Makanan Sehat - Grapefruits
Dari generasi ke generasi, grapefruit telah dianggap sebagai salah satu dari makanan tersehat.
Di seluruh dunia, jutaan orang memulai setiap harinya dengan menu sarapan yang menyertakan grapefruit atau segelas jus grapefruit.
Namun, selama beberapa dekade terakhir, beberapa pertanyaan muncul mengenai makanan yang lezat ini. Maka dari itu, penting untuk menyelidiki hasil-hasil penelitian mengenai grapefruit.
Kesehatan Jantung
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2006 di Journal of Agricultural and Food Chemistry, 57 pria dan wanita yang mengalami peningkatan level kolesterol darah dan telah menjalani operasi bypass koroner, dibagi ke dalam tiga kelompok.
Selama 30 hari, masing-masing orang diberikan satu sajian entah berupa grapefruit merah segar, grapefruit putih, atau bukan grapefruit. Orang yang memakan grapefruit mengalami penurunan dalam level lipid darah; orang yang tidak memakan grapefruit tidak mengalami perubahan dalam level lipid.
Pengurangan dalam level lipid, terutama triglycerides, yang terbesar adalah pada mereka yang memakan grapefruit merah. Grapefruit merah juga punya level antioxidant yang lebih tinggi dibanding grapefruit putih.
Dari hasil tersebut, para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘Penambahan grapefruit merah segar pada diet umum bisa bermanfaat untuk hyperlipidemic, terutama hypertriglyceridemic, dari para pasien yang menderita coronary atherosclerosis.’’
Mengurangi Berat Badan
Dalam sebuah studi selama 12 minggu, yang dipublikasikan tahun 2006 di Journal of Medicinal Food, para peneliti membagi hampir 100 orang obese ke dalam empat kelompok.
Kelompok pertama mendapat ekstrak grapefruit; kelompok kedua mendapat jus grapefruit setiap kali makan; kelompok ketiga memakan setengah butir grapefruit setiap kali makan; kelompok keempat mendapat sebuah placebo.
Pada akhir studi, kelompok grapefruit segar mengalami penurunan berat paling banyak--rata-rata 3,6 pound per orang. Dan mereka yang meminum tiga gelas jus grapefruit mengalami penurunan rata-rata 3,3 pound.
Para peneliti mencatat bahwa orang-orang yang memakan grapefruit punya level insulin paling rendah di dalam darah mereka, dan mereka menghipotesakan bahwa mungkin inilah yang menyebabkan penurunan berat badan. Bagaimana cara kerjanya?
Sudah diketahui bahwa setelah makan, orang-orang yang punya level insulin lebih rendah di dalam darah mereka itu akan menggunakan lebih banyak makanan untuk energi dan lebih sedikit menyimpan lemak.
Selain itu, karena orang-orang yang memakan grapefruit dan meminum jus grapefruit mengalami penurunan berat badan, para peneliti mengusulkan bahwa penurunan tersebut adalah karena zat tanaman natural yang terdapat di dalam grapefruit, bukan seratnya.
Virus Hepatitis C (HCV)
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2008 di Hepatology, para peneliti menggunakan naringenin, yaitu suatu flavonoid umum yang ditemukan dalam grapefruit dan buah-buahan citrus lainnya, untuk memblokir pengeluaran virus hepatitis C dari cell-cell yang terinfeksi.
Karena tanpa pengeluaran seperti itu, sebuah kondisi kronis dari infeksi hepatitis tidak bisa dipertahankan.
Tapi, karena saluran pencernaan tidak bisa menyerap naringenin dengan sangat baik, maka jika naringenin menjadi bagian dari perawatan untuk hepatitis C, itu sepertinya akan disalurkan melalui urat nadi. Sehingga, mengkonsumsi grapefruit tampaknya tidak bisa menjadi suatu cara yang efektif untuk merawat hepatitis C.
Premalignant Oral Lesions
Sebuah artikel yang dipublikasikan tahun 2006 di American Journal of Epidemiology menguraikan sebuah studi dimana para peneliti melacak diet dari 42.000 pria selama 16 tahun.
Mereka menemukan bahwa konsumsi harian dari setengah atau sebutir grapefruit (setara dengan 6 ons jus jeruk atau grapefruit) bisa mengurangi resiko kanker hingga mencapai 40 persen.
Para peneliti mencatat, ‘‘Resiko dari oral premalignant lesions itu berkurang secara signifikan dengan konsumsi yang lebih tinggi dari buah-buahan, terutama buah-buahan dan jus citrus.’’
Kerusakan Tulang
Sebuah artikel yang dipublikasikan tahun 2008 di Nutrition, menguraikan sebuah studi yang dilakukan di Texas A & M University terhadap 42 tikus jantan yang dikebiri dan sebuah kelompok kontrol yang terdiri dari 14 tikus jantan yang tidak dikebiri. (Mengibiri tikus meningkatkan jumlah stress oksidatif dan mempercepat pengembangan osteoporosis.)
Tikus yang dikebiri dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama diberi makan sebuah diet normal; kelompok kedua diberi makan sebuah diet normal ditambah 5 persen grapefruit pulp; kelompok ketiga diberi makan sebuah diet normal ditambah 10 persen grapefruit pulp.
Pada akhir hari ke 60, para peneliti menemukan bahwa semakin banyak grapefruit yang dimakan tikus, semakin besar perlindungan yang mereka dapat terhadap kerusakan tulang.
Kanker Payudara
Pada tahun 2007, sebuah penelitian yang mengagetkan dipublikasikan di British Journal of Cancer.
