga Lily (Liliaceae).

Meski terdapat sekitar 300 varietas asparagus yang telah tercatat, tapi hanya 20 varietas saja yang bisa dimakan.

Asparagus itu seringkali dianggap sebagai suatu sayuran mewah dan mahal untuk rasanya yang lezat dan teksturnya yang lembut.

Asparagus dipanen saat musim semi ketika berukuran 6 sampai 8 inchi.

Meski sebagian besar varietas dari asparagus itu berwarna hijau, tapi terdapat dua varietas lain yaitu putih dan ungu yang juga bisa dimakan.

Asparagus putih, dengan rasa yang lebih lembut dan tekstur yang lunak, itu tumbuh di bawah tanah untuk menghambat pengembangan kandungan chlorophyll-nya, sehingga terciptalah warna putih yang berbeda.

Asparagus putih itu ditemukan di dalam makanan kalengan, meski anda mungkin akan menemukannya dalam bentuk segar dibeberapa toko gourmet tertentu, dan umumnya lebih mahal dibanding asparagus hijau karena produksinya membutuhkan tenaga yang lebih banyak.

Varietas lain dari asparagus yang juga bisa dimakan adalah berwarna ungu. Bentuknya jauh lebih kecil dibanding varietas hijau atau putih (biasanya hanya 2 sampai 3 inchi) dan memiliki suatu rasa yang ber-aroma.

Varietas ungu ini juga menyediakan manfaat-manfaat dari phytonutrients yang disebut anthocyanins yang memberikannya warna ungu. Tapi saat dimasak terlalu lama, warna ungunya mungkin akan menghilang.

Apa yang Baru dan Bermanfaat Tentang Asparagus

  • Penelitian terbaru telah menegaskan nilai dari penyimpanan asparagus segar yang hati-hati dan kecepatan konsumsi. Kunci penemuan ilmiah di sini melibatkan tingkat respirasi. Sama seperti semua sayuran, asparagus itu tidak tiba-tiba "mati" saat dipetik, malainkan, terus terlibat dalam aktivitas metabolic.

Aktivitas metabolic ini menyertakan asupan oksigen, penguraian starches dan gula, dan pelepasan karbon dioksida. Kecepatan dimana proses ini terjadi itu biasanya disebut "tingkat respirasi." Jika dibandingkan dengan sebagian besar sayuran lain, asparagus itu memiliki suatu tingkat respirasi yang sangat tinggi.

Dengan tingkat pelepasan karbon dioksida 60 miligram per jam per 100 gram makanan (pada suatu suhu refrigerator 41°F), tingkat respirasi asparagus ini lima kali lebih tinggi dibanding tingkat respirasi untuk bawang dan kentang; tiga kali lebih tinggi dibanding lettuce dan tomat; dan dua kali lebih tinggi dibanding cauliflower dan avocado.

Tingkat respirasi asparagus yang sangat tinggi itu membuatnya lebih tahan lama dibanding sayuran lain, dan juga memperbesar kemungkinannya untuk kehilangan air, mengerut dan mengeras.

Dengan membungkus ujung-ujung dari asparagus dengan kertas lembab atau kain handuk, anda bisa membantu mengimbangi tingkat respirasi asparagus yang sangat tinggi selama penyimpanan di refrigerator.

Selain itu, asparagus sebaiknya di konsumsi dengan waktu sekitar 48 jam setelah pembelian.

  • Asparagus liar (Asparagus racemosus) itu adalah suatu spesies dari asparagus dengan suatu sejarah penggunaan yang panjang di India dan bagian-bagian lain dari Asia sebagai suatu obat botani.

Banyak sifat-sifat pengobatan dari asparagus liar itu yang telah dihubungkan dengan keberadaan phytonutrient di dalam akarnya, dan terutama satu jenis phytonutrient yang disebut saponins.

Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa spesies asparagus yang paling umum di konsumsi di Amerika (Asparagus officinalis) itu juga mengandung sapoinins, bukan cuma di dalam akarnya, tapi juga dibagian ujung-ujungnya.

