Vitamin D
Apa yang bisa di lakukan oleh makanan yang tinggi vitamin D untuk anda?
- Membantu mengoptimalkan metabolisme kalsium
- Membantu mengoptimalkan metabolisme fosfor
- Membantu mencegah diabetes type 2, insulin resistance, tekanan darah tinggi, serangan jantung, gagal jantung congestive, dan stroke
- Membantu mencegah penurunan dan melemahnya otot
- Membantu mencegah osteoporosis sambil mempertahankan integritas tulang
- Membantu mengatur aktivitas insulin dan keseimbangan gula darah
- Membantu mengatur respon-respon sistem immune
- Membantu mengatur komposisi otot dan fungsi otot
- Membantu mengatur tekanan darah
- Menurunkan resiko peradangan berlebihan
- Menurunkan resiko dari beberapa infeksi bakterial
- Mendukung fungsi kognitif, terutama pada manula
- Mendukung stabilitas mood, terutapa pada manula
- Membantu mencegah keletihan kronis
- Membantu mencegah jenis-jenis kanker berikut ini: kantung kemih, payudara, usus, ovarian, prostat, dan rectal
Kejadian-kejadian apa yang bisa mengindikasikan suatu kebutuhan untuk memperbanyak memakan makanan yang tinggi dalam vitamin D?
- Nyeri otot dan melemahnya otot-otot
- Sering terjatuh, terutama pada manula
- Nyeri tulang, sering patah tulang, atau melemahnya tulang
- Pertumbuhan yang terhambat pada anak-anak
- Asthma pada anak-anak (terutama asthma berat)
- Melemahnya fungsi kognitif, terutama pada manula
- Menurunnya kekebalan tubuh
- Kurang energi dan keletihan kronis
- Depresi, terutama pada manula
- Timbulnya suatu penyakit autoimmune
- Kurang terpapar ke sinar matahari karena suatu alasan, termasuk geography, penggunaan tabir surya, atau mengenakan pakaian pelindung
Makanan sumber dari vitamin D antara lain sardine, susu sapi, susu kambing, shiitake mushrooms, dan Telur. Diantara ikan salmon, ikan yang hidup liar itu rata-rata memilki vitamin D yang jauh lebih banyak di banding ikan yang diternakkan secara non-organik.
Apa itu vitamin D?
Sampai tahun 1990-an, jawban untuk pertanyaan ini akan cukup simple: vitamin D adalah vitamin fat-soluble (larut dalam lemak) yang diperlukan untuk mencegah suatu penyakit tulang pada anak-anak yang disebut "rakhitis."
Studi-studi sebelumnya sejak awal 1800-an telah menetapkan bahwa cod liver oil membantu untuk mencegah dan menyembuhkan masalah-masalah tertentu dalam pengembangan tulang pada anak-anak.
Di awal 1900-an, sebuah zat yang disebut "fat-soluble factor D" itu di isolasi dari cod liver oil, dan faktor ini ternyata adalah vitamin yang saat ini kita sebut sebagai "vitamin D."
Penyelidikan ilmiah mengenai rakhitis membantu menetapkan peranan dari sinar matahari dalam memberikan kita vitamin D, dan juga membantu menetapkan peran dari vitamin D dalam kesehatan tulang.
Namun, dimulai pada pertengahan 1900-an, pemahaman kita mengenai vitamin D mulai berubah secara dramatis. Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa 15 tahun terakhir telah membawa suatu revolusi dalam pemahaman kita mengenai vitamin ini!
Kita sekarang tahu bahwa vitamin D itu bukan sekedar fat-soluble vitamin yang diperlukan untuk kesehatan tulang, melainkan juga sebuah hormon. Saat suatu zat berfungsi seperti sebuah vitamin, dia berpartisipasi dan mengatur metabolisme kita, membuatnya bisa berfungsi secara normal.
Dan itulah yang dilakukan oleh vitamin D: dia membantu mengatur pengembangan tulang, fungsi otot, fungsi immune, aktivitas insulin, keseimbangan kalsium, dan keseimbangan fosfor.
Sama seperti estrogen dan cortisol, ada receptor-receptor untuk vitamin D (disebut VDRs, atau Vitamin D Receptors) pada selaput-selaput cell dari sebagian besar jenis cell di dalam tubuh.
Bukannya sekedar memainkan suatu peran metabolic yang sangat terbatas dalam hubungannya dengan kesehatan tulang, vitamin D mengambil semua peran dalam berbagai aspek dari kesehatan kita, menurut penelitian yang dilakukan selama 15 tahun terakhir.
Terdapat dua jenis dasar dari vitamin D. Ergosterol adalah pondasi dasar dari vitamin D di dalam tanaman. Kolesterol adalah pondasi dasar dari vitamin D di dalam tubuh manusia.
Saat sinar ultraviolet dari matahari menyentung daung dari suatu tanaman, ergosterol itu dikonversi menjadi ergocalciferol, atau ditamin D2.
Dalam cara yang sama, saat sinar matahari menyentuh cell-cell kulit kita, suatu bentuk dari kolesterol yang di temukan di dalam cell-cell kulit kita—disebut 7-dehydrocholesterol—bisa dikonversi menjadi cholecalciferol, suatu bentuk vitamin D2.
Revolusi dalam pemahaman kita mengenai vitamin D telah mengarah pada penelitian mendalam mengenai vitamin D2 dan D3, dan sebagian besar peneliti berpendapat bahwa vitamin D3 itu adalah pertaruhan kita yang terbaik saat melakukan supplementasi dengan vitamin D.
Bahkan, ditahun 2006, the American Journal of Clinical Nutrition berpendapat bahwa vitamin D2 seharusnya tidak lagi dianggap sebagai suatu gizi "yang cocok untuk fortifikasi atau supplementasi," karena keutamaan-keutamaan hormonal yang kuat dari vitamin D3.
Dalam kehidupan suatu tanaman, bentuk ergocalciferol dari vitamin D2 berfungsi untuk mencapai tujuan yang paling dihasratkan untuk zat ini. Namun, dalam kehidupan seorang manusia, cholecalciferol itu bukanlah bentuk final dari vitamin ini.
Agar tubuh bisa mendapatkan bentuk yang benar-benar aktif dari vitamin D3, metabolisme lebih lanjut itu diperlukan. Suatu langkah awal melibatkan konversi dari cholecalciferol untuk menjadi hydroxyvitamin D, disebut juga 25-hydroxyvitamin D atau 25(OH)D.
