Vitamin Water-Soluble

Vitamin adalah zat-zat essensial yang dibutuhkan dalam jumlah kecil di dalam diet untuk fungsi normal, pertumbuhan, dan perawatan jaringan-jaringan tubuh.

Vitamin-vitamin water-soluble itu terdiri dari vitamin-vitamin B dan vitamin C.

Kecuali vitamin B6 dan B12, semua vitamin water-soluble itu segera dikeluarkan melalui urine tanpa disimpan dalam jumlah yang besar, sehingga konsumsi rutin itu diperlukan.

Secara umum vitamin water-soluble itu tidak beracun saat terdapat dalam jumlah yang melebihi kebutuhan, meski terdapat gejala-gejala pada orang yang mengonsumsi megadosis niacin, vitamin C, atau pyridoxine (vitamin B6).

Semua vitamin B berfungsi sebagai coenzim dan cofaktor, membantu dalam aktivitas dari enzim-enzim penting dan memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi untuk memproduksi energi secara normal.

Sehingga, kekurangan vitamin water-soluble manapun umumnya akan mempengaruhi pertumbuhan atau metabolime jaringan-jaringan misalnya kulit, darah, saluran pencernan, dan sistem syaraf.

Vitamin water-soluble itu mudah hilang jika dimasak terlalu berlebihan.

Thiamin (Vitamin B1)

Thiamin berfungsi sebagai coenzim thiamin pyrophosphate (TPP) di dalam metabolisme karbohidrat, dan dalam konduksi dengan impuls-impuls syaraf.

Kekurangan thiamin menyebabkan beri-beri, yang sering terlihat di belahan-belahan dunia dimana beras (putih) yang sudah dipoles atau tepung putih yang tidak diperkaya itu menjadi makanan utama. Terdapat tiga ekspresi dasar dari beri-beri: kanak-kanak, basah, dan kering.

Beri-beri kanak-kanak menghambat perkembangan pada bayi dan anak-anak. Beri-beri basah adalah bentuk klasik, dengan bengkak akibat retensi cairan (edema) di kaki bagian bawah yang menyebar ke tubuh bagian atas, mempengaruhi jantung dan mengarah pada gagal jantung.

Beri-beri kering mempengaruhi perangkat syaraf, awalnya menyebabkan sensasi kesemutan atau panas di kaki bagian bawah dan berlanjut ke penurunan syaraf, kehilangan otot, dan penurunan berat badan.

Kekurangan thiamin di Amerika Utara umumnya terjadi pada orang-orang yang mengonsumsi sangat banyak alkohol dan disebut sindrom Wernicke-Korsakoff. Ini dikarenakan oleh asupan makanan yang buruk dan oleh menurunnya penyerapan dan meningkatnya pembuangan yang disebabkan konsumsi alkohol.

Riboflavin (Vitamin B2)

Riboflavin itu stabil saat dipanaskan dalam suhu masak normal, kecuali makanan tersebut di expose ke radiasi ultraviolet (sinar matahari). Untuk mencegah kerusakan riboflavin, makanan-makanan yang banyak mengandung riboflavin misalnya susu, produk susu, dan sereal itu dibungkus dalam pembungkus yang tidak tembus cahaya.

Riboflavin adalah suatu komponen dari dua coenzim—flavin mononucleotide (FMN) dan flavin adenine dinucleotide (FAD)—yang bertindak sebagai pembawa hidrogen dan lemak yang digunakan untuk memproduksi energi. Riboflavin membantu dalam menjaga kesehatan mata dan rambut, kulit dan kuku, dan diperlukan untuk pertumbuhan cell.

Kekurangan riboflavin menyebabkan suatu kondisi yang dikenal sebagai ariboflavinosis, yang dicirikan oleh cheilosis (retak-retak disudut mulut), kulit yang bersisik, dan lidah yang pedih, memerah. Selain itu, katarak mungkin lebih sering terjadi dengan kekurangan riboflavin.

Suatu kekurangan dalam gizi ini biasanya adalah bagian dari kekurangan multigizi dan tidak terjadi secara sendirian.

Di Amerika Utara, hal ini paling banyak terjadi pada alkoholik, para manula dengan income rendah dan depresi, dan orang-orang dengan kebiasaan makan yang buruk, terutama mereka yang banyak mengonsumsi makanan yang sudah sangat banyak mengalami pemrosesan dan makanan cepat saji serta mereka yang tidak mengonsumsi susu dan produk susu.

