Binge eating

Binge eating adalah suatu pola makan tidak normal dimana seseorang memakan makanan dengan jumlah yang sangat banyak dalam suatu waktu yang terbatas, dibanding yang dimakan oleh orang pada umumnya. Jangka waktu untuk suatu binge itu biasanya 1-2 jam.

Gangguan pola makan anorexia nervosa dan bulimia nervosa itu dianggap sebagai gangguan psikologis, dan memiliki kriteria diagnostik formal yang di definisikan dalam Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorders Fourth Edition-Text Revision (DSM-IV-TR) yang dipublikasikan oleh American Psychiatric Association (APA).

Sedangkan binge eating itu adalah suatu masalah yang sudah diakui, tapi belum sampai ke tingkat yang terpisah dari gangguan psikologis yang di definisikan oleh APA.

Sebagian ahli percaya bahwa binge eating itu adalah sub-jenis dari bulimia, yaitu suatu gangguan pola makan yang dicirikan dengan episode-episode binge eating yang di ikuti oleh membersihkan tubuh dari kalori.

Para ahli lain percaya bahwa binge eating itu seharusnya di kelompokkan sebagai suatu perilaku yang berhubungan dengan obesitas. Sebagian penyedia layanan kesehatan menempatkan gangguan binge eating dalam kategori APA untuk gangguan-gangguan pola makan yang tidak di spesifikasikan.

Meski cara seorang profesional perawatan kesehatan memandang binge eating itu tidak mengubah perilakunya, tapi itu mungkin mempengaruhi jenis therapy yang dianjurkan, dan mempengaruhi tingkat dimana perawatan itu di cakup oleh penyedia asuransi kesehatan.

Terkadang semua orang juga bisa terlalu banyak makan, tapi orang-orang dengan binge-eating disorder itu memiliki suatu pola makan tidak normal yang sering terjadi.

Banyak spesialis gangguan pola makan yang mendefinisikan binge eating sebagai perilaku binge eating yang terjadi setidaknya 2 kali seminggu untuk tiga bulan, dan memiliki suatu dampak negatif pada hubungan seseorng dengan aktivitas hariannya.

Binge eaters itu memiliki perilaku-perilaku berikut ini:

  • Mereka memakan makanan dalam jumlah yang sangat banyak dalam satu kali makan, seringkali mengonsumsi 3.000 - 10.000 kalori dalam suatu jangka waktu yang singkat.
  • Mereka melahap makanannya, makan dengan jauh lebih cepat dibanding biasanya.
  • Selama suatu periode binge, mereka merasa lepas kendali dan tidak bisa berhenti makan, meski mereka mungkin ingin berhenti.
  • Meski sudah merasa kenyang bahkan merasa sangat kesakitan, mereka terus saja makan.
  • Binge eaters cenderung untuk berdiet secara konstan tapi tidak pernah bisa mengurangi berat badannya.
  • Lalu mereka seringkali makan sendirian dan menyembunyikan wadah-wadah makanan yang kosong untuk menyembunyikan dari orang lain berapa banyak yang mereka makan.
  • Mereka merasa malu dengan perilaku binge nya.
  • Menimbun makanan itu adalah hal yang biasa.
  • Setelah suatu periode binge, mereka merasa bersalah, jijik dan atau sedih mengenai berapa banyak yang telah mereka makan.
  • Mereka bersumpah pada diri sendiri untuk tidak pernah binge lagi, tapi tidak mampu memegang janji ini.

Demografis

Diperkirakan jumlah orang Amerika yang memiliki binge-eating disorder itu berkisar antara kurang dari 1% sampai 4%, dengan 2% menjadi figur yang paling umum disebutkan.

Meski jumlah wanita yang memiliki binge-eating disorder lebih banyak dibanding pria (3:2), tapi binge eating itu adalah bentuk gangguan pola makan yang paling umum terjadi pada pria.

Gangguan ini sama-sama mempengaruhi orang kulit putih dan kulit hitam; baru sedikit penelitian yang pernah dilakukan pada etnis-etnis lain.

Tidak seperti gangguan pola makan anorexia nervosa atau bulimia nervosa yang dimulai pada usia remaja atau mulai menginjak dewasa, binge eating disorder lebih umum terjadi pada orang dewasa yang berusia pertengahan antara 46 sampai 55 tahun.

Meski binge eaters itu mungkin memiliki berat badan yang normal, tapi binge eating itu adalah suatu gangguan umum diantara orang-orang yang obese. Beberapa perkiraan menyarankan bahwa setengah dari orang obese yang berada dalam program-program pengurangan berat badan itu memiliki masalah dengan binge-eating.