Saponins yang ditemukan di dalam asparagus umum, sehari-hari itu menyertakan asparanin A, sarsasapogenin, dan protodioscin. Asparagus bahkan mengandung sejumlah kecil diosgenin - salah satu dari saponins yang paling banyak diteliti yang terutama banyak terdapat di dalam ubi kayu.

Saponins di dalam makanan telah berulangkali menunjukkan memiliki sifat-sifat anti-peradangan dan anti-kanker, dan asupan dari zat ini juga berhubungan dengan perbaikan tekanan darah, peningkatan pengaturan gula darah, dan pengontrolan level lemak darah yang lebih baik.

  • Anda mungkin pernah mendengar tentang dua makanan — chicory root and Jerusalem artichoke — yang sudah sangat dikenal sebagai makanan yang menyediakan manfaat-manfaat kesehatan bagi saluran pencernaan kita.

Manfaat-manfaat kesehatan tersebut melibatkan suatu area khusus dari pendukung pencernaan yang disebut "prebiotics" yang ditawarkan oleh suatu zat yang dikenal sebagai inulin.

Baik chicory root maupun Jerusalem artichoke banyak mengandung inulin, suatu jenis karbohidrat unik yang disebut polyfructan. Tidak seperti sebagian besar karbohidrat, inulin itu tidak diurai di dalam segment-segment pertama dari saluran pencernaan kita.

Inulin masuk ke dalam usus besar tanpa dicerna. Begitu tiba di susu besar, dia menjadi suatu sumber makanan yang ideal bagi jenis-jenis bakteri tertentu (misalnya Bifidobacteria dan Lactobacilli) yang berbuhungan dengan penyerapan gizi yang lebih baik, berkurangnya resiko alergi, dan berkurangnya resiko kanker usus.

Para peneliti saat ini tahu bahwa asparagus itu termasuk di dalam daftar makanan yang mengandung inulin.

Meski sekitar 5% lebih rendah dalam inulin dibanding chicory root dan Jerusalem artichoke, tapi asparagus itu adalah suatu makanan yang mengandung suatu jumlah yang berharga dari karbohidrat unik ini dan mungkin menyediakan manfaat-manfaat yang sama besar bagi saluran pencernaan kita.

Manfaat Asparagus Bagi Kesehatan

Manfaat Anti-Peradangan dan Anti-Oxidant

Tidak mengherankan untuk melihat asparagus digembar-gemborkan sebagai suatu makanan anti-peradangan karena asparagus menyediakan suatu kombinasi gizi-gizi anti-perdangan yang sangat unik.

Diantara gizi-gizi anti-peradangan tersebut adalah saponin-saponin dari asparagus, antara lain asparanin A, sarsasapogenin, protodioscin, dan diosgenin. Salah satu dari saponin (sarsasapogenin) ini telah menarik perhatian khusus dalam hubungannya dengan amyotrophic lateral sclerosis (ALS), atau yang dikenal juga sebagai "Lou Gehrig's Disease."

Meski ALS itu dikelompokkan sebagai suatu penyakit neurodegenerative kronis dan saat ini belum diterima sebagai suatu gangguan autoimmune, namun peradangan yang berlebihan itu mungkin memainkan suatu peran penting dalam kematian dari cell-cell syaraf tertentu (neuron-neuron motor) dalam ALS.

Gizi-gizi anti-peradangan lain di dalam asparagus itu antara lain flavonoid-flavonoid quercetin, rutin, kaempferol dan isorhamnetin. Selain phytonutrient anti-peradangan ini, asparagus juga menyediakan berbagai gizi antioxidant, termasuk vitamin C, beta-carotene, vitamin E, dan mineral-mineral zinc, manganese, dan selenium.

Selain gizi-gizi antioxidant diatas, sayuran yang banyak disukai ini juga cukup banyak mengandung antioxidant glutathione (GSH). GSH adalah salah satu dari antioxidant tubuh yang paling banyak dipelajari; GSH itu terdiri dari tiga asam amino — glutamic acid, glycine, and cysteine — yang tergabung ke dalam satu molekul.

Setidaknya ada satu studi yang mempublikasikan jumlah perkiraan GSH di dalam asparagus segar, yaitu rata-rata 28 miligram per 3,5 ons.

