Makanan Sehat - Turnip
Turnip itu punya akar-akar pra-sejarah. Mereka di percaya telah tumbuh di wilayah Timur Dekat hampir 4.000 tahun yang lalu.
Dan, sudah diketahui bahwa bangsa Yunani kuno dan Romawi telah membudidayakan beberapa jenis varietas yang berbeda.
Para koloni dan pengembara asal Eropa membawa turnip bersama mereka ke ‘‘Dunia Baru.’’ Turnip terutama tumbuh dengan baik di wilayah-wilayah selatan, dimana orang-orang di sana, menjadikan turnip sebagai bagian utama dari diet mereka.
Dikatakan bahwa para pemiliki budak memakan akar turnip, sedangkan daunnya yang dikira kurang diminati diberikan kepada para budak. Ironisnya, tanpa mereka sadari, para pemiliki budak melakukan perbuatan yang merugikan diri sendiri. Meski akar turnip itu menyehatkan, namun daunnya memiliki jumlah vitamin dan gizi yang luar biasa.
Akar turnip banyak mengandung vitamin C dan sedikit kalsium, zinc, vitamin B6, magnesium, zat besi, thiamin, niacin, folate, dan fosfor.
Sedangkan daun turnip banyak mengandung vitamin A, B6, C, dan K, folate, manganese, dietary fiber, calcium, dan copper. Juga tryptophan, potassium, magnesium, zat besi, fosfor; vitamin, B1, B3, and B5; omega-3 fatty acids; protein, lutein dan zeaxanthin.
Tapi, apa saja yang telah dipelajari oleh para peneliti?
Kanker
Dalam sebuah studi in vitro yang dipublikasikan tahun 2009 di Food Chemistry, para peneliti Kanada mengevaluasi seberapa besar kemampuan dari 34 ekstrak sayuran yang berbeda, dalam menghambat perkembangan cell-cell tomur perut, paru-paru, payudara, ginjal, kulit, pankreas, prostat, dan otak.
Ekstrak dari sayuran-sayuran cruciferous misalnya turnip dan daun turnip, memiliki sebagian dari sifat-sifat anti kanker yang paling ampuh. Sebaliknya, sayuran-sayuran umum, misalnya kentang, wortel, tomat, dan selada, tampak tidak menyediakan perlindungan terhadap kanker.
Para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘masing-masing jenis sayuran itu memiliki aktivitas penghambat yang sangat berbeda terhadap cell-cell kanker, dan bahwa penambahan sayuran-sayuran cruciferous dan Allium (misalnya bawang putih dan bawang bombai) ke dalam diet itu sangat penting untuk strategi-strategi chemopreventive yang efektif, berbasis pola makan.’’
Kanker Payudara
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2007 di American Journal of Clinical Nutrition, para peneliti Swedia mengamati hubungan antara jumlah asupan folate dengan resiko dari serangan kanker payudara pada 11.699 wanita postmenopausal yang berusia 50 tahun ke atas. (Seperti yang sudah di catat, turnip mengandung sedikit folate; daun turnip sangat banyak mengandung folate.)
Selama 9,5 tahun masa follow-up, para penyedia layanan kesehatan mendiagnosa 392 kasus kanker payudara.
Para peneliti menemukan bahwa wanita yang paling banyak mengkonsumsi folate (456 microgram per hari) memiliki resiko serangan kanker payudara yang 44 persen lebih rendah dibanding wanita yang mengkonsusmi folate paling sedikit (160 microgram per hari).
Para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘jumlah asupan folate yang tinggi itu berhubungan dengan suatu tingkat kemunculan kanker payudara postmenopausal yang lebih rendah dalam kelompok ini.’’
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2008 di American Journal of Clinical Nutrition, para peneliti dari Nashville, Tennessee, dan China, menyelidiki hubungan antara jumlah asupan dari turnip putih dan kubis China, yaitu sayuran cruciferous yang umum dalam diet orang China, dengan kemunculan kanker payudara pada lebih dari 6.000 wanita.
Para peneliti menemukan bahwa para wanita yang lebih banyak mengkonsumsi turnip putih dan kubis China itu memiliki ‘‘suatu resiko kanker payudara postmenopausal yang jauh lebih rendah.’’
Manfaat ini paling terlihat pada wanita yang memiliki suatu gene yang disebut GSTP1. Mereka yang memiliki jumlah asupan tertinggi memiliki resiko sekitar setengah kali lebih kecil dibanding mereka yang punya jumlah asupan terendah.
Para peneliti mencatat bahwa sayuran cruciferous itu banyak mengandung senyawa-senyawa yang diubah oleh tubuh menjadi isothiocyanates, yang memiliki sifat-sifat anti kanker.
Kanker Kantung Kemih
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2007 di International Journal of Cancer, para peneliti dari University of Texas M.D. Anderson Cancer Center di Houston, Texas, menyelidiki 697 pasien yang baru di diagnosa memiliki kanker kantung kemih, dan 708 orang sehat yang bertindak sebagai kontrol.