Orang-orang yang beresiko tinggi untuk mengembangkan binge-eating disorder itu memiliki karakteristik tertentu yang mirip. Antara lain:

  • Sering berdiet. Orang-orang yang berada pada diet-diet ketat atau sering menambah atau mengurangi sejumlah besar berat badan (siklus berat badan) itu lebih mungkin untuk menjadi binge eaters.
  • Impulsiveness. Binge eaters, sama seperti bulimics, memiliki masalah dalam mengontol dorongan hati.
  • Menilai diri rendah atau self-talk negatif. Ini terjadi hampir secara universal pada orang-orang dengan semua jenis gangguan pola makan.
  • Sulit untuk mengatur amarah dan perasaan-perasaan berlebihan yang tidak tepat.
  • Terlalu asyik dengan body image dan berat badan.
  • Sexual abuse. Sebagian, bukan berati semua, orang dengan binge eating disorder itu melaporkan menjadi dianiaya secara seksual saat kanak-kanak. Ini adalah suatu bidang yang sedang menjadi penelitian.
  • Depresi. Masih belum jelas apakah depresi menyebabkan binge eating ataukau binge eating itu yang menyebabkan depresi, tapi keduanya seringkali ditemukan secara bersamaan.

Penyebab dan Gejala

Binge eating itu adalah suatu bidang penelitian yang masih relatif baru. Sama seperti semua gangguan pola makan lainnya, binge eating itu tampak memiliki berbagai sebab.

Secara genetik sebagian orang tampaknya memiliki kecenderungan untuk menjadi binge eaters. Para peneliti mengira ini mungkin ada hubungannya dengan ketidak normalan pada neurotransmitters di dalam otak yang membantu mengatur nafsu makan. Penelitian dalam bidang ini masih terus dilakukan.

Bagi banyak binge eaters, stress itu adalah faktor yang memicu suatu binge. Stress bisa jadi disebabkan oleh diet yang sangat ketat.

Tapi seringkali disebabkan oleh faktor-faktor sosial dan budaya, misalnya konflik keluarga, stress yang berhubungan dengan pekerjaan, hubungan yang bermasalah, dan pesan berulang dari media bahwa tubuh yang langsing itu adalah suatu tanda dari kesuksesan, sedangkan menjadi obese itu adalah hasil dari kegagalan untuk menemukan seorang pasangan atau sukses dalam hidup.

Gejala-gejala binge eating itu mungkin sulit untuk di deteksi. Binge eating itu berbeda dari mengemil secara terus menerus, dan seringkali dilakukan secara tertutup.

Obesitas dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan obesitas misalnya hypertensi (tekanan darah tinggi) diabetes type 2, dan nyeri sendi adalah tanda-tanda yang bisa muncul dari binge eating, tapi tidak semua orang obese itu adalah binge eaters.

Perilaku-perilaku misalnya makan secara sembunyi-sembunyi, berdiet secara konstan tanpa berhasil mengurangi berat badan, keprihatinan yang berlebihan tentang berat badan, depresi, kecemasan, dan penyalah gunaan zat, itu semua adalah petunjuk, namun tidak satupun dari tanda ini yang definitif.

Seseorang mungkin mengeluhkan tentang gejala-gejala yang berhubungan dengan obesitas, misalnya keletihan dan napas pendek, atau menyinggung soal kegagalannya dalam berdiet, tapi sekali lagi, ini bukanlah tanda-tanda yang pasti.

Diagnosa

Binge eating bisa jadi sulit untuk di diagnosa oleh penyedia layanana peratan kesehatan. Binge eaters seringkali mencari jalan untuk menyembunyikan berapa banyak yang mereka makan.

Mereka mungkin, misalnya, membeli makanan makanan snack di toko makanan dan memakannya di mobil sebelum pulang ke rumah, atau mereka mungkin membeli makanan secara sembunyi-sembunyi dan menimbunnya, sehingga orang-orang yang dekat dengan mereka tidak akan tahu bahwa mereka adalah bingeing.

Biasanya, penyedia layanan perawatan kesehatan akan memulai diagnosa dengan suatu sejarah keluarga atau personal. Namun, orang-orang dengan binge-eating disorder seringkali akan berbohong mengenai kebiasaan-kebiasaan makan mereka.

Seorang dokter akan memulai dengan suatu pengamatan fisik dan biasanya melakukan test-test laboratorium standard misalnya complete blood count (CBC), urinalysis, dan test-test darah untuk memeriksa level kolesterol, triglycerides, dan electrolytes.

Test-test tambahan, misalnya test fungsi thyroid, mungkin dilakukan untuk mengetahui gangguan-gangguan lain.

Jika orang ini obese, test-test mungkin dilakukan untuk memeriksa penyakit-penyakit yang berhubungan dengan obesitas misalnya diabetes, penyakit cardiovascular, dan sleep apnea.

Beberapa evaluasi yang berbeda bisa digunakan untuk mengamati kondisi mental seseorang. Seorang dokter atau profesional kesehatan mental akan menaksir pemikiran dan perasaan seseorang mengenai dirinya sendiri, tubuh mereka, hubungan mereka dengan orang lain, dan resiko mereka untuk menyakiti diri sendiri.