Hydroxyvitamin D bisa dibentuk di dalam liver, ginjal, paru-paru, kulit, prostat, otak, lapisan saluran darah, dan cell-cell macrophage dari sistem immune. Sebuah enzim yang disebut CYP27A1 itu diperlukan untuk pembentukan dari hydroxyvitamin D.
Suatu langkah kedua melibatkan konversi dari hydroxyvitamin D menjadi dihydroxyvitamin D (disebut juga 1,25-dihydroxyvitamin D atau 25(OH)2D).
Langkah kedua tersebut bisa mengambil tempat di dalam paru-paru, otak, liver, perut, limpa, ginjal, usus, thymus, lymph nodes, kulit, plasenta, dan cell-cell monocyte serta dendritic dari sistem immune. Suatu enzim yang disebut CYP27B1 itu diperlukan untuk pembentukan dihydroxyvitamin D.
Dihydroxyvitamin D (satu-satunya bentuk hormonal aktif dari vitamin D) tidak bertahan untuk waktu yang sangat lama di dalam tubuh. Jangka hidup dari hormon ini antara 2-3 minggu. Untuk alasan ini, kebutuhan-kebutuhan vitamin D itu harus kita penuhi pada suatu basis yang cukup rutin.
Penting untuk dicatat bahwa pemahaman kita yang revolusioner mengenai vitamin D sebagai suatu hormon yang ditemukan dalam berbagai jenis cell dan bertanggung jawab untuk mengatur berbagai jenis proses physiologic juga telah membawa kita ke suatu pemahaman baru mengenai berapa banyak yang kita butuhkan.
Ada suatu kesimpulan yang pasti di sini: kita memerlukan yang jauh lebih banyak dibanding yang pernah kita duga sebelumnya.
Saat para peneliti telah membatasi penelitian mereka mengenai vitamin D untuk kesehatan tulang dan rakhitis, mereka telah sampai pada suatu ketentuan klinis tentang 15-20 ng/mL of vitamin D di dalam darah kita untuk menjaga kita agar tetap sehat.
Begitu penelitian mengenai vitamin D telah dikembangkan untuk menyertakan kesehatan otot, kesehatan immune, dan aspek-aspek lain dari fungsi vitamin D, level 15-20 ng/mL di dalam darah itu sangat jelas tidak cukup.
Penelitian segera menunjukkan bahwa level 30-50 ng/mL di dalam darah itu diperlukan untuk mendukung fungsi-fungsi kesehatan lainnya ini. Dengan kata lain, pemahaman kita mengenai "vitamin D normal" telah berubah total!
Level-level darah kita memerlukan sekitar dua kali lebih banyak dibanding perkiraan awa, dan butuh asupan vitamin D yang jauh lebih banyak dibanding yang awalnya kita perkirakan untuk mencapai level-level darah yang lebih tinggi tersebut.
Apa Fungsi dari Vitamin D?
Fungsi-fungsi hormonal dari vitamin D antara lain mengatur kesehatan tulang, mengatur kesehatan otot (termasuk otot skeletal dan jantung), mengatur respon immune, mengatur insulin dan gula darah, dan mengatur metabolisme kalsium serta fosfor.
1. Mengatur Kesehatan Tulang, Kalsium, dan Fosfor
Komposisi tulang melibatkan berbagai jenis zat, termasuk protein-protein collagen, protein-protein keratin, dan berbagai mineral termasuk silicon, boron, dan magnesium.
Tapi dua komponen kritis tulang itu adalah mineral kalsium dan fosfor. Mineral-mineral ini membantu membentuk zat bagian terbesar yang disebut hydroxyapatite, yang jumlahnya lebih dari setengah dari semua komposisi tulang.
Pentingnya hydroxyapatite di dalam tulang menempatkan suatu premi pada metabolisme kalsium dan fosfor dan jalur keluar masuk keduanya dari dan ke dalam tubuh.
Sementara kesehatan tulang itu diatur oleh berbagai zat di dalam tubuh—termasuk hormon pertumbuhan, testosterone, dan estrogen—pentingnya kalsium dan fosfor di dalam kesehatan tulang itu juga point-point untuk kepentingan spesial dari dua pengatur kesehatan tulang, yaitu parathyroid hormone (PTH) dan vitamin D.
Adalah tugas dari kelenjar-kelenjar parathyroid untuk memproduski PTH setiap
kali level kalsium darah kita menjadi terlalu rendah. Saat itu terjadi, PTH
memicu pelepasan kalsium untuk tulang kita agar bisa kembali meningkatkan level
darah ke posisi normal.
PTH juga memicu ginjal-ginjal kita untuk mempertahankan lebih banyak kalsium
(menjaganya agar tersedia untuk saluran darah kita) dan mengeluarkan lebih
banyak lagi fosfor (sehingga membantu menciptakan suatu rasio kalsium yang lebih
menguntungkan untuk fosfor di dalam darah kita).
Namun, jika ada terlalu banyak PTH yang dilepaskan dari kelenjar-kelenjar parathyroid, maka kita mungkin akan berakhir dengan membuang terlalu banyak kalsium dari tulang dan meninggalkannya terlalu banyak di dalam saluran darah kita, yang bisa mengganggu kesehatan tulang dan cardiovascular kita.
Penelitian menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D itu menjadi faktor resiko untuk produksi yang berlebihan dari PTH dan level yang optimal dari vitamin D itu berhubungan dengan fungsi parathyroid yang sehat (level-level PTH yang diharapkan).
Sama seperti PTH, vitamin D membantu usus-usus untuk menyerap lebih banyak kalsium dari darah kita, dan juga membantu ginjal-ginjal kita untuk menahan kalsium. Tapi tidak seperti PTH, vitamin D juga membantu ginjal untuk mempertahankan fosfor.
Dua hormon bekerja sama dalam usaha untuk memastikan keseimbangan yang tepat dari kalsium dan fosfor di dalam saluran darah dan tulang-tulang kita. Yang menarik, PTH "tahu" bahwa dia harus berpartner dengan vitamin D karena memicu pengubahan dari hydroxyvitamin D menjadi dihydroxyvitamin D (bentuk aktif secara hormon).
2. Mengatur Fungsi Immune
Akan sangat sulit untuk terlalu melebih-lebihkan pentingnya penemuan-penemuan terbaru tentang vitamin D dan sistem immune.