Tidak seperti vitamin-vitamin fat-soluble, vitamin-vitamin water-soluble itu mudah hilang selama proses memasak dan pengolahan. Tubuh tidak menyimpan sebagian besar vitamin water soluble dalam jumlah yang berlebihan, sehingga makanan yang mengandungnya harus dikonsumsi secara rutin.

Niacin (Vitamin B3)

Niacin ada dalam dua bentuk, yaitu nicotinic acid dan nicotinamide. Kedua bentuk itu bisa segera diserap dari lambung dan usus kecil. Niacin itu disimpan dalam jumlah yang kecil di dalam liver dan ditransfer ke jaringan-jaringan, dimana dia diubah menjadi bentuk-bentuk coenzim.

Semua niacin yang berlebihan itu dibuang melalui urine. Niacin itu adalah salah satu vitamin B yang paling stabil. Dia tahan terhadap panas dan cahaya, dan kedua jenis lingkungan, baik asam maupun alkali.

Tubuh manusia mampu mengubah amino acid tryptophan menjadi niacin jika diperlukan. Namun, saat keduanya, tryptophan dan niacin itu tidak terseda dalam jumlah yang cukup, maka tryptophan digunakan untuk mensintesa protein.

Ada dua bentuk coenzim dari niacin: nicotinamide adenine dinucleotide (NAD+) dan nicotinamide adenine dinucleotide phophate (NADP+). Keduanya mengurai dan memanfaatkan protein, lemak, dan karbohidrat untuk dijadikan energi. Niacin itu essensial bagi pertumbuhan dan terlibat di dalam sintesa hormon.

Penyakit Pellagra disebabkan oleh suatu kombinasi kekurangan niacin dan tryptophan. Kekurangan jangka panjang akan mengarah pada disfungsi sistem syaraf yang berbentuk kebingungan, apathy, disorientasi, dan akhirnya coma serta kematian.

Penyakit Pellagra jarang terlihat di negara-negara industrialis, dimana penyakit ini mungkin terjadi pada orang-orang yang menderita gangguan tryptophan metabolism (Hartnup's disease) yang langka, alkoholik, dan mereka yang menderita penyakit yang mempengaruhi asupan makanan.

Asupan yang direkomendasikan itu diekspresikan dalam satuan milligrams of niacin equivalents (NE) untuk jumlah niacin yang disintesa dari tryptophan.

Nicotinic acid dosis tinggi 1,5 sampai 2 gram per hari bisa mengurangi level kolesterol dan triglyceride, bersama dengan diet dan olahraga bisa memperlambat perkembangan penyakit jantung. Bentuk nicotinamide dari niacin di dalam multivitamin dan tablet B-complex tidak bekerja untuk tujuan ini.

Supplementasi seharusnya diberikan dibawah pengawasan seorang dokter.

Pantothenic Acid (Vitamin B5)

Pantothenic acid itu stabil dalam panas lembab. Dia rusak oleh cuka (asam), baking soda (alkali), dan panas kering. Kehilangan signifikan terjadi selama pengolahan dan penghalusan makanan.

Pantothenic acid dilepaskan dalam bentuk coenzim A dari makanan ke dalam usus kecil. Setelah penyerapan, dia dikirimkan ke jaringan-jaraingan, dimana coenzim A di sintesa ulang.

Coenzim A itu essensial untuk pembentukan energi, sama seperti adenosine triphosphate (ATP) dari karbohidrat, protein, alkohol dan lemak. Coenzim A itu juga penting dalam sintesa asam-asam lemak, kolesterol, steroid, dan neurotransmitter acetylcholine, yang essensial bagi transmisi impuls-impuls syaraf ke otot-otot.

Kekurangan asupan terjadi bersamaan dengan kekurangan vitamin-vitamin B lain. Dalam studi-studi, kekurangan eksperimental yang dipicu pada manusia mengakibatkan sakit kepala, keletihan, terganggunya koordinasi otot, kramp perut, dan muntah.

Biotin (Vitamin B8)

Biotin itu adalah vitamin B yang paling stabil. Dia biasanya ditemukan dalam dua bentuk: vitamin bebas dan coenzim pengikat protein yang disebut biocytin. Biotin itu diserap di dalam usus kecil dan membutuhkan pencernaan oleh enzim biotinidase, yang terdapat di dalam usus kecil.