Beberapa studi telah membandingkan kapasitas antioxidant keseluruhan dari asparagus dengan kapasitas dari sayuran lain, dan hasil untuk asparagus itu mengesankan.

Asparagus dianggap lebih baik dibanding banyak sayuran cruciferous misalnya kubis dan kembang kol, dan meski asparagus dirangking lebih rendah dibanding beberapa sayuran berdaun hijau misalnya bayam, tapi dia masih tetap berada di posisi yang sangat tinggi dalam daftar makanan-makanan antioxidant.

Gizi-gizi anti-peradangan dan antioxidant itu adalah sebagian dari pengurang-pengurang resiko terbaik yang kita tahu untuk penyakit-penyakit kronis termasuk diabetes type 2 dan penyakit jantung. Gizi-gizi ini juga adalah pengurang resiko yang spesial dalam kasus kanker tertentu.

Mendukung Pencernaan

Seperti yang telah digambarkan diatas, asparagus itu adalah suatu makanan pendukung pencernaan yang tidak biasa. Salah satu faktor kunci mengenai hal ini adalah kandungan inulin-nya. Sama seperti chicory root dan Jerusalem artichoke, asparagus sangat banyak mengandung gizi inulin.

Inulin itu adalah suatu karbohidrat jenis unik yang disebut polyfructan, dan dalam istilah praktis, para praktisi perawatan kesehatan seringkali menyebutnya sebagai suatu "prebiotic." Tidak seperti karbohidrat umumnya, inulin tidak di cerna di segment-segment pertama dari saluran pencernaan kita.

Inulin memasuki usus besar dalam keadaan utuh tanpa dicerna. Begitu tiba di usus besar, inulin menjadi suatu sumber makanan yang ideal bagi bakteri jenis-jenis tertentu (misalnya Bifidobacteria dan Lactobacilli) yang berhubungan dengan penyerapan gizi yang lebih baik, pengurangan resiko alergi, dan resiko kanker usus.

Meski diperkirakan 5% lebih rendah dalam inulin dibanding chicory root dan Jerusalem artichoke, tapi asparagus itu adalah suatu makanan yang cukup banyak mengandung karbohidrat unik ini, dan bisa membantu mendukung kesehatan pencernaan kita dalam cara yang unik ini.

Selain mengandung inulin, asparagus itu kaya akan serat (sekitar 3 gram per cup, termasuk 2 gram serat insoluble dan 1 gram serat soluble) dan juga mengandung sejumlah protein (sekitar 4-5 gram per cup).

Baik serat maupun protein itu membantu menormalkan pencernaan kita dan menjaga makanan agar bergerak dengan kecepatan yang diharapkan. Sebaliknya, terlalu banyak lemak bisa menurunkan kecepatan, dan terlalu banyak gula atau simple starch bisa meningkatkan kecepatan pencernaan kita ketingkat yang tidak diharapkan.

Tidak mengherankan untuk melihat spesies-spesies asparagus misalnya Asparagus racemosus (Shatavari) yang dikenal memiliki suatu sejarah pemanfaatan yang panjang dalam pengobatan gangguan pencernaan dalam tradisi-tradisi perawatan kesehatan tertentu (misalnya ayurveda), dan masuk akal bagi kita jika asparagus itu dianggap sebagai suatu makanan yang sangat bagus untuk memperbaiki pencernaan dalam sebagian besar diet.

Kesehatan Jantung dan Pengaturan Gula Darah

Meski kita belum melihat studi-studi diet skala besar yang mengamati hubungan antara penyakit-penyakit kronis pada manusia dengan asupan asparagus, tapi kita bisa berharap untuk melihat asupan asparagus mampu mengurangi resiko dari penyakit kronis dalam dua area khusus, yaitu, penyakit jantung dan diabetes type 2.

Sementara ada beberapa penelitian awal di kedua area tersebut, namun kedua area ini memerlukan perhatian yang lebih dari para peneliti asparagus. Harapan kita untuk melihat lebih banyak lagi penelitian di area-area ini adalah di dasarkan pada beberapa faktor.

