Vitamin E

Apa yang bisa dilakukan oleh makanan-makanan yang banyak mengandung vitamin E untuk Anda?

  • Melindungi kulit anda dari sinar ultraviolet
  • Mencegah kerusakan cell dari radikal bebas
  • Membuat cell-cell anda bisa berkomunikasi dengan efektif
  • Membantu melindungi dari kanker prostat dan penyakit Alzheimer

Kejadian-kejadian apa yang bisa mengindikasikan suatu kebutuhan untuk memperbanyak makanan-makanan yang mengandung vitamin E?

  • Gangguan-gangguan pencernaan, terutama malabsorpsi
  • Kesemutan atau kehilangan sensasi pada telapak tangan, tangan, telapak kaki, kaki
  • Gangguan-gangguan pada liver atau kantung kemih

Sumber-sumber yang sempurna untuk vitamin E antara lain: bayam, chard, dan turnip greens. Sumber-sumber yang sangat bagus untuk vitamin E antara lain mustard greens, cayenne pepper, almond, biji bunga matahari, asparagus, dan bell pepper.

Apa itu vitamin E?

Meski namanya membuatnya terdengar seperti satu zat saja, tapi vitamin E itu sebenarnya adalah satu keluarga dari vitamin-vitamin fat-soluble yang aktif di seluruh bagian tubuh.

Sebagian dari anggota keluarga vitamin E itu disebut tocopherols. Anggota-anggota keluarga ini antara lain alpha tocopherol, beta tocopherol, gamma tocopherol, dan delta tocopherol.

Anggota-anggota lain dari keluarga vitamin E itu disebut tocotrienols. Yang termasuk anggota keluarga ini adalah alpha, beta, gamma, dan delta tocotrienol.

Suatu peningkatan informasi telah menjadi tersedia tentang bentuk-bentuk vitamin E ini, yang semakin lama semakin banyak pemahaman mengenai fungsi-fungsi unik yang dimilikinya.

Apa Fungsi dari Vitamin E?

Mencegah Oxidative Stress

Meski manusia memerlukan oksigen agar tetap hidup, tapi oksigen itu adalah sebuah zat beresiko di dalam tubuh karena bisa membuat molekul-molekul jadi terlalu aktif.

Saat molekul-molekul yang mengandung oksigen menjadi terlalu aktif, mereka bisa mulai merusak struktur cell disekitarnya. Dalam bidang kimia, situasi ketidak seimbangan yang melibatkan oksigen ini disebut oxidative stress.

Vitamin E membantu mencegah oxidative stress dengan cara bekerja sama dengan sekelompok gizi yang mencegah molekul-molekul oksigen agar tidak menjadi terlalu aktif.

Kelompok gizi tersebut antara lain vitamin C, glutathione, selenium, dan vitamin B3. Sebagian peneliti percaya bahwa vitamin E itu adalah anggota kelompok yang paling penting dari kelompok pencegah oxidative stress.

Mendukung Kesehatan Kulit

Vitamin E terkadang digambarkan sebagai "penangkal petir" dari cell, yang mengijinkan molekul-molekul reaktif untuk menyambar cell, seperti petir, tanpa menyebabkan kerusakan.

Fungsi "penangkal petir" dari vitamin E ini terutama tampak dalam kasus kulit, karena vitamin E melindungi kulit secara langsung dari radiasi sinar ultraviolet.

Di banyak studi penelitian, vitamin E yang diaplikasikan dengan cara dioleskan pada kulit telah menunjukkan mampu mencegah kerusakan UV.

Saat diet mengandung makanan-makanan yang kaya akan vitamin E, maka vitamin E bisa mencapai selaput-selaput cell kulit dan memberikan efek perlindungan yang sama ini.

Melindungi Terhadap Kanker Kantung Kemih

Salah satu manfaat dari membuat makanan-makanan yang kaya dalam vitamin E--kacang-kacangan, biji-bijian, bayam, mustard greens, merica dan olive oil--sebagai bagian dari pola makan yang sehat adalah suatu pengurangan mencapai 50% dalam resiko kanker kantung kemih, menurut penelitian yang di presentasikan pada pertemuan tahunan dari American Association of Cancer Research, Orlando, Florida, 23 Mei 2004.

Kanker kantung kemih, yang membunuh 12.500 orang Amerika per tahun, adalah kanker pembunuh ke empat diantara pria, dan empat kali lebih umum pada pria dibanding wanita.

Studi yang melibatkan 468 penderita kanker kantung kemih dan 534 kontrol bebas kanker yang diambil dari penduduk Houston, Texas, mengumpulkan data menggunakan kuisioner kebiasaan-kebiasaan makan.

Mereka yang asupan vitamin E nya berada dalam top 25%memiliki 1/2 kanker kantung kemih dibanding mereka yang berada di bawah 25%.