Peranan vitamin D dalam mengatur immune telah merevolusi penelitian dibidang ini sampai ke tingkat yang tidak mungkin untuk menyelidiki suatu penyakit autoimmune tanpa mempertimbangkan kemungkinan peran dari vitamin D.
Pernyataan ini memegang kebenaran untuk kondisi-kondisi kesehatan misalnya rheumatoid arthritis, multiple sclerosis, Crohn's disease, systemic lupus erythematosus, dan sejumlah besar penyakit autoimmune lainnya.
Penemuan tentang peranan kritis dari vitamin D dalam fungsi immune itu dibantu oleh penemuan receptor-receptor vitamin D pada cell-ceall macrophage dan dendritic dri sistem immune dalam 15 tahun terakhir.
Begitu terpicu oleh vitamin D, cell-cell macrophage itu mampu melepaskan peptideantibacterial peptides (bagian dari protein) misalnya cathelicidin, dan protein-protein antibacterial ini memainkan suatu peranan kritis dalam pencegahan infeksi dari sistem immune.
Ketertarikan khusus pada bidang ini telah dibpengaruhi oleh Mycobacterium tuberculosis (penyebab TBC) dan Mycobacterium leprae (penyebab lepra). Kekurangan vitamin D telah muncul sebagai suatu faktor resiko yang jelas untuk penyakit-penyakit ini.
Penyakit-penyakit autoimmune masih tetap menjadi suatu bidang yang sangat aktif dari penelitian vitamin D. Dalam penelian-penelitian terbaru mengenai multiple sclerosis, misalnya, para dokter bereksperimen dengan vitamin D dengan dosis mencapai 40.000 IU.
Dan dalam penelitian mengenai rheumatoid arthritis, dosis yang mencapai 100.000 IU itu sedang digunakan dalam beberapa percobaan klinis. (Untuk mendapatkan beberapa perspektif mengenai level-level supplementasi vitamin D ini, mereka bisa membandingkan dengan rekomendasi-rekomendasi Dietary Reference Intake untuk vitamin D bagi orang dewasa, yang berkisar antara 200-600 IU.)
3. Mengatur Kesehatan Tekanan Darah dan Cardiovascular
Vitamin D memegang suatu peranan langsung dalam mengatur tekanan darah kita dengan menghambat aktivitas dari suatu sistem yang disebut renin-angiotensin system. Adalah tugas dari renin-angiotensin system untuk membantu meningkatkan tekanan darah kita setiap kali menjadi terlalu rendah.
Renin-angiotensin system melakuan tugas-tugas ini dengan cara membantu tubuh kita untuk mempertahankan sodium dan air—sehingga menyediakan lebih banyak cairan di dalam saluran-saluran darah—dan dengan cara menyebabkan saluran-saluran darah kita untuk mengerut dan karenanya meningkatkan tekanan di dalamnya.
Kita memerlukan level optimal dari vitamin D untuk menjaga agar sistem ini bisa berfungsi, dan untuk mencegah agar tidak meningkatkan tekanan darah kita dalam kondisi-kondisi yang tidak tepat.
Kekurangan vitamin D telah menjadi suatu faktor resiko yang signifikan untuk tekanan darah dalam berbagai studi, dan tekanan darah yang tinggi selama kehamilan (disebut pre-ecclampsia) juga telah dihubungkan dengan maternal deficiency dari vitamin D.
Dalam suatu studi yang menarik mengenai sekelompok individu yang memiliki tekanan darah tinggi, mereka yang ekspose UVB nya ditingkatkan menggunakan tanning bed (30 menit/ 3 kali seminggu) level vitamin D mereka meningkat sebanyak 180% dan tekanan darah mereka menurun sekitar 5%. (Sinar ultraviolet B itu adalah jenis sinar yang dibutuhkan untuk mengonversi 7-dehydrocholesterol di dalam kulit menjadi cholecaliferol, sebuah bentuk preliminary dari vitamin D.)
Peranan kunci yang dimainkan oleh vitamin D dalam pengaturan metabolisme kalsium telah membuka pintu untuk penelitian tentang berbagai manfaat vitamin D untuk cardiovascular yang tidak dibatasi oleh perannya dalam pengaturan tekanan darah.
Cell-cell yang terlalu banyak dipenuhi dengan kalsium itu adalah suatu masalah untuk jaringan jantung, dan berhubungan dengan peningkatan resiko dari oxidative stress serta kerusakan jaringan. Dengan memicu pelepasan PTH yang tidak di inginkan, kekurangan vitamin D bisa mengakibatkan situasi ini.
Dalam beberapa studi, kemampuan jaringan jantung untuk sembuh setelah suatu kejadian serangan jantung itu tampak sangat berkurang dalam ketiadaan level optimal dari vitamin D.
4. Mengatur Insulin dan Gula Darah
Meski para peneliti masih belum jelas mengenai mekanisme yang pasti untuk regulasi vitamin D dalam metabolisme insulin dan keseimbangan gula darah, tapi tidak ada keraguan lagi bahwa vitamin D memainkan suatu peranan penting dalam bidang fungsi tubuh ini.
Kekurangan vitamin D itu jelas adalah suatu faktor resiko untuk pengembangan diabetes type 2, dan level vitamin D telah dihubungkan dengan pengeluaran insulin oleh cell-cell beta dari pankreas juga aktivitas insulin begitu dilepaskan ke dalam gula darah.
Yang menarik adalah, saat kekurangan vitamin D di dalam tubuh dan parathyroid hormone (PTH) itu dilepaskan dalam jumlah yang tidak tepat, maka terlalu banyak kalsium bisa mengakumulasi di dalam cell-cell.
Saat terlalu banyak kalsium berakumulasi di dalam cell-cell lemak, maka cell-cell ini akan terlalu banyak memproduksi cortisol, sebuah hormon yang menetralkan efektivitas insulin. Begitu juga, jika terlalu banyak kalsium yang berakumulasi di dalam cell-cell lemak dan otot kita, bisa menghambat pembentukan suatu protein yang disebut GLUT-4.
Protein tersebut membantu membawa gula (glucose) untuk keluar dari saluran darah dan memasuki cell-cell kita, dan protein ini dirancang untuk melakukan fungsi ini setiap kali diarahkan untuk melakukannya oleh insulin.
Tanpa vitamin D yang cukup, terlalu sedikit GLUT-4 yang terbentuk, dan insulin kekurangan satu sarana yang penting untuk melakukan tugasnya.
