Makanan Sehat - Kubis

Secara historis, kubis sudah dianggap sebagai makanan dan obat.

Di tahun-tahun awalnya, kubis tumbuh di hutan dan lebih terlihat seperti daun-daun kale tanpa bongkol.

Dipercaya bahwa kubis dibawa ke Eropa pada sekitar 600 tahun Sebelum Masehi oleh para pengembara Celtic.

Kemudian, kubis lebih dipuja oleh bangsa Yunani kuno dan Romawi. Seiring waktu, kubis menyebar ke seluruh Eropa dan menjadi populer di Jerman, Polandia, dan Russia.

Saat ini, kubus banyak tumbuh di Russia, Polandia, China dan Jepang. Kubis memiliki tiga jenis utama, yaitu hijau, merah dan Savoy. (Savoy punya rasa yang lebih ringan dan lembut dibanding kubis hijau dan merah).

Kubis adalah sebuah makan yang sangat bergizi. Dia adalah sumber yang bagus untuk vitamin K dan C, serta banyak mengandung serat, manganese, vitamin B6, folate dan omega-3 fatty acid.

Kubis dianggap sebagai sumber dari vitamin A, B1 dan B2, kalsium; potassium, dan protein. Selain itu, kubis mengandung phytochemical misalnya glucosinolates, isothiocyanates, dan indole-3-carbinol, yang dianggap memiliki kemampuan anti-kanker.

Tapi, adalah hal yang penting untuk mereview berbagai penelitian mengenai kubis, yang sebagian besar difokuskan pada kemampuan anti-kanker yang dimilikinya.

Kanker Payudara

Sebuah artikel tahun 2006 di JNCI: Journal of the National Cancer Institute menjelaskan penelitian yang dilakukan oleh Dorothy Rybaczyk Pathak, PhD, mengenai komunitas imigran Polandia di sekitar Chicago dan Detroit.

Para peneliti telah menyertakan ratusan wanita Polandia-Amerika dan wanita yang terlahir di Polandia lalu berimigrasi ke Amerika. Menurut Dr. Pathak, dalam satu generasi, tingkat kanker payudara pada wanita meningkat tiga kali lipat. Apa yang jadi penyebabnya?

Menurut, Dr. Pathak, itu mungkin berhubungan dengan konsumsi kubis. Dr. Pathak dan rekan-rekannya membagi para subjek ke dalam tiga kategori pengkonsumsi kubis, yaitu rendah (1,5 sajian atau kurang per minggu), menengah (1,5 sampai 3 sajian kubis per minggu), dan tinggi (lebih dari tiga sajian per minggu).

Karena dipercaya bahwa panas mengurangi bioavailability dari glucosinolates di dalam kubis, hanya sajian-sajian kubis mentah dan dimasak secara singkat yang dimasukkan ke dalam perhitungan.

Dalam penemuan yang sangat mengejutkan, saat dibandingkan dengan remaja dan wanita yang memakan 1,5 sajian atau kurang dari kubis mentah atau yang dimasak secara singkat atau sauerkraut (kubis yang dipotong atau dicacah yang difermentasi dalam jusnya sendiri) per minggu, wanita yang memakan lebih dari tiga sajian kubis per minggu punya penurunan 72 persen dalam resiko kanker payudara.

Yang menarik, terdapat hubungan kebalikan yang kuat saat konsumsi tinggi dari kubis yang dimakan selama masa remaja, bahkan saat jumlah yang lebih rendah dikonsunsi ketika dewasa. Namun, konsumsi yang tinggi dari kubis di masa dewasa itu juga berhubungan dengan resiko yang lebih rendah untuk kanker payudara.

Dalam artikelnya, Dr. Pathak menyatakan, ‘‘Ini adalah sebuah populasi yang unik. Orang Polandia mengkonsumsi kubis dalam berbagai bentuk, dan memakannya dalam jumlah yang banyak -- tiga kali lebih banyak dibanding orang Amerika. Bekerja dengan populasi imigran membuat kami bisa mempelajari efek dari berbagai cara memakan kubis yang tidak bisa ditemukan dalam populasi Amerika.’’

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2008 di Carcinogenesis, para peneliti dari Santa Barbara, California, dan Urbana, Illinois, mencatat bahwa kubis dan sayuran silang lainnya, mengandung sejenis isothiocyanate yang dikenal sebagai sulforaphane atau SFN.

Mereka menemukan bahwa sulforaphane menghambat pertumbuhan cell-cell kanker, sama seperti obat-obat anti kanker taxol dan vincristine, yang mengakibatkan cell-cell menjadi mati. Tapi, sulforaphane itu lebih lemah di banding obat-obat anti kanker dan lebih tidak beracun.

Para peneliti mencatat bahwa, ‘‘adalah hal yang penting untuk mengetahui apakah SFN mungkin memfasilitasi atau menganggu kemoterapi konvensional’’ Mengapa?

‘‘Karena jika itu tidak mengganggu, berarti ada sebuah kemungkinan menarik bahwa SFN mungkin bermanfaat bukan cuma untuk pencegahan tapi juga untuk perawatan kanker sambil menggunakan obat-obatan konvensional.’’

Dalam sebuah studi tahun 2008 di Proceedings of the National Academy of Sciences, University of California, Berkeley, para peneliti melaporkan bahwa senyawa indole-3-carbinol yang ditemukan dalam kubis itu memerangi cell-cell kanker payudara.