Sebuah studi yang menyertakan 50.000 wanita postmenopausal dari lima kelompok rasial atau etnis (African American, Japanese American, Hispanic/Latino, Native Hawaiian, dan Caucasian) menemukan bahwa wanita yang paling banyak memakan grapefruit -- sekitar seperempat grapefruit per hari atau setengah grapefruit setiap dua hari -- memiliki resiko 30 persen lebih tinggi untuk kanker payudara dibanding wanita postmenopausal yang tidak memakan grapefruit.
Setelah para peneliti, yang berasal dari California dan Hawaii ini mengamati faktor-faktor resiko untuk kanker payudara (misalnya berat badan berlebih dan sejarah penyakit keluarga), hubungan antara kanker payudara dan konsumsi grapefruit masih tetap tinggi.
Para peneliti mencatat bahwa studi-studi sebelumnya telah menemukan sebuah molekul yang dikenal sebagai cytochrome P450 3A4 (CYP3A4) memainkan sebuah peranan dalam memetabolisme hormon-hormon estrogen.
Para peneliti mengusulkan bahwa grapefruit mungkin menghambat aksi-aksi dari molekul ini, karenanya meningkatkan level dari estrogen di dalam darah. Semakin tinggi level estrogen di dalam darah itu berhubungan langsung dengan semakin tingginya resiko dari kanker payudara.
Meski hasil-hasil dari studi ini memang menarik, terutama bagi mereka yang beresiko tinggi untuk kanker payudara, atau yang sudah berhadapan dengan kanker payudara, penting juga untuk mencatat bahwa ini adalah satu studi epidemiologic yang hanya berurusan dengan wanita postmenopausal.
Apakah wanita yang lebih muda juga beresiko? Apakah mengkonsumsi grapefruit dalam jumlah kecil meningkatkan resiko? Apakah memakan grapefruit satu kali seminggu itu aman?
Saat ini, jawaban-jawaban untuk pertanyaan ini dan pertanyaan lain masih belum diketahui. Bagi para pecinta buah citrus yang merasa khawatir mungkin sebaiknya lebih memilih untuk banyak memakan orange dan mengurangi grapefruit.
Grapefruit, Jus Grapefruit, dan Obat-obatan
Lebih dari dua dekade lalu, David G. Bailey, PhD, dan rekan-rekannya ingin mengetahui apakah perlu untuk berhenti meminum alkohol saat mengkonsumsi felodipine (Plandil), suatu calcium channel blocker yang menurunkan tekanan darah.
Dr. Bailey memutuskan untuk menguji kombinasi dari felodipine dan alkohol pada dirinya sendiri. Tapi, karena tidak menyukai rasa alkohol, dia menambahkan jus grapefruit.
Saat menguji pada darahnya sendiri, dia menemukan bahwa darah tersebut mengandung tingkat felodipine yang lebih tinggi dibanding semestinya, sebuah situasi yang berpotensi sangat berbahaya.
Penambahan jus grapefruit tampaknya membuat felodipine jadi lebih kuat. Hal ini bahkan sampai menjadi dikenal sebagai ‘‘Grapefruit Juice Effect.’’
Grapefruit dan jus grapefruit memiliki ‘‘zat-zat yang mengganggu ezim-enzim yang biasanya mencerna obat-obatan di dalam sistem pencernaan.’’
Saat enzim-enzim tersebut tidak bisa bekerja dengan benar, maka obat-obatan yang masuk ke ‘‘saluran darah menjadi lebih tinggi dibanding level yang bisa diterima,’’ sehingga meningkatkan resiko dari efek-efek samping.
Sejak saat itu, para peneliti telah menyatakan bahwa konsumsi dari grapefruit dan jus grapefruit mungkin tidak cuma meningkatkan level dari berbagai jenis obat, tapi juga mungkin menurunkan kadar obat-obatan tersebut di dalam tubuh.
Dan, efek-efek dari grapefruit dan jus grapefruit, meski relatif kecil, mungkin akan tetap berada di dalam tubuh untuk beberapa lama.
Dalam sebuah studi silang empat tahap di Jepang yang muncul tahun 2005 di British Journal of Clinical Pharmacology, delapan orang yang sehat meminum air atau jus grapefruit tiga kali sehari selama empat hari.
Pada hari ke empat, kedelapan orang tersebut diberikan satu dosis, entah berupa atorvastatin (20 mg) atau pitavastatin (4 mg), yaitu obat-obatan statin yang menurunkan level kolesterol darah.
Dan grapefruit ternyata menyebabkan peningkatan jumlah atorvastatin secara signifikan, tapi hanya sedikit meningkatkan jumlah pitavastatin dalam darah.
Dan, sebuah artikel yang dipublikasikan tahun 2006 di The American Journal of Clinical Nutrition menguraikan penyebab dari interaksi ini, yaitu satu keluarga dari tanaman beracun yang dikenal sebagi furanocoumarins. Saat ini dihilangkan dari jus grapefruit, orang-orang mungkin bisa meminum obat dan jus grapefruit dengan aman.
Yang paling sering, grapefruit akan berinteraksi dengan obat-obatan untuk mengatasi kecemasan, depresi, seizures, tekanan darah, kolesterol tinggi, impotensi, dan human immunodeficiency virus (HIV).
Tapi, ada sejumlah laporan untuk berinteraksi dengan immunosuppressants (digunakan untuk mencegah penolakan organ ) dan obat-obatan untuk penyakit jantung.
Nah, apakah grapefruits cukup aman untuk disertakan ke dalam diet? Itu harus di diskusikan dulu dengan dokter anda.