Mengapa Level Vitamin D yang Rendah Meningkatkan Resiko Penyakit Jantung pada Penderita Diabetes?
Level vitamin D yang rendah itu sudah diketahui meningkatkan resiko hampir dua kali lipat untuk penyakit jantung pada pasien diabetes, dan saat ini para peneliti di Washington University School of Medicine, St. Louis, mengira mereka tahu penyebabnya.
Mereka menemukan bahwa para penderita diabetes yang kekurangan vitamin D tidak bisa memproses kolesterol secara normal, sehingga menumpuk di dalam saluran-saluran darah, meningkatkan resiko untuk serangan jantung dan stroke.
Penelitian terbaru telah mengidentifikasi suatu mekanisme yang menghubungkan antara level vitamin D yang rendah dengan resiko penyakit jantung, dan mungkin mengarah pada cara-cara untuk mengatasi masalah, hanya dengan meningkatkan level vitamin D.
"Vitamin D menghambat penyerapan kolesterol oleh cell-cell yang disebut macrophages," kata ketua peneliti Carlos Bernal-Mizrachi, M.D., seorang endocrinologist Washington University di Barnes-Jewish Hospital. "Saat orang-orang kekurangan vitamin D, cell-cell macrophage memakan lebih banyak kolesterol, dan mereka tidak bisa menyingkirkannya. Macrophage menjadi tersumbat dengan kolesterol dan menjadi apa yang disebut oleh para peneliti sebagai cell-cell busa, yang mana adalah salah satu ciri-ciri awal dari atherosclerosis."
Macrophages dikirim oleh sistem immune dalam merespon peradangan dan seringkali diaktifkan oleh penyakit-penyakit misalnya diabetes. Bernal-Mizrachi dan rekan-rekannya percaya bahwa pada pasien diabetes yang kekurangan vitamin D, macrophages menjadi penuh dengan kolesterol dan pada akhirnya mengeraskan saluran darah dan menyumbat aliran darah.
Bernal-Mizrachi, seorang asisten profesor dibidang medis dan biologi cell serta psiologi, mempelajari cell-cell macrophage yang diambil dari orang yang memiliki dan tidak memiliki diabetes dan dengan serta tanpa kekurangan vitamin D.
Team nya, dipimpin oleh asisten peneliti Jisu Oh dan Sherry Weng, M.D., memapar cell-cell ke kolesterol dan ke level vitamin D tinggi atau rendah. Saat level vitamin D itu rendah dalam culture dish, macrophages dari pasien diabetes itu jauh lebih mungkin untuk menjadi cell-cell busa.
Pada issue 25 Agustus dari the journal Circulation, yang saat ini tersedia secara online, team melaporkan bahwa vitamin D mengatur jalur-jalur sinyal yang berhubungan dengan penyerapan dan pembuangan kolesterol di dalam macrophages.
"Kolesterol itu diangkut melalui darah yang melekat pada lipoprotein misalnya LDL, kolesterol 'jahat'," Bernal-Mizrachi menjelaskan. "Saat itu dirangsang oleh radikal-radikal oksigen di dalam dinding saluran, LDL menjadi teroksidasi, dan macrophage memakannya tanpa terkendali. Kolesterol LDL kemudian menyumbat macrophage, dan seperti itulah bagaimana atherosclerosis dimulai."
Proses tersebut menjadi dipercepat saat seseorang kekurangan vitamin D. Dan orang yang menderita diabetes type 2 itu lebih besar kemungkinannya untuk mengalami kekurangan.
Di seluruh dunia, diperkirakan satu milyar orang memilki level vitamin D yang kurang, dan pada wanita dengan diabetes type 2, kemungkinan vitamin D yang rendah itu adalah sekitar tiga kali lebih tinggi dibanding wanita dengan usia yang sama tapi tidak memiliki diabetes.
Kulit memproduksi vitamin D dalam merespon paparan terhadap sinar ultraviolet. Tapi disebagian besar Amerika, orang-orang tidak menghasilkan vitamin D yang cukup selama musim dingin — saat sinar matahari itu melemah dan lebih banyak waktu yang dihabiskan dalam ruangan.
Untungnya adalah saat macrophage-macrophage manusia itu ditempatkan dalam suatu lingkungan dengan cukup vitamin D, tingkat penyerapan kolesterol mereka menurun, dan mereka tidak menjadi cell-cell busa.
Bernal-Mizrachi percaya bahwa ada kemungkinan untuk memperlambat atau membalikkan pengembangan atherosclerosis pada pasien dengan diabetes dengan cara membantu mereka untuk mendapatkan kembali level vitamin D yang cukup.
"Ada perdebatan tentang apakah semua jumlah paparan terhadap sinar matahari itu aman, jadi supplement vitamin D oral mungkin yang terbaik," katanya, "tapi mungkin jika orang-orang terpapar pada sinar matahari hanya beberapa menit per satuan waktu, itu mungkin juga bisa menjadi suatu pilihan."
Dia meluncurkan suatu penelitian baru terhadap para penderita diabetes yang kekurangan vitamin D dan memiliki tekanan darah tinggi. Dia ingin mempelajari apakah mengganti vitamin D akan menurunkan tekanan darah dan memperlancar aliran darah.
Untuk studi tersebut, Bernal-Mizrachi merekrut pasien dengan diabetes type 2 yang berusia antara 30 sampai 80 tahun yang tidak menggunakan insulin untuk mengontrol gula darah mereka. Para relawan penelitian juga harus memiliki tekanan darah tinggi.