Pengobatan

Menyangkut Gizi/Diet

Orang dengan binge-eating disorder itu memahami bahwa pola makan mereka tidak normal dan tidak sehat.

Konsultasi gizi dan perencaaan makan bisa membantu mengembalikan kontrol terhadap berat badan, tapi bukan untuk mengatasi ketidak mampuan dalam mengontrol dorongan untuk binge.

Konsultasi gizi diperlukan untuk menjadi bagian dari program pengobatan yang lebih luas yang menyertakan psikoterapi dan kemungkina terapi obat.

Terapi

Para psikolog lebih mungkin untuk mengatasi masalah binge eating dengan menggunakan terapi yang membantu orang-orang untuk mengubah perilakunya, dan dengan cara mengatasi masalah-masalah emosional dan psikologis yang menyebabkannya.

Bagi mereka, mengatasi obesitas itu sekunder dibanding mengatasi perilaku dan pola pemikiran yang menyebabkannya. Para psikolog cenderung untuk menganggap bahwa begitu seseorang memahami dan bisa mengontrol perilaku bingeing nya, maka obesitas akan lebih mudah untuk diatasi.

Beberapa jenis psikoterapi yang telah sukses mengobati orang-orang dengan binge-eating disorder adalah sebagai berikut:

  • Cognitive behavior therapy (CBT) itu dirancang untuk berhadapan dan kemudian mengubah pemikiran dan perasaan seseorang mengenai tubuh dan perilakunya terhadap makanan, tapi bukan untuk mencari tahu kenapa pemikiran dan perasaan tersebut timbul. Strategi-strategi untuk mengontrol diri mungkin akan di cari. Terapi ini bersifat relatif jangka pendek.
  • Interpersonal therapy adalah terapi jangka pendek yang membantu orang-orang untuk mengidentifikasi masalah-masalah tertentu dan masalah-masalah dalam hubungan. Seseorang mungkin akan diminta untuk melihat sejarah keluarga atau pribadinya dalam mencoba untuk mengenali bidang-bidang masalah dan mencari solusinya.
  • Dialectical behavior therapy terdiri dari sesi-sesi pribadi dan kelompok dimana ahli terapi dan para pasien bekerja sama dalam mengurangi perilaku-perilaku yang mengganggu kualitas hidup mereka, menemukan solusi-solusi alternatif untuk masalah yang sedang dihadapi, dan belajar untuk mengatur emosi-emosi.
  • Family therapy itu membantu dalam merawat anak-anak yang binge eaters. Terapi ini mengajarkan strategi-strategi untuk mengurangi konflik, gangguan, dan stress yang mungkin menjadi faktor-faktor pemicu binge eating.
  • Bagi sebagian orang dengan binge-eating disorder, kelompok-kelompok pengembangan diri dan program-program pengurangan berat badan yang terstruktur itu bermanfaat, sedangkan bagi sebagian lain tidak.

Prognosis

Prognosis untuk binge eating disorder itu masih belum jelas. Karena stress seringkali memicu bingeing, kambuh itu seringkali terjadi dalam merespon kejadian-kejadian hidup yang membuat stress.

Sebagian orang merasa bahwa dengan mencari bantuan itu akan meningkatkan kontrol mereka terhadap binge eating. Misalnya, beberapa studi telah menemukan bahwa mendapatkan suatu placebo itu adalah sama efektifnya dengan mendapatkan pengobatan.

Itulah yang menjadi salah satu alasan kenapa dari komunitas medis menolak untuk menerima binge eating sebagai suatu penyakit yang sesungguhnya. Banyak studi yang sedang dilakukan untuk menguji berbagai metode pengobatan binge eating.

Pencegahan

Karena binge eating itu sulit untuk di deteksi, maka sulit juga untuk dicegah. Beberapa stategi pencegahan adalah sebagai berikut:

  • Para orang tua seharusnya tidak menampakkan obsesi mereka mengenai berat badan, penampilan, dan diet mereka di depan anak-anak mereka.
  • Jangan mengejek orang lain mengenai bentuk tubuh mereka atau membandingkan mereka dengan orang lain.
  • Perjelas bahwa semua anggota keluarga itu dicintai dan diterima seperti apa adanya mereka.
  • Cobalah untuk makan bersama sebagai suatu keluarga setiap kali memungkinkan; hindari makan sendirian.
  • Hindari menggunakan makanan untuk menenangkan diri masa-masa stress.
  • Monitor self-talk negatif; praktekkan self-talk positif.
  • Sediakan waktu untuk melakukan sesuatu yang disenangi setiap hari.
  • Mulailah menyibukkan diri, tapi jangan terlalu sibuk.
  • Waspadalah terhadap tanda-tanda rendah diri, kecemasan, depresi, dan penyalah gunaan obat atau alkohol dan carilah bantuan secepatnya saat tanda-tanda ini muncul.