Selama penyelidikan mereka, para peneliti mempelajari bahwa indole-3-carbinol mengurangi level aktivitas dari enzim-enzim elastase, yang telah dihubungkan dengan percepatan pertumbuhan kanker payudara.

Saat elastase ada dalam jumlah yang lebih tinggi, pasien itu lebih mungkin untuk memiliki respon yang lebih kecil pada kemoterapi dan terapi endocrine serta lebih kecil kemungkinannya untuk bertahan.

Para peneliti berteori bahwa indole-3-carbinol atau senyawa yang berhubungan mungkin menjadi ‘‘terapi yang ditargetkan untuk kanker payudara saat level elastase yang tinggi itu berhubungan dengan perkiraan yang rendah.’’

Karenanya, beberapa bentuk dari indole-3-carbinol atau phytochemical yang berhubungan suatu saat nanti mungkin akan disertakan ke dalam perawatan untuk kanker payudara, terutama saat terdapat level elastase yang tinggi.

Kanker Kantung Kemih

Dalam sebuah studi tahun 2007 yang dipublikasikan di International Journal of Cancer, para peneliti dari University of Texas M. D. Anderson Cancer Center di Houston menganalisa diet dari 679 pasien yang menderita kanker kantung kemih dan 708 orang sehat dengan usia, jenis kelamin dan etnis sama.

Para peneliti menemukan bahwa konsumsi rata-rata dari sayuran silang, misalnya kubis, itu sangat rendah pada orang-orang yang menderita kanker kandung kemih dibanding mereka yang sehat.

Bahkan, saat dibandingkan dengan orang yang memakan sayuran silang paling sedikit, orang yang memakan paling banyak punya 29 persen penurunan untuk resiko penyakit.

Unsur perlindungan dari sayuran ini juga terbukti pada mereka yang beresiko besar untuk mengalami kanker kandung kemih, yaitu pria, perokok dan orang-orang yang berusia 64 tahun ke atas.

Kanker Pancreatic

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2009 di JNCI: Journal of the National Cancer Institute, para peneliti dari Texas Tech University Health Sciences Center di Amarillo menyelidiki efek dari salah satu jenis isothiocyanate, yang dikenal sebagai benzyl isothiocyanate, terhadap pengembang biakan cell-cell kanker pancreatic, dan pada tikus yang menjadi model kanker pancreatic.

Para peneliti menemukan bahwa saat cell-cell kanker pancreatic di ekspose ke benzyl isothiocyanate, terdapat jumlah yang tinggi dari cell yang mati (apoptosis). Selain itu, cell-cell pancreatic yang sehat tidak terpengaruh oleh perawatan.

Polyps

Dalam sebuah studi tahun 2006 di Carcinogenesis, para peneliti di New Jersey dan Korea Utara mengamati penggunaan dari sulforaphane pada tikus yang diberi kanker usus polyps, yang diawali dengan kanker colorectal.

Para peneliti menemukan bahwa saat tikus ini diberi makan sulforaphane, tumor mereka menjadi lebih kecil dan perkembangannya lebih lambat. Saat tikus benar-benar mengembangkan polyps, banyak dari polyps ini yang merusak dirinya sendiri.

Dan, tikus yang diberi makan sulforaphane dengan dosis tertinggi, punya resiko lebih rendah untuk mengembangkan polyps dibanding mereka yang memakan dosis lebih rendah. Para peneliti menyimpulkan bahwa sulforaphane punya aktivitas chemoprotective.

Kesehatan Jantung

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2007 di The Journal of Nutrition, para peneliti Hawaii menyatakan bahwa jumlah yang sangat kecil dari indole-3-carbinol itu mampu untuk mengurangi pengeluaran apolipoprotein B-100 (apoB), yaitu pengantar utama dari kolesterol LDL (jahat), oleh liver.

Karena LDL telah dihubungkan dengan pembentukan plak di dalam saluran darah, berarti menurunkan jumlah LDL sudah jelas akan memberikan manfaat bagi jantung.

Dalam studi lain yang dipublikasikan tahun 2008 di Diabetes, para peneliti dari University of Warwick, Inggris, menyatakan bahwa sulforaphane memicu produksi dari suatu protein yang dikenal sebagai nrf2 yang mensupport kesehatan saluran darah.

Saat sulforaphane ada, aktivasi dari nrf2 jadi berlipat ganda. Support ini mengambil tempat bahkan di dalam saluran darah yang telah rusak, sebuah kasus yang sering dialami oleh para penderita diabetes.

Selain itu, saluran darah yang rusak itu adalah penyebab signifikan dari angka kesakitan dan kematian dari para penderita diabetes.

Peringatan!

Para anggota keluarga dari kubis mengandung goitrogens, suatu bahan natural yang sebagian berpendapat mungkin akan mengganggu fungsi normal dari kelenjar thyroid.

Karena memasak membantu untuk menonaktifkan goitrogens, orang yang menderita penyakit thyroid, misalnya hypothyroidism, mungkin ingin menghindari memakan kubis mentah. Sebaiknya, konsultasikan masalah ini dengan dokter anda.

Nah, haruskah kubis disertakan kedalam diet? Dalam sebagian besar kasus, itu harus.