5. Mengatur Komposisi dan Fungsi Otot
Bidang penelitian ini dari fungsi vitamin D telah sangat berkembang dalam 10 tahun terakhir, dan kekurangan vitamin D telah tampak memainkan suatu peran kunci dalam pencegahan melemahnya otot dan mencegah kejatuhan, terutama pada manula.
Yang menarik, kekurangan vitamin D telah dihubungkan dengan terlalu banyak akumulasi dari lemak diseluruh jaringan otot, dalam suatu cara yang membuat kekuatan otot berkurang dan performa fisik terganggu.
Dalam suatu studi di California pada wanita muda yang sehat, penurunan kekuatan otot itu bukan cuma berhubungan dengan kekurangan vitamin D, tapi juga tergantung dari massa otot. Dengan kata lain, wanita yang kekurangan asupan vitamin D itu punya otot yang lebih lemah bahkan saat ukuran otot-otot mereka sama besar dengan wanita lain.
Beberapa penelitian mengenai kekurangan vitamin D dan resiko terjatuh juga telah melangkah keluarg dari sekedar fungsi otot dan meneliti issue yang lebih luas dari fungsi neuromuscular dan hubungan antara otot dengan aktivitas syaraf.
Karena vitamin D itu adalah regulator kunci dari metabolisme kalsium, dan kalsium itu memainkan suatu peran kunci dalam syaraf penembak dan syaraf pemicu dari kontraksi otot, fokus penelitian yang lebih luas ini mungkin memberikan informasi yang penting mengenai vitamin D dan perananannya dalam resiko terjatuh.
6. Pencegahan Kanker
Peranan vitamin D dalam pencegahan kanker itu adalah bidang penelitian yang sedang dikembangkan saat ini, dan mekanisme hubungan vitamin D dengan pencegahan kanker itu belum terbukti secara lengkap.
Meski begitu, penelitian telah menunjukkan suatu peranan jelas untuk vitamin D dalam pencegahan jenis-jenis kanker berikut ini: kanker kantung kemih, kanker payudara, kanker usus, kanker ovarian, kanker prostate, dan kanker rectal.
Dalam situasi tertentu, vitamin D mungkin juga memainkan suatu peran dalam pengobatan kanker. Analog-analog vitamin D (zat-zat mirip vitamin D yang disatukan di dalam laboratorium) itu secara aktif sedang di uji sebagai agent-agent anti kanker, terutama yang berhubungan dengan kanker payudara dan prostate.
7. Fungsi-fungsi Lain dari Vitamin D
Keberadaan receptor-receptor vitamin D (VDRs) dalam begitu banyak jenis jaringan—termasuk otak dan kulit—telah membuka pintu bagi suatu variasi yang luas dari fungsi vitamin D.
Ada banyak sekali penelitian yang sedang dilakukan dalam bidang kekurangan vitamin D dan fungsi kognitif, terutama pada orang-orang yang menua. Penyakit senile dementia dan Alzheimer adalah dua bidang dimana kekurangan vitamin D itu sedang diteliti secara aktif.
Gangguan-gangguan mood—terutama depresi pada manula—itu juga adalah suatu bidang penelitian aktif yang menyangkut kekurangan vitamin D.
Karena peranannya dalam pengaturan immune dan keberadaan VDRs di dalam kulit, vitamin D itu adalah suatu kandidat yang bagus untuk penyelidikan di dalam penyakit autoimmune yang berhubungan dengan kulit, misalnya psoriasis. Penelitian dibidang ini juga sedang dilakukan.
Research in this area is also well underway.
Apa Saja Gejala dari Kekurangan Vitamin D?
Nyeri tulang, sering mengalami patah tulang, dan melemahnya tulang semua itu bisa menjadi gejala-gejala dari kekurangan vitamin D.
Begitu juga dengan pembengkakan dan melemahnya otot karena vitamin D membantu mengatur komposisi otot dan mencegah terlalu banyaknya akumulasi lemak di sepanjang jaringan otot. Dalam konteks ini, terutama pada manula, sering terjatuh bisa jadi disebabkan oleh kekurangan vitamin ini.
Peranan kunci dari vitamin D dalam pengaturan respon immune berarti bahwa menurunnya immunitas atau kekebalan tubuh itu bisa jadi adalah suatu gejala dari kekurangan vitamin D, begitu juga dengan kehadiran penyakit autoimmune.
Pada manula, gangguan-gangguan kognitif (gangguan di dalam proses berpikir) dan depresi bisa jadi adalah suatu gejala dari kekurangan vitamin D, dan pada anak-anak, gangguan perkembangan dan asthma juga telah tampak memiliki hubungan dengan kekurangan vitamin D.
Apa Saja Gejala dari Keracunan Vitamin D?
Asupan vitamin D yang berlebihan bisa mengakibatkan keracunan, dan keracunan vitamin D bisa berasal dari bentuknya yang berbasis dari tanaman (D2) atau hewan (D3). Gejala-gejala keracunan antara lain hilangnya nafsu makan, mual, muntah-muntah, tekanan darah tinggi, malfungsi ginjal, dan kegagalan untuk tumbuh.
Namun, penting untuk dicatat bahwa kekurangan vitamin D memiliki resiko yang lebih besar bagi mayoritas individual dibanding keracunan vitamin D dan keracunan vitamin D dari asupan makanan itu sangat kecil kemungkinannya.
Kurang dari 1/3 dari semua orang di Amerika memenuhi Dietary Reference Intake level untuk vitamin D, dan jauh dari mengonsumsi apapun yang dekat ke level keracunan.
Di tahun 2010, National Academy of Sciences menetapkan Tolerable Upper Intake Levels (ULs) untuk vitamin D sebagai berikut:
- bayi, 0-6 bulan: 25 microgram (1,000 IU) per hari
- bayi, 6-12 bulan: 38 microgram (1,500 IU) per hari
- anak-anak, 1-3 tahun: 63 microgram (2,500 IU) per hari
- anak-anak, 4-8 tahun: 75 microgram (3,000 IU) per hari
- anak-anak dan remaja, 9-18 tahun: 100 microgram (4,000 IU) per hari
- dewasa, 19 tahun keatas: 100 microgram (4,000 IU) per hari
- wanita hamil dan menyusui, 100 microgram (4,000 IU) per hari.
Meski batas-batas keracunan ini di dasarkan pada data kredibel, tapi mereka tidak mencoba untuk menunjukkan issue yang dimiliki oleh jumlah-jumlah asupan lebih tinggi dari vitamin D yang mungkin dibutuhkan untuk mengatasi kekurangan kronis dari vitamin ini.