Biotin itu disintesa oleh bakteri di dalam usus besar, tapi penyerapannya itu masih diragukan. Coenzim-coenzim yang mengandung biotin berpartisipasi dalam reaksi-reaksi kunci yang memproduksi energi dari karbohidrat dan sintesa asam-asam lemak serta protein.

Avidin adalah suatu protein di dalam putih telur, yang bisa mengikat biotin di dalam lambung dan mengurangi penyerapannya. Karenanya, konsumsi putih telur mentah itu bisa mengakibatkan kekurangan biotin. Namun, putih telur yang dimasak akan menghancurkan avidin.

Defisiensi mungkin terjadi pada bayi-bayi yang terlahir dengan suatu cacat genetik yang mengakibatkan penurunan dalam level biotinidase. Di masa lalu, defisiensi biotin itu terjadi pada bayi-bayi yang diberikan formula yang kekurangan biotin, sehingga saat ini biotin ditambahkan ke formula bayi dan makanan-makanan bayi lainnya.

Vitamin B6

Vitamin B6 ada dalam tiga bentuk: pyridoxal, pyridoxine, and pyridoxamine. Semua bentuk bisa dikonversi menjadi coenzim vitamin B6 aktif di dalam tubuh. Pyridoxal phosphate (PLP) adalah bentuk aktif secara biologis yang dominan.

Vitamin B6 itu tidak stabil dalam panas atau kondisi alkaline, sehingga memasak dan memproses makanan akan mengurangi kandungannya di dalam makanan.

Baik bentuk coenzim maupun bentuk bebas itu diserap di dalam usus kecil dan ditransport ke liver, dimana mereka di phosphorylated dan dilepaskan ke dalam sirkulasi, mengikat ke albumim untuk ditransport ke jaringan-jaringan. Vitamin B6 itu disimpan di dalam otot dan hanya dikeluarkan melalui urine saat asupan itu berlebihan.

PLP berpartisipasi dalam sintesa asam amino dan interkonversi dari beberapa asam amino. Dia mengkatalisasi suatu tahap di dalam sintesa hemoglobin, yang dibutuhkan untuk mentranspor oksigen di dalam darah. PLP membantu menjaga level gula darah dengan memfasilitasi pelepasan glucose dari liver dan glycogen dari otot.

Dia juga berperan dalam sintesa dari berbagai neurotransmitters yang penting bagi fungsi otak. Ini mengarahkan sebagian dokter untuk meresepkan megadosis vitamin B6 pada pasien yang menderita gangguan-gangguan psikologis misalnya deperesi dan mood swings, dan pada sebagian wanita yang mengalami premenstrual syndrome (PMS).

Namun, masih belum jelas apakah terapi tersebut efektif. PLP berpartisipasi dalam pengubahan asam amino tryptophan menjadi niacin dan membantu menghindari kekurangan niacin. Pyridoxine mempengaruhi sistem immune, juga essensial untuk penbentukan suatu jenis cell darah putih.

Orang-orang yang beresiko kekurangan vitamin B6 antara lain alkoholik dan para manula yang mengonsumsi suatu diet yang tidak seimbang. Orang-orang yang mengonsumsi obat-obatan untuk penyakit Parkinson atau TBC mungkin membutuhkan vitamin B6 ekstra dengan pengawasan dokter.

Carpal tunnel syndrome, yaitu suatu gangguan syaraf pergelangan tangan, juga telah dirawat dengan dosis harian yang besar. Namun, data mengenai efektivitasnya masih bertentangan.

Folic Acid, Folate, Folacin (Vitamin B9)

Folacin atau folate, seperti yang biasanya disebut, adalah bentuk vitamin B9 yang ada secara natural di dalam makanan, dimana folic acid itu adalah bentuk sintetis tambahan bagi makanan-makanan yang diperkaya dan supplement-supplement.

Kedua bentuk diserap di dalam usus kecil dan disimpan di dalam liver. Namun bentuk folic acid itu diserap lebih efisien dan tersedia bagi tubuh. Saat dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, kedua bentuk ini dikeluarkan dalam urine dan mudah rusak oleh panas, oksidasi dan cahaya.