Meningkatkan asupan vitamin E ke jumlah yang dikonsumsi oleh kelompok top tidak akan sulit karena sebenarnya perbedaan aktual dalam jumlah makanan-makanan yang kaya akan vitamin E dari kedua kelompok konsumsi ekstrem tersebut adalah kecil--setara dengan suatu sajian harian berupa bayam atau segenggam almond.

Team peneliti menganalisa dua bentuk paling umum dari vitamin E, yaitu alpha- dan gamma-tocopherol, dan menemukan bahwa hanya alpha-tocopherol yang berhubungan dengan resiko yang lebih rendah untuk kanker kantung kemih.

Selain itu, entah para peserta studi mendapatkan vitamin E mereka dari makanan saja atau dari pill-pill vitamin, pengurangan resikonya hampir sama.

Mereka yang tertinggi dalam asupan alpha-tocopherol dari makanan memiliki suatu pengurangan resiko 42% untuk kanker kantung kemih, dan mereka yang diet nya kaya akan vitamin E yang juga meminum supplement vitamin E itu punya 44% pengurangan resiko.

Vitamin E dari Makanan, Tapi Bukan Supplement Menawarkan Perlindungan Terhadap Kanker Prostat dan Penyakit Alzheimer's

Meski jenis vitamin E yang biasanya digunakan dalam bentuk supplement itu adalah alpha-tocopherol, tapi penelitian yang dipublikasikan pada issue Desember 2004 dalam Proceedings of the National Academy of Sciences mengindikasikan bentuk lain dari vitamin E, yaitu gamma-tocopherol, tapi bukan alpha-tocopherol, yang menghambat perkembangbiakan cell kanker prostat tanpa mempengaruhi cell-cell yang sehat.

Juga, efek anti-kanker dari gamma-tocopherol, saat di kombinasikan dengan bentuk-bentuk lain dari vitamin E misalnya delta-tocopherol, tempak menjadi additive.

Seperti yang dicatat diatas, vitamin E itu suatu istilah umum untuk suatu keluarga dari setidaknya delapan molekul yang berhubungan secara struktural.

Saat penelitian pertama di lakukan pada vitamin E oleh Shute bersaudara diawal abad ke 19, pada tikus, satu fraksi dari vitamin E, yaitu alpha tocopherol, tampak lebih kuat karena diperlukan untuk kehamilan yang sukses dan memproduksi keturunan.

Untuk alasan tersebut, Shutes menamakan vitamin ini "tocopherol," yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti "melahirkan."

Penelitian yang lebih baru telah mengungkapkan bahwa, pada manusia, fraksi-fraksi lain dari vitamin E itu mungkin lebih bermanfaat lagi.

Gamma-tocopherol telah ditemukan mampu memberikan efek anti-peradangan, yang mengarahkan peneliti untuk menganggap bahwa fraksi ini mungkin lebih cardioprotective dibanding alpha-tocopherol yang ditemukan dalam sebagian besar supplement.

Gamma-tocopherol itu bukan cuma anti-peradangan, tapi juga sangat tertarik ke nucleus di dalam cell-cell--tempat dimana mutasi-mutasi dalam kode genetik bisa memacu pengembangan kanker.

Saat Dr. Jiang dan team nya menyelidiki potensi anti-carcinogenic potential dari berbagai bentuk vitamin E, mereka menemukan bahwa gamma-tocopherol, terutama dalam kombinasi dengan bentuk-bentuk lain dari vitamin E misalnya delta-tocopherol, memicu apoptosis (kematian cell)  di dalam cell-cell kanker prostate androgen-sensitive dalam 3 hari pengobatan. Alpha-tocopherol saja tidak memiliki efek ini.

Fraksi-fraksi gamma dan delta E tampak memicu apoptosis dengan menginterupsi sintesa dari sphingolipid, suatu molekul berlemak di dalam selaput-selaput cell yang bertindak sebagai pengirim sinyal untuk mengatur kejadian-kejadian di dalam cell.

Di dalam selaput cell dari cell-cell kanker prostat manusia, interupsi dari sintesa sphingolipid oleh tocopherol gamma dan delta itu menyebabkan cell-cell yang terkena kanker jadi merusak dirinya sendiri, sambil tetap membiarkan cell-cell yang sehat agar tidak terpengaruh.

Kedua fraksi, juga alpha tocopherol, itu secara natural ada di dalam makanan-makanan yang kaya akan vitamin E, yang menyertakan sejumlah sayuran hijau (mustard greens, turnip greens, bayam, collard greens, dan kale), biji bunga matahari dan almond.

Suatu asupan vitamin E yang tinggi dari makanan, bukan dari supplement (yang biasanya hanya mengandung alpha-tocopherol) itu juga berhubungan terbalik dengan penyakit Alzheimer's.