Faktor pertama adalah kandungan vitamin B yang mengagumkan dari asparagus. Dalam sistem rating makanan, asparagus termasuk sebagai suatu sumber yang sempurna untuk asam folat dan vitamin B1, dan suatu sumber yang sangat bagus untuk vitamin B2, vitamin B3 dan vitamin B6.

Asparagus juga mengandung vitamin-vitamin B choline, biotin, dan pantothenic acid. Karena vitamin-vitamin B itu memainkan suatu peran kunci dalam metabolisme gula dan starches, berarti vitamin-vitamin B itu kritis bagi pengaturan gula darah yang sehat.

Dan karena vitamin-vitamin B itu memainkan peran kunci dalam pengaturan homocysteine, berarti vitamin-vitamin B itu juga kritis bagi kesehatan jantung. (Homocysteine adalah suatu asam amino, dan saat mencapai level-level yang berlebihan di dalam darah, dia menjadi suatu faktor resiko yang kuat untuk penyakit jantung.)

Faktor yang kedua, selain daftar vitamin B nya yang mengesankan, asparagus juga menyediakan kita sekitar 3 gram serat diet per cup, termasuk lebih dari 1 gram serat soluble.

Asupan serat soluble itu berulangkali telah menunjukkan kemampuannya untuk menurunkan resiko dari penyakit jantung, dan resiko diabetes type 2 bisa diturunkan secara signifikan saat asupan serat diet kita meningkat.

Terakhir, terdapat faktor anti-peradangan/antioxidant. Penyakit jantung dan diabetes type 2 itu dianggap sebagai penyakit kronis yang berevolusi dalam hubungannya dengan peradangan dan oxidative stress yang kronis dan berlebihan.

Komposisi gizi anti peradangan dan antioxidant dari asparagus sepertinya akan mudah membuat kita untuk menyertakannya sebagai suatu pengurang resiko bagi kedua area penyakit kronis ini.

Kita berharap bahwa studi-studi dimasa depan akan memantapkan asparagus sebagai suatu pengurang resiko yang menonjol untuk gangguan-gangguan cardiovascular dan gula darah.

Manfaat-manfaat Anti-Kanker

Sebagai hasil dari komposisi gizi anti-peradangan dan antioxidant nya yang sangat kuat, kita pasti akan berharap untuk melihat suatu makanan seperti asparagus tampil sebagai suatu pengurang resiko untuk kanker-kanker tertentu.

Peradangan kronis, berlebihan dan oxidative stress kronis itu adalah faktor-faktor resiko untuk berbagai jenis kanker, dan kedua fenomena yang tidak di inginkan ini berhubungan dengan kekurangan asupan diet dari gizi-gizi anti-peradangan dan antioxidant, yaitu jenis gizi yang terutama banyak terdapat di dalam asparagus.

Sebagian besar studi yang sudah kami lihat mengenai manfaat-manfaat anti-kanker dari asparagus telah dipelajari pada tikus dan mice, atau studi-studi mengenai jenis cell-cell kanker tertentu.

Untuk alasan tersebut, kami ingin menggambarkan penelitian asparagus kanker sebagai penelitian pendahuluan, dan belum di validasi oleh studi-studi berskala besar yang melibatkan manusia dan asupan diet.

Tapi studi-studi pada hewan dan cell itu jelas - asparagus dan ekstrak asparagus bisa mengubah aktivitas metabolic dari cell jenis kanker, dan perubahan-perubahan ini bersifat melindungi dan berhubungan dengan pengaturan peradangan dan oxidative stress yang lebih baik. Menyangkut hal ini, cell-cell kanker dari liver adalah yang paling banyak diteliti.

Salah satu area yang membingungkan dari penelitian mengenai asparagus dan kanker itu melibatkan leukimia. Dan meski arena ini telah difokuskan pada enzim-enzim yang berhubungan dengan suatu asam amino di dalam asparagus, tapi kami rasa dengan menyertakan informasi mengenai hal itu disini akan menklarifikasi arena ini untuk anda, untuk berjaga-jaga seandainya anda sudah pernah mendapat informasi mengenai topik ini sebelumnya.

