Vitamin D Mungkin Mencegah Penyumbatan Arteri pada Penderita Diabetes
ScienceDaily (13 November 2012) — Para penderita diabetes seringkali mengembangkan penyumbatan arteri yang menyebabkan penyakit jantung, dan penelitian terbaru di Washington University School of Medicine, St. Louis, menyiratkan bahwa penyebabnya adalah level vitamin D yang rendah.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan 9 November di the Journal of Biological Chemistry, para peneliti melaporkan bahwa saluran-saluran darah itu lebih kecil kemungkinan nya untuk tersumbat pada penderita diabetes yang mendapat cukup vitamin D.
Tapi pada pasien yang kurang mendapat vitamin D, cell-cell immune mengikat ke saluran-saluran darah di dekat jantung, kemudian menjerat kolesterol untuk menyumbat saluran-saluran darah ini.
"Sekitar 26 juta orang Amerika saat ini memiliki diabetes type 2," kata ketua peneliti Carlos Bernal-Mizrachi, MD. "Dan karena tingkat obesitas meningkat, kami perkirakan makin banyak orang yang akan mengembangkan diabetes. Pasien-pasien tersebut lebih mungkin untuk mengalami masalah-masalah jantung akibat suatu peningkatan peradangan dalam pembuluh darah, jadi kami telah menyelidiki kenapa ini terjadi."
Dalam penelitian awal, Bernal-Mizrachi, seorang asisten profesor di bidang medis dan biologi cell serta psiologi, dan rekan-rekannya menemukan bahwa vitamin D tanpa memainkan suatu peranan kunci dalam penyakit jantung.
Studi baru ini membawa penelitian mereka selangkah lebih maju, menyiratkan bahwa saat level vitamin D itu rendah, suatu kelas tertentu dari cell darah putih lebih mungkin untuk menempel pada cell-cell di dinding-dinding saluran darah.
Vitamin D bekerja sama dengan cell-cell immune yang disebut macrophages entah untuk menjaga agar arteri tetap bersih atau untuk menyumbatnya. Macrophages memulai eksistensinya sebagai cell-cell darah putih yang disebut monocytes yang bersikulasi di dalam saluran darah. Tapi saat monocytes berhadapan dengan peradangan, mereka berubah menjadi macrophages, yang tidak lagi bersikulasi.
Dalam studi baru, para peneliti memerika level vitamin D pada 43 orang yang memiliki diabetes type 2 dan pada 25 orang dengan usia, jenis kelamin, dan berat tubuh yang sama tapi tidak memiliki diabetes.
Mereka menemukan bahwa pada pasien diabetes dengan level vitamin D rendah (kurang dari 30 nanogram per mililiter darah) cell-cell macrophage itu lebih mungkin untuk menempel pada dinding-dinding saluran darah, yang memicu cell-cell untuk mengisi dirinya dengan kolesterol, yang pada akhirnya menyebabkan saluran darah menjadi keras dan menyumbat aliran darah.
"Kami memperhitungkan semuanya," kata salah seorang peneliti, Amy E. Riek, MD, seorang instruktur dalam bidang medis. "Kami meneliti tekanan darah, kolesterol, kontrol diabetes, berat tubuh dan ras. Tapi hanya level vitamin D yang berhubungan dengan apakah cell-cell ini menempel pada dinding saluran darah."
Riek dan Bernal-Mizrachi mengatakan apa yang masih belum jelas adalah apakah memberikan vitamin D pada penderita diabetes akan membalik resiko dari pengembangan penyumbatan arteri, suatu kondisi yang disebut atherosclerosis.
Mereka saat ini merawat tikus dengan vitamin D untuk meilihat apakah itu bisa mencegah monocytes agar tidak menempel pada dinding-dinding saluran darah di dekat jantung, dan mereka juga melakukan dua percobaan klinis pada pasien.
Dalam salah satu studi tersebut, pada peneliti memberikan vitamin D pada penderita diabetes dan hypertensi untuk melihat apakah perawatan tersebut mungkin menurunkan tekanan darah.
Dalam studi kedua, orang keturunan Africa Amerika dengan diabetes type 2 mendapatkan vitamin D bersama dengan pengobatan harian mereka lainnya, dan team peneliti mengevaulasi apakah supplement vitamin D bisa memperlambat atau membalik proses perkembangan penyakit jantung.
Suatu saat dalam beberapa bulan mendatang, para peneliti berharap untuk bisa mengetahui apakah perawatan vitamin D bisa membalik sebagian dari faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit jantung. "Di masa depan, kami berharap untuk menghasilkan obat-obatan, yang berpotensi bahkan vitamin D itu sendiri, yang membantu mencegah penumpukan kolesterol di dalam salurah darah," Bernal-Mizrachi menjelaskan.
"Studi-studi sebelumnya telah menghubungkan kekurangan vitamin D dalam pasien ini dengan peningkatan dalam penyakit saluran darah dan dalam mortalitas. Penelitian lain telah menyiratkan bahwa vitamin D mungkin meningkatkan pelepasan insulin dari pankreas dan sensitivitas insulin. Target utama kami adalah untuk mengintervensi para penderita diabetes dan untuk melihat apakah vitamin D mungkin mengurangi peradangan, mengurangi tekanan darah dan memperkecil kemungkinan bahwa mereka akan mengembangkan atherosclerosis atau komplikasi-komplikasi vascular."
Dana untuk penelitian ini berasal dari the National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI), National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK), Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human Development (NICHD), National Center for Research Resources (NCRR), National Center for Advancing Translational Sciences (NCATS), dan NIH Roadmap for Medical Research of the National Institutes of Health (NIH).
Dukungan juga berasal dari the American Diabetes Association, the Endocrine
Society, the Endocrine Fellows Foundation and the Ruth L. Kirchstein National
Research Service Award 2. NIH grant numbers are RO1 HO094818-0, P30DK079333, T32
HD043010, and UL1TRR000448/Sub-Award KL2TR000450.