Semua bentuk dari vitamin ini siap untuk dikonversi menjadi bentuk coenzim yang disebut tetrahydrofolate (THFA), yang memainkan peranan kunci dalam mentransfer unit-unit methyl satu karbon selama sintesa DNA dan RNA, dan dalam interkonversi dari asam-asam amino.

Folate juga memainkan suatu peranan penting dalam mensintesa neurotransmitters. Dengan memenuhi kebutuhan folate itu bisa meningkatkan mood dan fungsi-fungsi mental.

Kekurangan folate itu adalah salah satu kekurangan vitamin yang paling umum. Gejala-gejala awal itu tidak spesifik dan antara lain keletihan, mudah marah, dan kehilangan nafsu makan.

Kekurangan folate yang parah mengarah pada macrocytic anemia, suatu kondisi dimana cell-cell di dalam tulang rasam tidak bisa membelah secara normal, dan cell-cell darah merah tetap berada dalam suatu bentuk besar tidak matang yang disebut macrocytes.

Cell-cell besar yang tidak matang tersebut juga tampak disepanjang saluran pencernaan, mengakibatkan nyeri lambung dan diare.

Kehamilan adalah suat masa multiplikasi cell yang pesat dan sintesa DNA, yang meningkatkan kebutuhan akan folate.

Kekurangan folat mungkin mengarah pada cacat-cacat neural tube misalnya spina bifida (kegagalan tulang bekalang untuk menutup dengan benar selama bulan pertama dari masa kehamilan) dan anencephaly (penutupan neural tube selama pengembangan janin, mengakibatkan tidak terbentuknya sebagian tulang tengkorak).

70% dari cacat-cacat ini bisa dihindari dengan status folate yang cukup sebelum pembuahan, dan dianjurkan bagi semua wanita yang berusia subur untuk mengonsumsi minimal 400 micrograms (μg) folic acid setiap dari dari makanan-makanan yang diperkaya dan supplement.

Kelompok-kelompok lain yang beresiko adalah para manula dan orang-orang yang menderita alkoholik atau mengonsumsi obat-obatan resep tertentu.

Vitamin B12

Vitamin B12 itu ditemukan dalam bentuk vitamin bebas, yang disebut cyanocobalamin, dan dalam dua bentuk coenzim aktif. Penyerapan vitamin B12 membutuhkan kehadiran intrinsic factor, yaitu suatu protein yang disintesa oleh cell-cell penghasil asam di lambung.

Vitamin ini diserap dibagian terminal dari usus kecil yang disebut ileum. Sebagian besar supply vitamin B1 di dalam tubuh itu disimpan di dalam liver.

Vitamin B12 itu disimpan secara efisien di dalam tubuh, karena sebagian besar dikeluarkan ke dalam empedu dan diserap kembali. Ini menjelaskan perkembangan defesiensi yang lambat (sekitar dua tahun) pda orang-orang yang mengurangi asupan atau penyerapan.

Vitamin B12 itu stabil saat dipanaskan dan kehilangan aktivitasnya saat di expose ke cahaya, oksigen, dan lingkungan yang asam atau alkaline.

Coenzim-coenzim vitamin B12 membantu mendaur ulang coenzim-coenzim folate yang terlibat di dalam sintesa DNA dan RNA, dan dalam bentukan normal cell-cell darah merah. Vitamin B12 mencegah degenerasi myelin sheaths yang melapisi syaraf-syaraf dan membantu konduktivitas elektris normal diseluruh syaraf.

Defisiensi vitamin-B12 itu mengakibatkan pernicious anemia, yang disebabkan oleh suatu masalah genetik dalam produksi intrinsic factor. Saat ini terjadi, fungsi folate terganggu, mengarah ke macrocytic anemia karena campur tangannya di dalam sintesa normal DNA.

Tidak seperti defisiensi folate, anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 itu ditemani dengan gejala-gejala degenerasi syaraf, yang jika dibiarkan bisa mengakibatkan kelumpuhan dan kematian.

Karena vitamin B12 itu disimpan dengan baik di dalam tubuh, maka sulit untuk menjadi kekurangan dari faktor diet saja, kecuali seseorang itu adalah seorang vegan yang ketat dan mengonsumsi suatu diet yang sama sekali melarang telur dan dairy selama beberapa tahun.

Defisiensi itu biasanya terjadi saat penyerapan B12 itu terganggu oleh penyakit atau pembedahan pada lambung atau ileum, kerusakan pada gastric mucosa akibat alkoholik, atau penggunaan obat-obatan anti-bisul yang terlalu lama sehingga mempengaruhi pengeluaran intrinsic factor.