Leukemia adalah suatu jenis kanker yang melibatkan sumsum tulang dan produksi dari cell-cell darah putih. Dalam leukimia, cell-cell darah putih itu tidak diproduksi dengan cara yang normal dan tidak berperilaku dalam suatu cara yang normal, dan untuk alasan inilah cell-cell tersebut disebut cell-cell leukimia.

Satu aspek tidak biasa dari cell-cell leukimia adalah kebutuhannya untuk mendapatkan suatu asam amino yang disebut asparagine dari cell-cell lain atau dari porsi cairan dari darah. Jika cell-cell leukimia bisa dicegah agar tidak mendapatkan asparagine, mereka terkadang bisa sulit untuk bertahan.

Di pertengahan tahun 1950 dan 1960, para peneliti menemukan bahwa injeksi dari suatu enzim yang disebut asparaginase ke dalam orang yang menderita leukimia itu terkadang bisa menghasilkan penurunan dalam level asparagine di dalam darah dan merusak cell-cell leukimia melalui pembatasan asparagine.

Resep suntikan dari enzim-enzim asparaginase itu masih tetap digunakan dalam pengobatan acute lymphoblastic leukemia (ALL).

Asparagus telah menjadi terlibat dalam serangkaian kejadian yang melibatkan leukimia karena nama asam amino  "asparagine" dan nama enzim "asparaginase" itu jelas mengisyaratkan suatu adanya hubungan dengan asparagus.

Baik asam amino maupun enzim itu terdapat di dalam asparagus, seperti di isyaratkan oleh namanya. Namun, kami belum mengetahui adanya penelitian yang menunjukkan suatu hubungan pengobatan antara leukimia dengan asupan diet asparagus.

Satu-satunya penelitian yang pernah kami lihat melibatkan penyuntikan dari enzim obat murni, yang menggunakan resep. Selain itu, kami tahu bahwa perusahaan-perusahaan farmasi tidak menggunakan asparagus sebagai suatu sumber enzim asparaginase, melainkan hanya bergantung pada bakteri sumber-sumber produksi enzim mereka.

Sejarah Asparagus

Selama hampir 2000 tahun asparagus telah dihargai sebagai suatu kegemaran epicurean dan karena sifat-sifat pengobatannya. Penyebarab ke sebagian besar benua itu sebagian adalah karena spesiesnya yang berbeda-beda.

Sebagian dari spesies ini — misalnya Asparagus officinalis — itu banyak di budidayakan dan di konsumsi sebagai makanan utama. Spesies-spesies lain - misalnya Asparagus racemosus, yang banyak terdapat di India dan Himalaya -  telah di gunakan dalam suatu konteks yang lebih ke arah pengobatan.

Dalam kasus Asparagus racemosus, yang juga dikenal sebagai Shatavari, terdapat sejarah panjang mengenai pemanfaatannya dalam pengobatan Ayurveda, terutama dalam hubungannya dengan gangguan-gangguan pencernaan.

Berbagai spesies dari asparagus itu di budidayakan oleh kebudayaan-kebudayaan Mesir sejak 3000 tahun Sebelum Masehi, dan oleh kebudayaan-kebudayaan Eropa termasuk kebudayaan Yunani dan Roma.

Asparagus juga terutama menjadi populer di Prancis pada abad ke 18 selama masa pemerintahan Louis XIV. Dalam hal produksi komersil, China (587.500 tons) dan Peru (186.000 tons), saat ini adalah produsen dan eksportir terbesar di dunia. Berikutnya adalah Amerika (102.80 tons) dan Mexico (67.247 tons).

Cara Memilih dan Menyimpan Asparagus

Karena varietas asparagus yang paling umum tersedia di Amerika itu adalah yang berwarna hijau, maka kemungkinan besar anda akan menemukan varietas yang berwarna hijau di toko bahan pangan.

Namun, para petani asparagus itu bisa menggunakan varietas asparagus yang sama ini, menimbun tanah di bagian atas dari tunas-tunasnya saat asparagus mulai muncul ke permukaan, dan kemudian membiarkan bagian tunas ini untuk terus tumbuh dibawah tanah.

Proses tersebut mencegah sinar matahari untuk menyentuh tunas-tunas dan mengakibatkan tunas-tunas tersebut berwarna putih.