Para peneliti membandingkan jumlah asupan dari isothiocyanates dengan kanker kantung kemih. Mereka menemukan bahwa pasien yang memiliki kanker kantung kemih itu punya jumlah asupan isothiocyanates yang jauh lebih rendah dibanding kelompok kontrol.
Orang-orang yang banyak mengkonsumsi isothiocyanates, mengurangi resiko mereka dari kanker kantung kemih sebanyak 29 persen. Respon anti kanker ini sangat terlihat pada perokok, pria dan pasien yang berusia minimal 64 tahun.
Para peneliti mencatat bahwa, ‘‘ini adalah laporan epidemiological pertama bahwa ITCs [isothiocyanates] dari konsumsi sayuran cruciferous memberikan perlindungan terhadap kanker kantung kemih.’’
Kanker Paru-paru
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2008 di Nutrition, para peneliti Spanyol menganalisa pola makan dari 617 orang (295 pasien kanker paru-paru dan 322 orang sehat yang bertindak sebagai kontrol.)
Para subjek yang mengkonsumsi minimal satu porsi sayuran hijau, misalnya daun turnip, setiap hari, itu memiliki kasus kanker paru-paru yang 50 persen lebih sedikit dibanding mereka yang makan sayuran hijau kurang dari 5 kali per minggu.
Kanker Prostat
Dalam sebuah studi prospektif yang dipublikasikan tahun 2007 di Journal of the National Cancer Institute, para peneliti menganalisa hubungan antara asupan sayuran cruciferous dengan kemunculan kanker prostat pada 1.338 pria.
Secara rata-rata, perkembangan para pria ini di pantau selama 4,2 tahun. Para peneliti menemukan bahwa pria yang paling banyak memakan sayuran cruciferous memiliki suatu 40 persen pengurangan dalam resiko kanker prostat.
Mereka mencatat bahwa ‘‘jumlah asupan yang tinggi dari sayuran cruciferous . . . mungkin berhubungan dengan pengurangan resiko dari kanker prostat agresif, terutama penyakit extraprostatic.’’
Kesehatan Cardiovascular
Dalam sebuah studi cross-sectional yang dipublikasikan tahun 2006 di The American Journal of Clinical Nutrition, para peneliti dari Inggris menganalisa jumlah asupan vitamin C dari 3.528 pria yang berusia antara 60 sampai 69 tahun. Tidak satu pun dari pria-pria ini yang memiliki sejarah diabetes atau penyakit cardiovascular.
Setelah menaksir level-level protein C-reaktif mereka, para peneliti menetapkan bahwa konsentrasi yang tinggi dari vitamin C (seperti yang ditemukan dalam turnip dan daun turnip) di dalam darah itu berhubungan dengan suatu 45 persen pengurangan dalam resiko dari peradangan.
Penuaan yang Lebih Sehat
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2009 di The American Journal of Clinical Nutrition, dua peneliti dari Children’s Hospital Oakland Research Institute di Oakland, California, menganalisa ratusan publikasi studi mengenai vitamin K yang dilakukan sejak 1970-an.
Mereka menemukan bahwa rekomendasi saat ini untuk vitamin K itu tidak di dasarkan pada kesehatan optimal jangka panjang. Melainkan, rekomendasi tersebut di rancang untuk memastikan tercapainya jumlah pengentalan darah yang cukup.
Dari hasil percobaan mereka dengan tikus, para peneliti mempelajari bahwa tanpa jumlah vitamin K yang cukup, yang banyak ditemukan dalam daun turnip, maka gangguan-gangguan medis yang berhubungan dengan penuaan, misalnya kerapuhan tulang, pengerasan ginjal, penyakit cardiovascular, dan kemungkinan kanker, mungkin akan semakin parah.
Para peneliti mencatat bahwa mereka berharap hasil studi mereka ini ‘‘akan memacu usaha-usaha lanjutan untuk mendefinisi ulang angka kecukupan dari micronutrient yang berbasis efek-efek jangka panjang. Metode-metode untuk menentukan jumlah asupan micronutrient yang optimal berbasis kebutuhan-kebutuhan jangka panjang seharusnya mengijinkan rekomendasi asupan untuk di tetapkan dengan lebih akurat dan dengan semakin sedikit bergantung pada faktor-faktor keamanan yang tidak pasti.’’
Katarak Nuclear
Dalam sebuah studi yang di publikasikan tahun 2008 di Archives of Ophthalmology, para peneliti menganalisa hubungan antara asupan lutein dan zeaxanthin, misalnya yang ditemukan dalam daun turnip, dengan katarak nuclear pada 1.802 wanita, yang berusia antara 50 sampai 79 tahun, dari Iowa, Wisconsin, dan Oregon. (Katarak nuclear adalah lensa mata bagian tengah yang menjadi berkabut.)
Para peneliti menemukan bahwa wanita yang memiliki jumlah asupan lutein dan zeaxanthin tertinggi itu 32 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami katarak nuclear dibanding wanita dengan jumlah asupan terendah.
Nah, haruskah turnip dan daun turnip menjadi bagian dari diet? Sudah tentu.