Makanan Sehat - Tomat
Selama masa pra-sejarah, tomat tumbuh secara liar di bagian barat Amerika Selatan.
Seiring waktu, tomat menyebar ke utara hingga ke wilayah-wilayah Aztec, dimana tomat mulai di budidayakan. Tampaknya, bangsa Aztec tertarik dengan buah ini karena sangat mirip dengan tomatillo, yaitu sejenis buah yang menjadi bagian utama dari diet mereka.
Para penjelajah dari Spanyol menemukan tomat lalu membawanya ke Spanyol. Dari Spanyol, tomat segera menyebar ke berbagai negara eropa lainnya.
Tomat tiba di Amerika bersama dengan para kolonis. Namun, tomat tetap belum menjadi populer sampai abad ke 19. Saat ini, tomat, yang tersedia dalam berbagai varietas itu menjadi suatu produk unggulan Amerika. Selain Amerika, produsen tersbesar dari tomat adalah Rusia, Itali, Spanyol, China, dan Turki.
Tomat itu sangat bergizi. Tomat banyak mengandung vitamin C, A, B1 dan K, molybdenum, potassium, mangan, serat, dan chromium. Tomat juga dianggap cukup banyak mengandung vitamins B1, B2, B5, B6, dan E, folate, copper, magnesium, zat besi, fosfor, tryptophan, dan protein.
Dan yang paling membuat tomat itu begitu populer adalah karena mengandung lycopene, yaitu suatu carotenoid yang dipercaya bisa memberikan perlindungan pada tubuh terhadap kerusakan oksidatif.
Banyak peneliti yang telah mempelajari tomat. Adalah hal yang menarik untuk melihat sebagian dari apa yang telah mereka pelajari.
Kesehatan Cardiovascular
Dalam sebuah studi Finlandia tahun 2007 yang dipublikasikan di British Journal of Nutrition, 21 relawan yang sehat mengikuti suatu diet bebas tomat selama 3 minggu.
Kemudian, selama 3 minggu berikutnya, mereka ditempaktkan pada suatu diet yang tinggi dalam konsumsi tomat (13 ons tomat jus dan satu ons saus tomat per hari.)
Saat studi berakhir, para peneliti menemukan bahwa level kolesterol total dari pada subjek turun rata-rata 5,9 persen. Selain itu, level kolesterol LDL mereka turun sebanyak 12,9 persen.
Test-test darah juga menunjukkan suatu peningkatan sebanyak 13 persen dalam kemampuan kolesterol LDL yang bersirkulasi untuk menolak oksidatif.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2003 di The Journal of Nutrition, para peneliti Boston yang dipimpin oleh Howard D. Sesso, ScD, mengamati diet dari hampir 40.000 subjek yang mengikuti Women’s Health Study.
Para peneliti menemukan bahwa saat dibandingkan dengan wanita yang paling sedikit memakan produk-produk tomat (termasuk tomat, jus tomat dan saus tomat), wanita yang paling banyak makan produk-produk tomat itu memiliki hampir 30 persen pengurangan dalam resiko untuk penyakit cardiovascular.
Wanita yang makan produk-produk berbasis oil tomat lebih dari 2 sajian per minggu, misalnya saus tomat, memiliki 34 persen resiko yang lebih rendah untuk penyakit cardiovascular.
Dengan menggunakan data yang sama, penelitian lainnya yang dipimpin oleh Dr. Sesso dipublikasikan tahun 2004 di The American Journal of Clinical Nutrition. Saat data baru mulai di kumpulkan, tidak satupun dari peserta yang memiliki penyakit cardiovascular.
Setelah hampir 5 tahun follow-up, para peneliti menemukan bahwa 483 dari peserta mengembangkan beberapa jenis dari penyakit cardiovascular.
Sekali lagi, para peneliti menetapkan bahwa wanita yang paling banyak memakan produk-produk tomat itu memiliki resiko yang lebih rendah untuk penyakit cardiovascular. ‘‘Konsentrasi plasma lycopene yang lebih tinggi itu berhubungan dengan resiko yang lebih rendah untuk CVD [cardiovascular disease] pada wanita.’’
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2006 di The American Journal of Clinical Nutrition, para peneliti mempelajari bahwa ekstrak-ekstrak tomat itu menurunkan aktivasi dari platelet-platelet, yaitu suatu situasi yang berpotensi menyebabkan penggumpalan darah, dan stroke.
Dalam sebuah percobaan double blind, placebo-kontrol, lintas batas, para peneliti memilih 90 orang sehat yang platelet-nya berfungsi normal. Tiga jam setelah mereka semua diberikan suatu ekstrak tomat atau supplement kontrol, hasil pengukuran fungsi platelet dikumpulkan.
Sementara placebo tidak memberikan perubahan apapun terhadap platelet, tapi ekstrak tomat menghasilkan suatu pengurangan yang signifikan dalam aktivasi platelet.