Meski kemungkinan besar anda akan menemukan asparagus putih dalam bentuk kalengan, tapi anda juga bisa menemukannya dalam bentuk segar di beberapa toko gourmet tertentu, dan umumnya lebih mahal di banding varietas berwarna hijau.

Varietas lain dari asparagus bisa berwarna ungu. Varietas ini biasanya memiliki kandungan gula yang lebih tinggi dibanding varietas hijau dan putih, dan untuk alasan ini memiliki rasa yang lebih manis. (Tentu, bahkan dengan kandungan gula yang lebih tinggi, asparagus bukanlah suatu makanan yang tinggi dalam gula. Kita sedang berbicara tentang 3 gram gula total per cup asparagus segar — kurang dari setengah dari jumlah gula yang terdapat di dalam suatu apel berukuran ekstra kecil.)

Tangkai asparagus seharusnya berbentuk bulat, dan tidak besar atau membelit. Carilah yang tangkainya kokoh, tipis berwarna hijau gelap atau keungu-unguan mendekati ujung-ujungnya. Ujung potongan seharusnya tidak terlalu berkayu, meski sedikit berkayu di bagian bawah itu untuk mencegah tangkai agar tidak mengering.

Begitu dipotong dan dimasak, asparagus kehilangan sekitar setengah dari berat totalnya. Gunakan asparagus dalam satu atau dua hari setelah pembelian untuk ras dan tekstur terbaik. Simpan di dalam lemari pendingin dengan ujung-ujungnya yang tertutup di dalam suatu kertas lembab.

Tips untuk Mempersiapkan Asparagus

Asparagus yang tipis tidak perlu dikupas. Asparagus dengan tangkai yang tebal seharusnya dikupas karena biasanya keras dan berserabut. Buang kulit terluar dibagian bawah tangkai (bukan di ujungnya) dengan menggunakan suatu pengupas sayuran. Cuci asparagus dengan air dingin untuk membuang sisa-sisa pasir atau tanah. Akan lebih baik untuk memasak asparagus dalam bentuk utuh.

Keprihatinan Individual

Berbeda dengan kepercayaan populer, orang-orang yang urine nya jadi sangat berbau setelah memakan asparagus itu tidak sedang berada dalam bahaya apapun akibat dari memakan sayuran ini.

Urine yang sangat berbau setelah mengonsumsi asparagus itu adalah suatu issue yang jauh lebih rumit dibanding yang mungkin anda kira. Beberapa studi di bidang ini telah gagal untuk mendapatkan penjelasan simple apapun mengenai fenomena asparagus dan urine berbau ini.

Dua faktor utama yang jelas terlibat di dalam asparagus dan urine berbau.

Faktor pertama adalah kemampuan seseorang untuk memproduksi zat-zat yang menebarkan bau dari asparagus. Terdapat sedikit kesepakatan diantara berbagai studi mengenai hal ini, terutama karena para peneliti tidak sepakat mengenai zat mana dari asparagus yang sebenarnya memproduksi bau. Setidaknya ada 21 zat yang telah diusulkan sebagai zat penghasil bau dari asparagus!

Sebagian studi mengindikasikan bahwa sangat sedikit orang yang memetabolisme asparagus dalam suatu cara yang menghasilkan zat-zat penebar bau. Studi-studi lain mengindikasikan bahwa dua dari setiap tiga orang akan memproduksi zat-zat seperti itu.

Faktor kedua yang terlibat dalam asparagus dan urine berbau itu adalah kemampuan seseorang untuk mencium bau. Dalam sebagian studi, 50% dari semua peserta studi tampak tidak mampu mencium bau di dalam urine dari asparagus.

Untuk membuat masalah jadi lebih rumit, tidak tampak adanya pola hubungan apapun antara kemampuan seseorang untuk memproduksi zat-zat penghasil bau dari asparagus dengan kemampuan seseorang untuk mencium bau yang berhubungan dengan asparagus.

Ada kemungkinan besar kecenderungan-kecenderungan genetik untuk terlibat dalam produksi dari bau yang berhubungan dengan zat-zat yang berasal dari asparagus, dengan persepsi mengenai zat-zat tersebut, tapi pendeteksian kecenderungan-kecenderungan genetik (disebut genetic polymorphisms) masih tetap tidak lengkap.