Martha Clare Morris, Sc.D., ketua peneliti nutrisi untuk CHAP, Chicago Health and Aging Project, menemukan suatu penurunan resiko 67% dari Alzheimer's pada subjek dengan asupan vitamin E tertinggi yang berasal dari makanan dan menyimpulkan: "berbagai bentuk tocopherol dan bukannya alpha-tocopherol saja, itu mungkin penting dalam perlindungan vitamin E yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer's."

Peranan Lain untuk Vitamin E

Meski sebagian besar penelitian mengenai vitamin E telah di fokuskan pada peranannya dalam pencegahan oxidative stress, suatu variasi dari peranan-peranan baru saat ini telah di isyaratkan.

Sebagian besar dari peranan baru ini melibatkan transfer dari informasi kimiawi dari satu cell ke cell lain, atau ke struktur yang berbeda di dalam suatu cell. Transfer informasi kimiawi ini dirujuk sebagai "cell signaling," dan banyak penelitia yang percaya bahwa cell signaling tidak bisa mengambil tempat secara akurat tanpa bantuan dari vitamin E.

Apa Saja Gejala dari Kekurangan Vitamin E?

Gejala kekurangan vitamin E itu sulit untuk di ketahui dan menjadi kontroversi di dalam literatur penelitian. Bidang kesepakatan yang paling luas melibatkan malabsorpsi.

Dalam banyak studi penelitian, level yang rendah dari vitamin E itu berhubungan dengan gangguan-gangguan pada sistem pencernaan dimana gizi-gizi itu diserap secara buruk dari saluran pencernaan. Masalah-masalah ini termasuk penyakit pankreas, penyakit kantung kemih, dan celiac disease.

Bidang kedua dari fokus untuk gejala-gejala kurangan vitamin E itu disebut peripheral neuropathy. Bidang ini difokuskan mengenai berbagai gangguan sistem syaraf di telapak tangan, tangan, dan kaki. Nyeri, kesemutan, dan kehilangan sensasi di kaki dan tangan ini telah dihubungkan dengan kekurangan vitamin E.

Meski banyak praktisi kesehatan yang melaporkan bahwa masalah-masalah kulit tampak berhubungan dekat dengan kekurangan vitamin E, baru ada studi penelitan yang terbatas untuk mendukung pendapat ini.

Apa Saja Gejala Keracunan Vitamin E?

Saat di dapat dari sumber-sumber makanan saja, vitamin E tidak memiliki dokumentasi penelitian mengenai keracunan. Supplement-supplement vitamin E, saat diminum dalam dosis yang sangat tinggi yaitu 3.000 IU atau lebih, telah menunjukkan efek-efek keracunan.

Efek-efek tersebut antara lain kramp-kramp usus dan diare, letih, pandangan berganda, dan otot-otot yang melemah. Di bawah level 3.000 IU, penelitan mengenai keracunan vitamin E itu tidak konsisten, tapi mayoritas studi tidak menunjukkan efek-efek keracunan.

Suatu pengecualian untuk resiko rendah secara umum dari keracunan yang berhubungan dengan vitamin E melibatkan kekurangan vitamin K secara kontinyu. Untuk orang yang mengalami kekurangan vitamin K, asupan vitamin E yang tinggi bisa memperlama waktu pendarahan dan mengganggu pembekuan darah.

Pada tahun 2000, National Academy of Sciences menetapkan suatu Tolerable Upper Intake Level (UL) untuk vitamin E yaitu 1.000 mg (atau 1.500 IU dari vitamin E dalam bentuk alpha-tocopherol).

Batasan-batasan harian ini hanya berlaku untuk supplemental vitamin E, dan ditujukan untuk diterapkan pada orang yang berusia 19 tahun ke atas.

Apa Pengaruh Memasak, Menyimpan, atau Memproses Terhadap vitamin E?

Paparan ke udara dan pemrosesan pabrik terutama bisa merusak kandungan vitamin E dalam makanan. Dalam gandum, contohnya, dimana sebagian besar vitamin E itu ditemukan dalam lapisan germ, pemrosesan komersial menghilangkan 50-90% vitamin E dari makanan.

Dalam 60% ekstraksi tepung terigu—jenis yang biasa digunakan untuk membuat 90% dari semua roti, kue panggang, dan pasta, kandungan alpha tocopherol menurun hampir 90%, dan kandungan beta tocopherol menurun 43%. (Alpha dan beta tocopherol adalah dua bentuk dari vitamin E.)

Untuk membantu melindungi kandungan vitamin E nya, minyak sayuran misalnya olive oil, sunflower seed oil, dan peanut oil seharusnya di simpan dalam kontainer yang tertutup rapat untuk menghindari paparan yang tidak perlu ke udara.