Penelitian klinis dengan jelas telah menunjukkan bahwa supplementasi vitamin D antara 1.000 sampai 2.000 UI per hari itu tidak mampu untuk mengembalikan level vitamin D optimal di banyak individu yang mengalami kekurangan vitamin D kronis.
Dalam banyak kasus, individu yang menderita kekurangan vitamin D kronis itu akan perlu untuk melebihi batasan-batasan tertinggi vitamin D yang ditetapkan oleh National Academy of Sciences agar bisa mencapai level hydroxyvitamin D yang optimal di dalam darah mereka.
Pengobatan untuk kekurangan vitamin D kronis juga biasanya membutuhkan supplementasi dari vitamin D karena asupan makanan sehari-hari itu biasanya tidak mampu memberikan jumlah kekurangan-penggantian dari vitamin ini.
Langkah-langkah untuk mengobati kekurangan vitamin D kronis itu seharusnya sekalu diambil setelah berkonsultasi dengan seorang penyedia perawatan kesehatan yang juga mampu memandu dan memonitor perubahan-perubahan level vitamin D di dalam darah.
Individu yang menderita primary hyperparathyroidism (aktivitas yang berlebihan dari kelenjar parathyroid bukan disebabkan oleh kekurangan vitamin D) itu berada pada peningkatan resiko untuk keracunan vitamin D dan seharusnya tidak mengambil supplemental vitamin D tanpa berkonsultasi dengan seorang dokter.
Apa Efek dari Memasak, Menyimpan, dan Memproses Vitamin D?
Karena makanan-makanan yang mengandung susu sapi itu adalah suatu sumber yang penting untuk vitamin D di Amerika, dan karena sebagian besar produk dairy itu tidak cuma diperkaya dengan vitamin D tapi juga di pasteurize sebelum dijual ke retail, ada data penelitian yang bagus mengenai stabilitas dari vitamin D yang berada dibawah kondisi panas dan penyimpanan berbeda-beda.
Para peneliti telah menemukan hampir tidak ada kehilangan dari vitamin D setelah pasteurisasi dari keju yang di proses dibawah kondisi-kondisi komersial normal. Mereka juga menemukan suatu kehilangan vitamin D sekitar 25-30% saat keju di ekspose ke suatu oven yang bersuhu 450°F (232°C) selama sekitar 5 menit.
Karena makanan-makanan misalnya pizza-pizza keju beku itu seringkali dimasak dalam oven yang bersuhu antara 400-450°F (204-232°C) untuk selama sekitar 20 menit, maka penelitian ini memberi tahu kita bahwa kita bisa berharap untuk kehilangan vitamin D sebanyak minimal 1/4 selama proses pemanasan pizza.
Akan tetapi, persentase kehilangan vitamin ini masih relatif rendah, dibanding dengan pemanasan serupa dari makanan-makanan lain dan kehilangan dari vitamin-vitamin lain (terutama vitamin-vitamin yang kurang tahan panas, misalnya vitamin C).
Penyimpanan keju lebih dari 9 bulan pada suhu antara 39-84°F (4-29°C) telah menunjukkan hampir tidak ada vitamin D yang hilang, yang juga menggaris bawahi stabilitas relatif dari vitamin ini.
Faktor Apa Saja yang Mungkin Berkontribusi Terhadap Kekurangan Vitamin D?
1. Kurang Terpapar Sinar Matahari
Sejauh ini faktor yang paling berkontribusi terhadap kekurangan vitamin D yang di hadapi seluruh dunia adalah kurang terekspose ke sinar matahari.
Lebih spesifiknya, sinar ultraviolet B yang berkisar antara 290-300nm lah yang diperlukan untuk mengonversi 7-dehydrocholesterol yang ditemukan di dalam cell-cell kulit kita untuk menjadi cholecalciferol (bentuk preliminary dari vitamin D3).
Meski tugas untuk "mendapatkan sinar matahari dalam jumlah yang cukup" itu mungkin seperti suatu yang cukup jelas, tapi hubungan antara status vitamin D kita dengan waktu kita untuk terkena sinar matahari itu tidak sesederhana yang mungkin dianggap oleh banyak orang.
Pertama, ada fluktuasi alami dari sinar UVB. Sinar UVB—jenis yang dibutuhkan oleh kulit untuk mensintesa vitamin D—itu tidak selalu ada dengan intensitas yang sama hanya karena ada matahari. Intensitas sinar UVB itu bervariasi secara dramatis dengan lokasi geografis (ketinggian), bulan, hari, tingkat ketebalan awan, dan faktor-faktor lain.
Dengan kata lain, ada saat-saat dimana mata anda mungkin membuat anda berpikir bahwa anda sudah cukup mendapatkan intensitas sinar UVB dan mensintesa jumlah optimal dari vitamin D di dalam cell-cell kulit anda, padahal sebenarnya tidak.
Selain itu, ada issue mengenai ketinggian, sudut dari sinar matahari, dan waktu. Di negara-negara dengan ketinggian yang lebih tinggi, sinar UVB yang berkisar antara 290-300nm panjang gelombang itu mungkin tidak tersedia kecuali selama beberapa jam di pertengahan hari.
Di negara-negara tersebut, berada di luar pada suatu hari yang cerah itu tidak akan cukup untuk menjamin bahwa kulit sudah mensintesa vitamin D dalam jumlah yang cukup.
Pigmentasi kulit juga memegang suatu peranan penting dalam sintesa vitamin D pada kulit. Pigmentasi kulit yang lebih gelap berarti lebih sedikit sintesis vitamin D per menit exposure ke sinar UVB.
Di Amerika, misalnya, diperkirakan bahwa orang dewasa keturunan Afrika-Amerika itu 2-3 kali lebih mungkin untuk mengalami kekurangan vitamin D dibanding orang kulit putih dewasa.
Seperti yang di indikasikan oleh semua contoh ini, bahkan saat pemahaman umum mengatakan bahwa anda sudah mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup dan seharusnya mensintensa cukup banyak vitamin D, anda mungkin sebenarnya tidak, untuk berbagai alasan.
Sebagian gaya hidup dan pekerjaan memberikan jumlah yang tidak lazim dari paparan sinar matahari. Orang yang bekerja diluar ruangan sepanjang hari dalam suhu yang lebih hangat memiliki peluang yang sangat besar untuk mendapatkan paparan sinar UVB yang bagus dan mensintesa vitamin D dalam jumlah yang cukup.