Penurunan produksi asam lambung yang berhubungan dengan usia juga mengurangi penyerapan B12 pada manula. Kelompok ini dianjurkan untuk mengonsumsi makanan-makanan yang diperkaya atau vitamin B12 dalam bentuk supplement.

Choline

Selama bertahun-tahun, choline tidak dianggap sebagai suatu vitamin karena tubuh bisa memproduksinya dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dari sebagian besar kelompok usia. Namun, penelitian saat ini menunjukkan bahwa produksi choline di dalam tubuh itu tidak cukup untuk menutupi kebutuhan.

Choline tidak dianggap sebagai vitamin B karena tidak memiliki suatu fungsi coenzim dan jumlahnya di dalam tubuh itu lebih besar dibanding vitamin-vitamin B lain.

Choline bukan cuma membantu menjaga integritas struktural dari selaput-selaput yang melingkupi setiap cell di dalam tubuh, tapi juga berperan dalam pengiriman sinyal syaraf, transport kolesterol, dan metabolisme energi.

Suatu "angka kecupukan" adalah 550 miligram per hari untuk pria dan 425 miligram per hari untuk wanita. Choline itu banyak ditemukan di dalam makanan, jadi kecil kemungkinan bahwa suatu defisiensi asupan akan terjadi.

Vitamin C (Ascorbic Acid)

Di tahun 1746, James Lind, seorang dokter Inggris, melakukan percobaan nutrisi yang pertama kali pada manusia dalam suatu usaha untuk menemukan penyembuh bagi penyakit scurvy. Namun, baru setelah 200 tahun kemudian, ascorbic acid, atau vitamin C, itu ditemukan.

Vitamin C berpartisipasi di banyak reaksi dengan mendonasikan elektron-elektron sebagai atom-atom hidrogen.

Dalam suatu reaksi pengurangan, elektron di dalam atom hidrogen disumbangkan oleh vitamin C dengan partisipasi dari molekul-molekul lain, membuat vitamin C sebagai suatu agent pengurang, essensial bagi aktivitas dari banyak enzim.

Dengan menetralisir radikal-radikal bebas, vitamin C mungkin mengurangi resiko penyakit jantung, bentuk-bentuk kanker tertentu, dan katarak.

Vitamin C itu dibutuhkan untuk membentuk dan mempertahankan collagen, yaitu suatu protein berserabut yang memberikan kekuatan pada jaringan-jaringan konektif di dalam kulit, tulang, tulang rawan, gigi dan sendi. Collagen itu juga dibutuhkan untuk menyembuhkan luka.

Saat ditambahkan ke dalam masakan, vitamin C meningkatkan penyerapan zat besi dari makanan-makanan berbasis tanaman di dalam usus.

Konsentrasi vitamin C yang tinggi di dalam cell-cell darah putih membuat sistem kekebalan tubuh bisa berfungsi dengan benar, yaitu dengan cara menyediakan perlindungan terhadap kerusakan oxidative oleh radikal-radikal bebas yang terbentuk selama aksi-aksi melawan infeksi bakteri, virus, atau jamur.

Vitamin C juga mendaur ulang vitamin E yang teroksidasi untuk digunakan kembali oleh cell-cell, dan membantu mengonversi folic acid ke bentuk aktifnya (THF). Vitamin C membantu mensintesa carnitine, adrenaline, epinephrine, neurotransmitter serotonin, thyroid hormone thyroxine, asam-asam empedu, dan hormon-hormon steroid.

Defisiensi vitamin C menyebabkan perubahan-perubahan jaringan konektif yang menyebar ke seluruh tubuh. Defisiensi mungkin terjadi pada orang-orang yang jarang makan buah dan sayuran, mengikuti diet-diet yang ketat, menyalah gunakan alkohol dan obat-obatan. Para perokok juga memiliki status vitamin C yang lebih rendah.

Supplementasi mungkin diberikan oleh dokter untuk mempercepat penyembuhan bedsores, bisul-bisul pada kulit, keretakan-keretakan, luka bakar dan setelah pembedahan.

Para peneliti telah menunjukkan bahwa dosis 1 gram per hari itu mungkin memiliki efek-efek kecil pada durasi dan keparahan dari demam umum, tapi bukan untuk pencegahannya.