Faktor-faktor Apa Saja yang Berkontribusi Terhadap Kekurangan Vitamin E?

Since vitamin E is a fat-soluble vitamin, poor absorption of fat in the digestive tract can contribute to vitamin E deficiency. Some specific health conditions that can cause fat malabsorption include pancreatic disease, celiac disease, and gallbladder disease. Premature birth has also been shown to increase risk of vitamin E deficiency in infants.

Bagaimana Gizi-gizi Lain Berinteraksi Dengan Vitamin E?

Daur ulang dari vitamin E di dalam tubuh itu dengan rumitnya terhubung ke empat gizi lain: vitamin C, glutathione, selenium, dan vitamin B3.

  • Vitamin C itu dibutuhkan untuk menjaga vitamin E dalam bentuk aktifnya secara metabolic;
  • glutathione (suatu molekul protein yang sangat kecil yang disebut tripeptide dan terdiri dari tiga amino acid dasar) itu perlukan untuk menjaga vitamin C dalam bentuk aktif nya; dan
  • selenium (suatu micromineral) serta vitamin B3 (dalam suatu bentuk spesial yang disebut NADPH) itu dibutuhkan untuk menjaga glutathione dalam bentuk aktif nya.

Fakta bahwa vitamin E itu juga sangat bergantung pada vitamin C, vitamin B3, selenium, dan glutathione berarti bahwa suatu diet yang tinggi dalam vitamin E tidak bisa mendapatkan efek optimalnya kecuali juga kaya dalam makanan-makanan yang menyediakan gizi-gizi lain ini.

Pada level-level yang agak tinggi yaitu 1.000 milligram atau lebih, vitamin E bisa mengganggu aktivitas dari vitamin K. Kemungkinan gangguan pada metabolisme vitamin K itu adalah alasan terbesar kenapa National Academy of Sciences, ditahun 2000, menetapkan suatu Tolerable Upper Limit (UL) 1.000 milligram per hari untuk vitamin E.

Penyakit Apa Saja yang Membutuhkan Penekanan Khusus Pada Vitamin E?

Vitamin E mungkin berperan dalam pencegahan dan atau pengobatan dari penyakit-penyakit berikut ini:

  • Jerawat
  • Alzheimer's disease
  • Angina pectoris
  • Asthma
  • Atherosclerosis
  • Kanker payudara
  • Diabetes
  • Epilepsy
  • Fibrocystic breast disease
  • Gout
  • Graves' disease
  • Infertility (male)
  • Inflammatory bowel disease
  • Macular degeneration
  • Menopause
  • Migraine
  • Multiple sclerosis
  • Kanker-kanker oral
  • Osteoarthritis
  • Parkinson's disease
  • Peptic ulcers
  • Peripheral vascular disease
  • PMS
  • Pregnancy-induced hypetension
  • Psoriasis
  • Rheumatoid arthritis
  • Senile cataracts
  • Squamous cancer
  • Stroke
  • Tardive dyskinesia
  • Vaginitis

Makanan Apa Saja yang Menyediakan Vitamin E?

Sumber-sumber yang sempurna untuk vitamin E itu antara lain bayam, turnip greens, dan chard.

Sumber-sumber yang sangat bagus untuk vitamin E antara lain mustard greens, cayenne pepper, biji bunga matahari, almond, bell peppers, dan asparagus.

Sumber-sumber yang bagus untuk vitamin E antara lain collard greens, kale, tomat, cranberries, broccoli, Brussels sprouts, pepaya, raspberries, dan wortel.

Apa Saja Rekomendasi Kesehatan Publik Saat ini untuk Vitamin E?

Di tahun 2000, National Academy of Sciences menetapkan level-level Adequate Intake (AI) berikut ini untuk vitamin E:

  • Pria dan wanita, 0-6 bulan: 4 milligram
  • Pria dan wanita, 6-12 bulan: 5 milligram

In 2000, the National Academy of Sciences established the following Recommended Dietary Allowances (RDAs) for vitamin E:

  • Pria dan wanita, 1-3 tahun: 6 milligram
  • Pria dan wanita, 4-8 tahun: 7 milligram
  • Pria dan wanita, 9-13 tahun: 11 milligram
  • Pria dan wanita, 14 tahun keatas: 15 milligram
  • Wanita hamil, 18 tahun keatas: 15 milligram
  • Wanita menyusui, 18 tahun keatas : 19 milligram

The National Academy of Sciences menetapkan suatu Tolerable Upper Intake Level (UL) untuk vitamin E 1.000 mg (atau 1.500 IU dari vitamin E dalam bentuk alpha-tocopherol). Batas harian ini hanya berlaku untuk supplemental vitamin E only, dan ditujukan untuk di terapkan pada semua individu yang berusia 19 keatas.