Di bawah kondisi-kondisi optimal, kulit kita bisa mensintesa antara 10.000 - 20.000 IU vitamin D (cholecalciferol) dalam 30 menit. Ya, semua faktor praktis masih tetap harus berjajar dengan benar (misalnya sudut matahari, waktu, tingkat ketutupan awan, dll).
Tapi saat orang banyak menghabiskan waktu di bawah sinar matahari secara rutin, peluang mereka untuk mendapatkan sintesa vitamin D yang cukup itu sangat meningkat.
Sebaliknya, jika seseorang biasanya mengenakan pakaian yang banyak menghalangi kulit dari sinar matahari, atau menggunakan tabir surya, atau bekerja di dalam ruangan sepanjang hari, maka peluangnya untuk mensintesa vitamin D dalam jumlah yang cukup itu sangat berkurang.
Berdasarkan semua faktor diatas, kita percaya bahwa mayoritas orang dewasa itu kemungkinan kurang mendapatkan paparan sinar UVB yang cukup dalam panjang gelombang 290-300nm yang dibutuhkan kulit untuk mensintesa vitamin D secara optimal.
Selain itu, kita percaya bahwa banyak orang yang mungkin berasumsi bahwa mereka banyak mendapatkan sinar matahari dan punya banyak sintesa vitamin D di dalam cell-cell kulit mereka saat sebenarnya tidak.
Kecuali dalam kasus-kasus dimana gaya hidup dan atau pekerjaan membuat paparan ke sinar matahari itu manjadi suatu issue yang terbebas dari perdebatan, kami menganjurkan orang-orang untuk tidak berasumsi mengenai kecukupan mereka dalam mendapatkan paparan sinar matahari, dan untuk memperlakukan kebutuhan vitamin D mereka sebagai suatu fokus yang khusus dan alasan potensial untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan.
Pentingnya sinar matahari untuk kesehatan vitamin D telah menjadi subjek dari berbagai penelitian. Istilah "vitamin D winter" itu diciptakan beberapa dekade yang lalu untuk menyimpulkan dampak dari musim sinar matahari yang lebih sedikit terhadap kemungkinan menurunnya status-status vitamin D.
Yang lebih terbaru, ide tenang suatu "vitamin D winter" telah di revisi untuk menyertakan sautu pandangan pada penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kekurangan vitamin D.
Para peneliti menemukan bahwa banyak penyakit autoimmune itu yang memiliki tingkat keparahan lebih tinggi di musim dingin dibanding musim panas, dan ada penyelidikan kemungkinan hubungan dengan kekurangan vitamin dibawah kondisi-kondisi ini.
Begitu juga, ada suatu trend penelitian yang kuat untuk mempelajari kemunculan dari penyakit-penyakit yang berhubungan dengan vitamin D pada berbagai ketinggian di bumi. Selama 10 tahun terakhir, para peneliti telah menemukan trend-trend "dari Selatan ke Utara" untuk peningkatan kemunculan dari multiple sclerosis, Crohn's disease, dan diabetes type 1.
Dengan kata lain, ada tingkat kemunculan yang lebih rendah dari penyakit-penyakit yang berhubungan dengan vitamin D tersebut pada ketinggian-ketinggian yang lebih rendah (lebih dekat ke katulistiwa) dimana paparan sinar UVB itu dianggap lebih tinggi, dan tingkat kemunculan yang lebih tinggi pada ketinggian-ketinggian yang lebih tinggi (lebih jauh dari katulistiwa).
2. Hamil dan Menyusui
Karena ibu yang sedang merawat bayi itu harus membantu menyediakan vitamin D untuk bayi-bayi mereka, maka menyusui bisa memiliki suatu tantangan bagi si ibu dan bayi dalam hal status vitamin D. The American Academy of Pediatrics (AAP) dan the Canadian Pediatric Society (CPS) keduanya merekomendasikan supplementasi vitamin D bagi ibu dan bayi untuk alasan ini.
3. Kekurangan Serat Asupan atau Ketidak-mampuan untuk Menyerap Lemak Asupan
Karena vitamin D itu vitamin fat-soluble (larut dalam lemak), maka sebuah diet yang sangat rendah dalam lemak, dan atau, keberadaan suatu penyakit tertentu yang menyebabkan suatu pengurangan dalam kemampuan untuk menyerap asupan lemak, mungkin menyebabkan kekurangan vitamin D.
Penyakit-penyakit tersebut antara lain pancreatic enzyme deficiency, Crohn's disease, celiac sprue, cystic fibrosis, pembedahan yang membuang sebagian atau semua isi perut, penyakit kantung kemih, dan penyakit liver. Gejala-gejala dari malabsorpsi lemak antara lain diare dan tinja yang berminyak.
4. Penyakit yang Melibatkan Kelenjar Parathyroid atau Ginjal
Dibawah kondisi-kondisi tertentu, konversi dari vitamin D bentuk tidak aktif ke calcitriol itu melemah. Misalnya penyakit yang mempengaruhi kelenjar parathyroid, liver, dan atau ginjal mengganggu sintesa dari vitamin D bentuk aktif.
5. Penuaan
The production of vitamin D precursors in the skin decreases with age. Additionally, with age the kidneys and many other organ systems and cell types are less able to convert vitamin D to its active hormone form.
6. Kerentanan Genetik
Sebagian orang mewarisi genetik bawaan menyertakan polymorphism-polymorphism genetik yang mengakibatkan produksi dari receptor-receptor vitamin D (VDR) yang tidak bekerja dengan baik. Untuk membantu mengganti kerusakan-kerusakan VDR seperti itu, orang-orang ini memerlukan vitamin D lebih banyak dibanding yang biasanya diperlukan.
Bagaimana Gizi Lain Berinteraksi Dengan Vitamin D?
Vitamin D memainkan suatu peranan dalam mempertahankan level normal kalsium dalam darah. Sebagai hasilnya, vitamin D mempengaruhi penyerapan dan penyimpanan kalsium. Vitamin D juga memicu penyerapan fosfor.
Vitamin D membantu mengatur produksi protein-protein tertentu pengikat kalsium yang berfungsi di dalam tulang dan ginjal. Karena protein-protein pengikat itu juga tergantung pada vitamin K, maka hubungan timbal balik antara vitamin D dan vitamin K telah menjadi subjek dari penelitian aktif.
Kondisi Kesehatan Apa Saja yang Membutuhkan Penekanan Khusus pada Vitamin D?
