The Fast Food Diet

The Fast Food Diet, sebuah buku yang ditulis oleh Stephen Sinatra, MD, adalah di dasarkan pada pemikiran dasar bahwa mengharapkan untuk orang-orang benar-benar menghindari fast food itu adalah sesuatu yang tidak realistis, terutama jika mereka memakannya secara rutin.

Tujuannya adalah membuat orang-orang mendapatkan fakta tentang item-item restaurant fast food agar bisa membuat pilihan-pilihan yang lebih sehat.

The Fast Food Diet: Bagaimana Cara Kerjanya?

Dr. Sinatra menyarankan bahwa satu alasan kenapa banyak diet yang gagal adalah karena terlalu ketat. Dia percaya bahwa filosofi Fast Food Diet nya ini mengikuti apa yang dia sebut kaidah 80/20: Tidak mengapa untuk royal 20 persen dari waktu selama anda memakan suatu diet yang sehat dalam 80 persen dari waktu.

The Fast Food Diet juga di rancang untuk fit dengan gaya hidup seseorang, dari pada mengharuskan perubahan-perubahan yang drastis.

Subtitlenya adalah “Lose Weight and Feel Great Even if You’re Too Busy to Eat Right,” yang berarti bahwa anda tidak harus membuat suatu perubahan secara keseluruhan atau berusaha untuk mengurangi berat badan, melainkan sekedar melakukan penyesuaian-penyesuaian kecil terhadap kebiasan-kebiasaan makanan yang sudah anda miliki.

The Fast Food Diet membuat daftar pilihan-pilihan yang lebih sehat di restaurant-restaurant fast food, makanan-makanan gorengan, trans fat, dan soda.

The Fast Food Diet: Contoh Menu Diet

Berikut ini contoh tiga makanan dan dua cemilan dengan total berkisar 1.577 kalori dan 69 gram lemak, termasuk air atau minuman-minuman tanpa kalori:

Sarapan
Hardee's Frisco Breakfast Sandwich

Cemilan
Supermarket almonds

Makan siang
Burger King Original Whopper Jr. dengan garden salad

Cemilan
McDonald's Fruit ’n Yogurt parfait

Makan malam
Churches Chicken fried chicken breast, corn on the cob, dan mashed potatoes

The Fast Food Diet: Pro

Salah satu kelebihan dari Fast Food Diet adalah kemudahannya. “Anda tidak harus memasak sendiri, ” kata ahli gizi Leslie Bonci, RD, direktur dari nutrisi sport di University of Pittsburgh Medical Center. “Ukuran porsi itu sudah di tentukan lebih dulu.”

Manfaat lain: Membantu anda untuk memilih pilihan-pilihan dengan lemak dan kalori yang lebih rendah. “Jika anda sering makan di restaurant-restaurant ini, anda bisa memilih item-item terbaik pada menu,” kata Amy Lanou, PhD, seorang ahli nutrisi dan assistant professor dibidang kesehatan dan kebugaran di University of North Carolina, Ashville.

The Fast Food Diet: Kontra

Salah satu tantangan terbesar adalah godaan yang dihadapi para peserta diet. Anda sudah memesan suatu kentang panggang, memegang sour cream, sedangkan makanan-makanan favorit anda tepat berada di depan mata anda.

Lanou mengatakan, “Jika anda terbiasa makan suatu makanan 3.000 kalori di restaurant fast food dan mendadak mencoba untuk makan lebih sedikit, maka anda masih tetap berada di sana sambil mencium aroma makanan lain. Untuk bisa tetap patuh itu bisa menjadi sulit.”

Juga ada masalah lain mengenai jumlah buah dan sayuran yang terbatas. “Orang umumnya tidak mendatangi restaurant fast food untuk memesan salad” kata Bonci. “Dan berapa banyak selada serta tomat yang bisa anda tambahkan pada suatu burger?”

Saat terdapat buah dan sayuran pada menu, biasanya sangat sedikit dan kurang bergizi. “Sayurannya bukanlah yang berwarna hijau gelap. Tidak ada arugula, tidak ada brokoli,” kata Bonci. “Buah-buahannya mungkin ditaruh diatas suatu krim yogurt, dan anda bisa menghitung buah berrie dengan satu tangan.”

Jarang terdapat roti whole-grain dan nasi coklat, kecuali di restaurant seperti Subway.

Pilihan keseluruhan juga terbatas. “Seringkali, menunya adalah burger atau ayam,” kata Bonci. “Pilihan-pilihan ikan juga sangat sedikit, dan kemungkinan besar di goreng. Anda biasanya tidak melihat salmon.”

The Fast Food Diet: Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Dalam jangka pendek, kata Bonci, anda bisa mengurangi berat badan pada Fast Food Diet: “Karena Fast Food Diet mengandung daging, anda bisa merasa puas (kenyang). Ada perasaan puas di mulut, suatu aroma. Orang yang berada pada suatu diet yang cuma makan salad akan ingin makan lagi setelah lima menit, tapi dengan Fast Food Diet, seseorang sepertinya akan tetap merasa puas lebih lama dengan sepotong kecil burger dan kecil kemungkinannya untuk segera makan lagi.”

Akan tetapi, dalam jangka panjang, satu masalah adalah bahwa makanan-makanannya tidak bergizi. “Bahkan saat kita membicarakan tentang pilihan-pilihan terbaik, ini cenderung untuk dibuat dengan bahan-bahan yang berkualitas rendah,” kata Lanou. “Tidak ada kale atau ubi jalar, dan masih tetap terlalu tinggi dalam sodium dan lemak saturated, serta grain yang sudah mengalami terlalu banyak pemrosesan.”

Selain itu, seorang peserta diet cenderung akan merasa bosan dengan pilihan-pilihan yang terbatas pada Fast Food Diet. “Daftarnya terlalu sedikit, dan kemungkinan besar untuk benar-benar merasa bosan setelah beberapa lama,” kata Bonci.

“Sama seperti diet lain yang awalnya terdengar bagus, misalnya diet es krim, anda perlu untuk membaca tulisannya. Jumlah makanannya sangat sedikit. Burgernya kecil. Dan saat seseorang yang berada di belakang counter menanyakan apakah anda ingin ukuran yang super atau apakah anda ingin makanan combo, itu adalah suatu tantangan karena pilihan-pilihan tersebut ada di sana.”

Sepertinya bertentangan dengan intuisi, tetapi para pendukung Fast Food Diet mengklaim bahwa anda bisa mengurangi berat badan hanya dengan memakan makanan cepat saji. Apakah diet ini benar-benar memberikan jalan yang mudah untuk mengurangi berat badan?; dan apa dampaknya?