Namun, dalam kasus mengenai persepsi bau, sebagian penelitian itu mulai menunjuk pada satu nucleotide polymorphism, rs4481887, sebagai yang berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mencium baru dari zat-zat yang berasal dari asparagus.

Meski masih banyak misteri yang belum terungkap mengenai urine berbau dan asparagus, belum ada studi penelitian yang menyarankan suatu hubungan antara konsumsi asparagus, urine berbau, dan resiko kesehatan.

Belum ada studi yang mengindikasikan bahwa suatu urine yang sangat berbau dari asparagus itu adalah suatu alasan bagi kita untuk tidak menyertakan asparagus ke dalam diet, atau bahwa manfaat-manfaat kesehatan dari asparagus itu berubah dengan kehadiran atau ketiadaan urine yang berbau.

Jika anda mendeteksi suatu bau urine yang kuat setelah mengonsumsi asparagus, dan anda merasa khawatir mengenai bau ini, anda tentu bisa menghindari mengonsumsi asparagus di dalam diet anda. Tapi dari suatu sudut pandang penelitian, anda juga akan kehilangan manfaat-manfaat kesehatan dari makanan unik ini.

Zat-zat yang Berhubungan dengan Urine Berbau dari Asparagus:

  • methanethiol
  • 1-propene-3-isothiocyanate
  • 3-methylthiophene
  • bis-(methythio)methane
  • carbon disulfide
  • carbon oxide sulfide
  • dimethyl disulfide
  • dimethyl sulfide
  • dimethyl sulfone
  • dimethyl sulfoxide
  • dimethyl trisulfide
  • E-methylthio-1-propene
  • hydrogen sulfide
  • Methylpropylsulfide
  • S-methyl-2-propenthioate
  • S-methyl-thioacrylate
  • Tetrahydrothiophene
  • methanesulfonic anhydride
  • butyrolactone
  • 1,4-bis(methythio)-butane
  • S-methyl-3-(methythio)thiopropionate

Asparagus dan Purines

Asparagus mengandung zat-zat alami yang disebut purines. Purines itu umumnya di temukan di dalam tumbuhan, hewan, dan manusia. Pada sebagian orang yang rentan terhadap gangguan yang berhubungan dengan purine, asupan berlebihan dari zat ini bisa menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan.

Karena purine bisa di urai untuk membentuk uric acid, akumulasi purine yang berlebihan di dalam tubuh bisa mengarah pada akumulasi uric acid yang berlebihan.

Kondisi tersebut disebut "gout" atau encok dan pembentukan batu-batu ginjal dari uric acid itu adalah dua contoh dari gangguan-gangguan yang berhubungan dengan uric acid yang bisa berhubungan dengan asupan yang berlebihan dari makanan-makanan yang mengandung uric acid.

Untuk alasan ini, orang-orang yang memiliki masalah ginjal atau encok mungkin ingin membatasi atau menghindari asupan makanan-makanan yang mengandung purine misalnya asparagus.

Profil Gizi

Asparagus mengandung suatu array yang unik dari phytonutrient. Sama seperti chicory root dan Jerusalem artichoke, asparagus adalah suatu sumber penting untuk inulin, gizi pendukung pencernaan. Saponin-saponin anti-peradangannya antara lain asparanin A, sarsasapogenin, protodioscin, dan diosgenin.

Flavonoid di dalam asparagus antara lain quercetin, rutin, kaempferol dan isorhamnetin. Dalam kasus asparagus ungu, anthocyanins itu juga adalah salah satu dari phytonutrients asparagus yang unik.

Asparagus adalah suatu sumber yang sempurna untuk vitamin K anti-peradangan, folate yang menyehatkan jantung, vitamin B1, vitamin C, dan vitamin A (dalam bentuk beta-carotene) dan copper pembentuk tulang.

Asparagus itu adalah suatu sumber yang sangat bagus untuk vitamin B2 yang memproduksi energi, dan B3 juga fosfor; potassium yang menyehatkan jantung, vitamin B6 dan serat diet; vitamin E dan manganese peningkat antioxidant; dan protein pembentuk otot.