Makanan Sehat - Walnut

Walnut itu benar-benar suatu makanan purba.

Bahkan, penggalian-penggalian di bagian barat daya Prancis, menemukan fosil cangkang-cangkang walnut yang telah berumur lebih dari 8.000 tahun.

Pada abad ke 16 dan 17 Masehi, walnut dipandang sebagai suatu makanan obat. Karena bentuknya yang menyerupai jantung dan otak manusia, walnut dipercaya mampu meredakan emosi dan meningkatkan kecerdasan.

Saat ini, Amerika Serikat adalah salah satu produsen utama dari walnut. Produsen terbesar lainnya antara lain Turki, China, Iran, Prancis, dan Rumania.

Walnut itu sumber yang sangat bagus untuk omega-3 fatty acid. Selain itu, walnut juga adalah sumber yang sangat baik untuk mangan dan tryptophan.

Tapi apa kata para peneliti?

Kesehatan Cardiovascular

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2006 di Journal of the American College of Cardiology, 12 orang sehat dan 12 orang yang memiliki level kolesterol tinggi secara acak di tugaskan untuk memakan suatu makanan yang tinggi lemak (80 g lemak, 35 persen lemak saturated) yang menyertakan 40 g walnut atau 30 g olive oil.

Pada akhir minggu, para subjek mengulangi studi ini. Kali ini, para subjek yang memakan walnut mengkonsumsi olive oil dan yang mengkonsumsi olive oil memakan walnut.

Para peneliti menemukan bahwa setelah orang-orang dengan level kolesterol tinggi ini memakan makanan yang ditambah dengan walnut, aliran darah di dalam arteri brachial dari tangan-tangan mereka meningkat sebanyak 24 persen.

Namun, setelah mereka memakan makanan dengan olive oil, terdapat penurunan 36 persen dalam aliran darah. Apa artinya ini?

Tampaknya, walnut mampu menetralisir sebagian aspek negatif dari suatu diet tinggi lemak, yang bukan berasal dari olive oil.

Tapi makanan-makanan walnut dan olive oil tetap menghasilkan suatu penurunan dalam level kolesterol dan triglycerides. Dan olive oil seharusnya dianggap sebagai suatu makanan yang mendukung kesehatan cardiovascular.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2007 di Hypertension, para peneliti mengkalkulasi jumlah dari omega-3 polyunsaturated fatty acids (PFAs) di dalam diet dari 4.680 pria dan wanita, dengan usia antara 40 sampai 59 tahun, yang hidup di Jepang, China, Inggris dan Amerika Serikat.

Dari ke 4 negara yang di pelajari, orang-orang yang hidup di Jepang adalah yang paling banyak mengkonsumi omega-3 PFAs, yang banyak ditemukan di dalam walnut. Dan orang-orang yang paling banyak mengkonsumsi omega-3 PFAs itu memiliki level-level tekanan darah  systolic dan diastolic yang lebih rendah.

Para peneliti menyimpulkan bahwa ‘‘makanan yang mengandung omega-3 PFA itu berhubungan terbalik dengan tekanan darah tinggi, termasuk pada orang yang non-hypertensi, dengan perkiraan ukuran dampak yang kecil. Makanan omega-3 PFA itu mungkin berkontribusi untuk mencegah dan mengontrol tekanan darah tinggi.’’

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2009 di The American Journal of Clinical Nutrition, para peneliti dari Loma Linda University membandingkan antara kemampuan walnut dengan ikan berminyak dalam menurunkan level kolesterol.

Selama studi ini, 25 subjek dengan level kolesterol normal sampai hyperlipidemia (peningkatan level kolesterol) ringan, selama 4 minggu,  mengkonsumsi salah satu dari 3 jenis diet, yaitu diet kontrol yang tidak menyertakan kacang dan ikan; sebuah diet yang menyertakan sekitar 42,5 g walnut per hari (sekitar segenggam); dan sebuah diet dimana subjek mengkonsumsi 113 ikan salmon 3 kali seminggu.

Para peneliti menemukan bahwa, saat dibandingkan dengan diet kontrol, diet walnut menurunkan level kolesterol total sebanyak 5 persen dan level kolesterol LDL sebanyak lebih dari 9 persen.

Selain penemuan-penemuan ini, para peneliti menetapkan bahwa diet ikan berminyak mengurangi level-level triglyceride sebanyak 11,4 persen dan kolesterol HDL sebanyak 4 persen. Namun, diet ikan berlemak sedikit meningkatkan level kolesterol LDL.

Meski begitu, para peneliti mencatat bahwa adalah suatu ide yang bagus untuk menyertakan kedua-keduanya, walnut dan ikan berminyak ke dalam diet. Sebab kedua makanan ini mendukng kesehatan cardiovascular.

Dua bulan kemudian, dalam studi lain yang di publikasikan di The American Journal of Clinical Nutrition, para peneliti Harvard menganalisa 13 studi mengenai hubungan antara konsumsi walnut dengan kesehatan cardiovascular.