Vitamin D mungkin memainkan suatu peranan dalam pencegahan dan atau pengobatan dari kondisi kesehatan berikut ini:
- Asthma (berat masa kecil)
- Atherosclerosis
- Kanker kantung kemih
- Kanker payudara
- Chronic fatigue syndrome
- Kanker usus
- Gagal jantung congestive
- Crohn's disease
- Kanker ovarian
- Depresi
- Epilepsy
- Fibromyalgia
- Serangan jantung
- Tekanan darah tinggi/hypertensi
- Inflammatory bowel disease
- Insulin resistance
- Penyakit ginjal
- Lepra
- Penyakit liver
- Metabolic syndrome
- Multiple sclerosis
- Myofascial pain syndrome
- Osteoporosis
- Periodontal disease
- Preeclampsia
- Psoriasis
- Kanker rectal
- Rheumatoid arthritis
- Senile dementia
- Stroke
- Tinnitus
- Tuberculosis
- Diabetes type 2
- Ulcerative colitis
Makanan Apa yang Menyediakan Vitamin D?
Sumber-sumber yang sempurna untuk vitamin D antara lain sardine sedangkan sumber-sumber yang sangat bagus untuk antara lain susu yang diperkaya dengan vitamin D. Sumber-sumber yang bagus untuk vitamin D antara lain susu kambing, shiitake mushrooms, dan telur.
Apa Rekomendasi Kesehatan Publik Saat ini untuk Vitamin D?
Di tahun 2010, Institute of Medicine di National Academy of Sciences menetapkan Dietary Reference Intake (DRI) yang sudah direvisi untuk rekomendasi-rekomendasi vitamin D yang di dasarkan pada penelitian terbaru dalam bidang ini.
Berikut ini level-level Adequate Intake (AI) untuk vitamin D yang ditetapkan pada tahun 2010 untuk bayi-bayi:
- Bayi 0-6 bulan: 10 microgram (400 IU) per hari
- Bayi 6-12 bulan: 10 microgram (400 IU) per hari
Berikut ini Recommended Dietary Allowances (RDAs) yang ditetapkan untuk anak-anak, remaja, dan orang dewasa:
- Anak-anak 1-13 tahun: 15 microgram (600 IU)
- Remaja 14-18 tahun: 15 microgram (600 IU)
- Orang dewasa 19-70 tahun: 15 microgram (600 IU)
- Dewasa diatas 70 tahun: 20 microgram (800 IU)
- Wanita hamil dan menyusui: 15 microgram (600 IU)
Sementara kita merasa senang karena di tahun 2010 National Academy of Sciences telah merevisi rekomendasi-rekomendasi kesehatan publik untuk meningkatkan asupan vitamin D, tapi kita tidak percaya bahwa semua faktor kesehatan dan gaya hidup sudah di evaluasi dalam studi-studi penelitan mengenai vitamin D itu sudah di sertakan semua dalam rekomendasi-rekomendasi revisi.
Selama 15 tahun terakhir, lebih dari 100.000 studi mengenai vitamin D telah dipublikasikan dalam jurnal-jurnal penelitian. Studi-studi ini dengan meyakinkan telah menunjukkan bahwa:
- kita memerlukan vitamin D jauh lebih banyak dibanding yang diperkirakan sebelumnya;
- trend-trend gaya hidup telah mengurangi secara signifikan exposure kita ke sinar matahari;
- tingkat kelaziman dari kekurangan vitamin D itu jauh lebih tinggi dibanding yang diperkirakan sebelumnya, dan
- vitamin D yang lebih banyak itu dibutuhkan untuk mengatasi defisiensi dibanding yang bisa di dapat dari diet standar.
Dalam studi-studi pada bayi dan balita, antara 40-65% telah menunjukkan kekurangan vitamin D dengan level-level hydroxyvitamin D dalam darah dibawah 30 ng/mL di beberapa negara di seluruh dunia, dan dalam studi-studi di Amerika, termasuk studi terbaru di Massachusetts.
Ketidak-cukupan juga tampak pada remaja-remaja di Amerika, pada suatu level yang diperkirakan mencapai 60% (sekali lagi, dengan menggunakan standard 30 ng/mL atau kurang untuk hydroxyvitamin D di dalam darah).
Persentase yang sama telah ditetapkan untuk ketidak-cukupan pada manula. Diantara orang dewasa yang berusia muda dan individu berusia pertengahan, tingkat kelaziman dari kekurangan vitamin D diperkirakan sekitar 50% - 75% atau lebih.
Penting untuk dicatat bahwa "ketidak-cukupan" itu suatu standard yang lebih rendah dibanding "kekurangan" dan secara umum merujuk pada suatu level hydroxyvitamin D di bawah 30 ng/mL rather dibanding suatu level dibawah 20 ng/mL.
Meski level lebih rendah ini secara tradisional telah digunakan untuk mendiagnosa kekurangan vitamin D, tapi itu tidak lagi tampak relevan untuk menentukan jumlah vitamin D yang dibutuhkan untuk pengatural hormonal optimal dari berbagai proses yang dilakukan oleh vitamin D.
Realisasi level vitamin D yang lebih tinggi yang diperlukan dalam aliran darah kita ini adalah satu hasil dari revolusi yang telah mengambil tempat di dalam pemahaman kita mengenai vitamin D selama 15 tahun terakhir.
Sama seperti saat ini kita sudah menyadari bahwa lebih banyak vitamin D yang diperlukan di dalam darah kita, kita juga menyadari bahwa butuh level asupan vitamin D yang lebih tinggi untuk memberikan level darah yang mencapai suatu standard sehat.
Sebagai contoh, dalam situasi di mana sinar matahari itu terbatas, kita tahu bahwa setidaknya 1.000 UI vitamin D itu diperlukan untuk meningkatkan level darah dari vitamin D dari 20ng/mL ke 30 ng/mL atau lebih.
Untuk pencegahan kerusakan tulang pada orang yang beresiko osteoporosis, kita tahu bahwa diperlukan minimal 700 IU dan bahwa tidak ada hasil-hasil pencegahan yang telah menunjukkan pada level-level asupan dibawah 400 IU.
Dibawah kondisi-kondisi yang melibatkan penyakit-penyakit autoimmune misalnya rheumatoid arthritis atau multiple sclerosis, dosis percobaan supplemental dari vitamin D itu bukanlah 100, melainkan 1.000 atau 10.000 IU.