Para peneliti mencatat bahwa, ‘‘sebagai suatu makanan fungsi atau supplement asupan, ekstrak tomat mungkin memiliki suatu peranan dalam pencegahan utama dari penyakit cardiovascular dengan cara mengurangi aktivasi platelet, yang bisa berkontribusi terhadap suatu pengurangan dalam event-event thrombotic.’’
Kanker Colorectal
Dalam sebuah studi acak, placebo-kontrol, double blind lintas batas, yang dipublikasikan tahun 2007 di American Journal of Clinical Nutrition, para peneliti Belanda merekrut 40 pria dan 31 wanita yang memiliki suatu sejarah keluarga penyakit kanker colorectal, dan atau suatu sejarah pribadi penyakit colorectal adenoma (benign tumor).
Setiap hari, selama 8 minggu, mereka diberi entah berupa supplement lycopene tomat atau suatu placebo. Para peneliti menemukan bahwa pemberian supplement lycopene itu berhubungan dengan suatu peningkatan dalam level-level protein yang terikat dengan faktor-faktor pertumbuhan mirip insulin.
Dengan begitu, pemberian supplement lycopene mengurangi ketersediaan faktor-faktor pertumbuhan mirip insulin. Karena faktor-faktor pertumbuhan mirip insulin itu telah dihubungkan dengan kanker, berarti penambahan supplement tomat itu tampak menurunkan resiko dari kanker colorectal.
Kanker Prostate
Dalam suatu studi yang dipublikasikan tahun 2007 di Cancer Research, para peneliti dari Illinois dan Ohio, menempatkan 206 tikus jantan pada salah satu dari beberapa jenis diet yang mengandung beberapa macam dosis dari tomat powder, brocoli powder, dan atau lycopene.
Satu bulan kemudian, semua tikus di beri kanker prostat. Para peneliti kemudian membandingkan efek-efek dari diet terhadap pembedahan castration (pengebirian) atau finasteride (suatu obat untuk pembesaran prostat).
Para akhir minggu ke 22, tikus-tikus tersebut dikorbankan, dan tumor-tumor mereka ditimbang.
Diet yang menyertakan 10 persen tomat powder dan 10 persen broccoli powder adalah yang paling efektif dalam memperkecil tumor-tumor prostat (52 persen). Tomat saja memperkecil tumor sebanyak 34 persen, dan broccoli saja mengecilkan tumor sebanyak 42 persen.
Sementara itu, sebuah meta-analisis dari 21 studi mengenai manfaat tomat, produk tomat dan lycopene, yang dipublikasikan tahun 2004 di Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention, menetapkan bahwa pria yang paling banyak makan tomat mentah itu memiliki 11 persen pengurangan dalam resiko untuk kanker prostat.
Tingkat pengurangan tersebut bahkan lebih tinggi pada mereka yang paling banyak memakan produk-produk tomat masak. Mereka mengalami suatu pengurangan resiko sebanyak 19 persen.
Para peneliti mencatat bahwa ‘‘produk-produk tomat itu mungkin memegang suatu peranan dalam pencegahan penyakit kanker prostat,’’ tapi ‘‘efek-efek ini hanya dan terbatas pada jumlah asupan tomat yang tinggi.’’
Sebaliknya, sebuah studi yang juga dipublikasikan di Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention, tapi pada tahun yang berbeda yaitu 2006, mengevaluasi hubungan antara asupan lycopene dengan produk-produk tomat tertentu, dalam Prostate, Lung, Colorectal, and Ovarian Cancer Screening Trial.
Selama rata-rata 4,2 tahun, terdapat 1.338 total kasus prostat kanker yang ditemukan pada 26.361 pria. Para peneliti tidak menemukan adanya hubungan apapun antara asupan lycopene dengan resiko dari kanker prostate.
Selain itu, ‘‘penurunan resiko juga tidak ditemukan untuk total sajian tomat atau untuk sebagian besar makanan berbasis tomat.’’
Namun, ‘‘diantara pria yang memiliki sejarah kelurga dari kanker prostat, resiko tersebut menurun dalam hubungannya dengan peningkatan jumlah konsumsi dari lycopene. . . dan makanan tertentu berbasis tomat yang umumnya dimakan dengan lemak.’’
Kanker Pancreatic
Dalam sebuah studi kasus-kontrol selama 3 tahun yang dipublikasikan tahun 2005 di The Journal of Nutrition, para peneliti Kanada mengamati pola makan dari 462 orang yang secara histologis telah dikonfirmasi memiliki kanker pancreatic, dan sebuah kelompok kontrol yang terdiri dari 4.721 orang.
Para peneliti menemukan bahwa pria yang paling banyak mengkonsumsi lycopene, yang sebagian besar disediakan oleh tomat, mengalami pengurangan resiko kanker pancreatic sebanyak 31 persen.
Selain itu, diantara mereka yang tidak pernah merokok, yang dietnya paling banyak mengandung beta-carotene dan carotenoid, mengalami penurunan resiko untuk kanker pancreatic sebanyak 43 dan 42 persen.
Nah, haruskah tomat disertakan ke dalam diet? Sudah pasti.