Secara total, terdapat 365 peserta, dan diet dilakukan selama antara 4 sampai 24 minggu; walnut menyediakan antara 10 sampai 24 persen dari total kalori.

Para peneliti menemukan bahwa, ‘‘diet-diet yang diperkaya dengan walnut secara signifikan mengurangi kolesterol total dan LDL untuk selama masa percobaan jangka pendek.’’

Namun, para peneliti tetap mengakui bahwa, ‘‘dibutuhkan percobaan-percobaan yang lebih besar dan jangka panjang untuk menyelidiki efek-efek dari konsumsi walnut terhadap resiko cardiovascular dan berat tubuh.’’

Karena para penderita diabetes itu beresiko lebih tinggi untuk gangguan-gangguan cardiovascular, maka para peneliti di Australia menyelidiki apakah walnut bisa menjadi suatu tambahan yang bermanfaat bagi diet mereka.

Dalam studi ini, yang di publikasikan tahun 2004 di Diabetes Care, 58 pria dan wanita yang menderita diabetes type 2, dengan usia rata-rata 59 tahun, memakan salah satu dari 3 jenis diet dimana 30 persen kalorinya di dapat dari lemak, yaitu sebuah diet rendah lemak, sebuah diet rendah lemak yang dimodifikasi, dan sebuah diet rendah lemak yang menyertakan 1 ons walnut per hari.

Pada akhir bulan ke 6, para subjek yang memakan diet dengan walnut mengalami suatu perbaikan yang signifikan dalam rasio antara kolesterol HDL dengan kolesterol total, dibanding kelompok lain. Para pemakan walnut juga mengalami penurunan 10 persen dalam level kolesterol LDL mereka.

Jadi, hanya dengan menyertakan sedikit walnut ke dalam diet harian mereka, para subjek ini sudah bisa merasakan peningkatan dalam kesehatan cardiovascular mereka.

Pencegahan Kanker Payudara

Dalam sebuah studi yang di publikasikan tahun 2008 di Nutrition and Cancer, para peneliti di Marshall University School of Medicine, West Virginia, membagi 22 tikus yang memiliki tumor-tumor kanker payudara manusia ke dalam dua kelompok.

Diet dari salah satu kelompok ditambahkan dengan walnut (yang setara dengan sekitar 2 ons per hari); diet dari kelompok satunya lagi diberi makan dengan diet kontrol.

Setelah 35 hari, para peneliti mencatat bahwa tumor-tumor kanker payudara dalam kelompok walnut berukuran sekitar setengah kali lebih kecil dibanding kelompok kontrol.

Dalam sebuah artikel tahun 2009 di Women’s Health Weekly, Elaine Hardman, PhD, pemimpin penelitian ini mencatat, ‘‘Jelaslah sudah bahwa walnut itu berkontribusi terhadap suatu diet sehat yang bisa mengurangi kanker payudara.’’

Mengontrol Berat Badan

Dalam sebuah percobaan acak lintas batas yang dipublikasikan tahun 2005 di British Journal of Nutrition, para peneliti menempatkan 90 pria dan wanita, dengan usia antara 30 sampai 72 tahun, pada dua sebuah diet selama 6 bulan.

Selama 6 bulan pertama, para peserta memakan 1 sampai 1,5 ons walnut setiap hari; pada 6 bulan berikutnya, mereka bertindak sebagai kontrol.

Para peneliti menemukan bahwa selama 6 bulan phase walnut, rata-rata penambahan berat yang terjadi adalah kurang dari satu pound, suatu jumlah yang tidak signifikan.

Para peneliti mencatat bahwa konsumsi rutin dari walnut ‘‘menghasilkan penambahan berat badan yang jauh lebih rendah dibanding yang diharapkan dan dimana menjadi tidak signifikan setelah mengontrol berbagai jumlah asupan energi.’’

Ingatan

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2009 di British Journal of Nutrition, para peneliti di USDA-ARS Human Nutrition Research Center on Aging di Tufts University, Boston, secara acak mengelompokkan tikus-tikus ke salah satu dari 4 jenis kelompok diet.

Selama 8 minggu, tikus-tikus tersebut diberi makan makanan yang mengandung 2 persen, 6 persen, atau 9 persen walnut, atau sebuah diet tanpa walnut. Setelah makan, mereka menjalani sebuah test gerak dan ingatan.

Para peneliti menemukan bahwa tikus-tikus yang memakan diet 2 dua dan 6 persen walnut, mengalami peningkatan dalam kemampuan gerak dan daya ingat. Sebaliknya, diet 9 persen walnut itu berhubungan dengan gangguan daya ingat.

Para peneliti berkomentar bahwa penemuan-penemuan mereka ini ‘‘untuk pertama kalinya menunjukkan bahwa penambahan asupan walnut dalam skala menengah itu bisa memperbaiki kinterja kognitif dan gerak pada tikus-tikus tua.’’

Nah, haruskah walnut di sertakan ke dalam diet? Oh, ya, tentu.