Karena sejarah kesehatan personal dan exposure personal ke sinar matahari itu suatu peranan penting dalam menentukan kebutuhan vitamin D dari masing-masing orang, maka sangat sulit untuk membuat suatu rekomendasi kesehatan publik yang cepat bagi vitamin D yang menjamin bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan optimal dari masing-masing orang. Untuk alasan ini, kita menyukai pendekatan dasar dua tingkat yang digunakan oleh Harvard School of Public Health, yang bisa ditemukan di sini.
Pada suatu level pertama, meski belum ada bukti penelitian yang meyakinkan, supplementasi harian dengan vitamin D berkisar 1.000 - 2.000 IU itu mungkin menyediakan manfaat-manfaat kesehatan yang penting bagi banyak orang.
Jika diet rutin anda tidak menyertakan jumlah yang sangat banyak dari makanan-makanan yang kaya akan vitamin D, maka anda mungkin ingin mentargetkan sisi yang lebih tinggi dari kisaran ini (sambil juga meningkatkan asupan makanan-makanan yang tinggi vitamin D).
Jka diet anda sudah sangat banyak menyertakan makanan-makanan yang kaya dalam vitamin D, maka anda mungkin ingin mentargetkan sisi lebih rendah dari kisaran ini saat memutuskan suatu level supplementasi.
Pada suatu level kedua, jika anda adalah orang yang mungkin beresiko lebih tinggi untuk kekurangan vitamin D (misalnya, karena anda punya kesempatan yang sangat terbatas untuk terpapar sinar matahari), kami menganjurkan anda untuk berkosultasi dengan penyedia layanan kesehatan anda, menjadwalkan suatu test darah untuk vitamin D, dan menetapkan (setelah berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan anda) suatu level yang tepat untuk supplementasi vitamin D.
Tergantung dari hasil-hasil test darah anda, maka anda sangat mungkin memerlukan suatu level supplementasi vitamin D yang lebih tinggi dibanding 4.000 IU Tolerable Upper Limit yang ditetapkan oleh National Academy of Sciences. Test darah bisa sangat membantu untuk menghilangkan faktor dugaan disini.
Anda akan mampu untuk menentukan level aktual dari hydroxyvitamin D di dalam darah anda dan melihat jumlah aktual dari peningkatan supplementasi pada level apapun yang anda dan penyedia layanan kesehatan anda tentukan sebagai level yang tepat.
Saat supplementasi dengan vitamin D, kami mendukung posisi dari Harvard School of Public Health (dan mungkin banyak organisasi kesehatan lainnya) dalam merekomendasikan supplementasi dengan vitamin D3 (cholecalciferol) dibanding D2 (ergocalciferol).
Apa kesimpulan kami menyangkut asupan makanan versus supplement vitamin D?
Berdasarkan pada studi-studi yang menunjukkan dampak supplemental asupan D3 pada level hydroxyvitamin D dalam darah, kami percaya bahwa mayoritas orang dewasa dan anak-anak tidak akan mampu mencapai status level vitamin D optimal dari asupan makanan saja.
Berapa banyak tepatnya supplementasi D3 yang dibutuhkan masing-masing orang—dan bentuk dari supplementasi ini—seharusnya ditetapkan dengan bantuan seorang penyedia layanan kesehatan.
Penyedia layanan kesehatan tersebut bukan cuma bisa mengevaluasi faktor-faktor sejarah kesehatan personal, tapi juga bisa memonitor dampak supplementasi vitamin D pada level-level vitamin ini dalam darah.
Meski dengan kemungkinan kebutuhan untuk supplementasi vitamin D ini, kami juga percaya bahwa penting untuk memaksimalkan asupan makanan yang mengandung vitamin D.
Asupan makanan-makanan yang kaya akan vitamin D itu tetap suatu pilihan gaya hidup natural untuk mendapatkan vitamin ini, sekalipun jika pilihan ini saja tidak cukup untuk mengganti kekurangan exposure sinar matahari dan faktor-faktor lain yang telah bergabung untuk merusak status vitamin D kita.
Dengan memperhatikan wanita yang sedang menyusui, American Academy of Pediatrics (AAP) dan Canadian Pediatric Society (CPS) telah merekomendasikan supplementasi vitamin D bagi ibu dan bayi.
AAP telah merekomendasikan 200 IU vitamin D per hari untuk semua bayi berusia 2 bulan atau lebih, dan 400 IU untuk bayi baru lahir selama hari-hari pertama dari kehidupannya.
Rekomendasi AAP ini secara umum konsisten dengan level-level Adequate Intake (AI) yang telah di revisi tahun 2010 untuk vitamin D yang ditetapkan oleh National Academy of Sciences (NAS). NAS merekomendasikan 400 IU vitamin D untuk bayi baru lahir dan bayi yang maksimal berusia 12 bulan.
Penting untuk diketahui bahwa supplementasi vitamin D secara langsung untuk bayi itu terpisah dan berbeda dari semua supplementasi vitamin D yang mungkin dibutuhkan oleh sang ibu itu sendiri.
Mengingat tantangan-tantangan khusus yang dihadapi oleh ibu yang sedang menyusui untuk kecukupan vitamin D, maka panduan dari seorang penyedia layanan kesehatan itu sangat dianjurkan untuk menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk asupan vitamin D optimal dalam situasi ini.
Sama seperti ibu yang menyusui, wanita hamil juga memiliki suatu tantangan khusus untuk kecukupan vitamin D. Sekali lagi, mengingat sangat meratanya kekurangan vitamin D, maka DRIs mungkin tidak mampu untuk menyediakan panduan-panduan optimal bagi wanita hamil.
Untuk alasan tersebut, wanita hamil dianjurkan untuk menyusun suatu perencanaan kecukupan vitamin D dengan penyedia layanan kesehatan mereka.
National Academy of Sciences menetapkan Tolerable Upper Intake Levels (ULs) untuk vitamin D sebagai berikut:
- bayi, 0-6 bulan: 25 microgram (1,000 IU) per hari
- bayi, 6-12 bulan: 38 microgram (1,500 IU) per hari
- anak-anak, 1-3 tahun: 63 microgram (2,500 IU) per hari
- anak-anak, 4-8 tahun: 75 microgram (3,000 IU) per hari
- anak-anak dan remaja, 9-18 tahun: 100 microgram (4,000 IU) per hari
- dewasa, 19 tahun keatas: 100 microgram (4,000 IU) per hari
- wanita hamil dan menyusui, 100 microgram (4,000 IU) per hari.