Makanan Sehat - Capers

Karena bentuknya yang begitu kecil dan lebih sering digunakan sebagai penghias dan atau bumbu, mungkin akan sulit bagi sebagian orang untuk memikirkan tentang betapa menyehatkannya capers.

Padahal capers adalah bagian integral dari diet Mediterranean yang begitu banyak di diskusikan, dan ada sejumlah penelitian mengenai pucuk bunga dari tumbuhan semak berduri ini yang dikenal sebagai Capparis spinosa.

Selain itu, meski capers tidak mengandung lemak, tapi dia mengandung protein, vitamin A dan E, niacin, calcium, dan manganese.

Capers juga sumber yang sangat bagus untuk serat, vitamin C dan K, riboflavin, folate, iron, magnesium, dan copper. Yang lebih penting lagi, capers banyak mengandung quercetin, sebuah antioxidant flavonoid yang ampuh.

Pada sisi negatif, capers yang tersedia secara komersial itu cenderung banyak mengandung sodium. Tapi, sebagian besar dari sodium ini mungkin bisa dibilas di dalam sebuah saringan sebelum capers dikonsumsi.

Meski penelitian mengenai capers masih terbatas, tapi tetap penting untuk direview.

Kanker Prostate

Dalam sebuah studi laboratorium yang dipublikasikan tahun 2001 di Carcinogenesis, Mayo Clinic para peneliti di Rochester, Minnesota, menyimpulkan bahwa quercetin itu mampu untuk memblokir aktivitas androgen (hormon) di androgen-responsive jalur-jalur cell prostat manusia.

Dengan memblokir aktivitas ini, perkembangan cell-cell kanker prostat mungkin bisa di cegah atau dihentikan. Para peneliti menyatakan bahwa quercetin berpotensi ‘‘untuk menjadi suatu agent chemopreventive dan atau chemotherapeutic untuk kanker prostat.’’

Kanker Usus

Dalam sebuah studi laboratorium yang dipublikasikan tahun 2005 di Nutrition Journal, para peneliti dari University of Georgia merawat cell-cell colon adenocarcinoma manusia dengan quercetin.

Setelah mengikuti perkembangan dari perawatan ini, para peneliti manemukan sebuah ‘‘penurunan ekspresi dari tiga protein dan peningkatan ekspresi dari satu protein.’’

Menurut para peneliti, ‘‘perubahan seperti itu dalam level dari protein tertentu ini bisa mendasari aksi chemoprotective dari quercetin ke arah kanker usus.’’

Dalam sebuah studi yang di publikasikan di The Journal of Nutrition, para peneliti dari Texas A & M University menyelidiki bagaimana tikus-tikus laboratorium yang mengidap atau tidak mengidap kanker usus tahap awal akan merespon terhadap diet yang ditambah dengan quercetin.

Para peneliti menemukan bahwa tikus-tikus yang diberi makan quercetin punya kemampuan yang lebih baik untuk mempertahankan keseimbangan antara pertumbuhan cell-cell baru yang sehat dengan kematian dari cell-cell yang sudah menyelesaikan tugasnya.

Tikus-tikus tersebut punya tingkat yang rendah dari petumbuhan cell-cell kanker baru dan tingkat yang tinggi dari cell-cell yang akan mati, sebuah proses yang dikenal sebagai apoptosis. Karenanya, tikus-tikus yang mendapat tambahan quercetin punya usus yang lebih sehat.

Para peneliti yang sama juga mengamati Cox-1 dan Cox-2, dua enzim yang ada di dalam kanker usus. Mereka menemukan bahwa tikus-tikus yang mengkonsumsi quercetin punya level yang lebih rendah dari enzim ini di dalam tubuh mereka.

Meski penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan, tapi para peneliti berspekulasi bahwa quercetin mungkin menekan pertumbuhan kanker.

Kesehatan Jantung

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2007 di The Journal of Nutrition, Utah para peneliti mencoba untuk memastikan apakah asupan dari supplement quercetin selama 28 hari, bisa menurunkan tekanan darah pada orang-orang yang mengalami peningkatan level tekanan darah, atau hypertensi.

Secara acak, studi ini menyertakan 19 pria dan wanita yang mengalami pra-hypertensi, serta 22 pria dan wanita yang mengalami hypertensi tahap 1. Dan ternyata, supplement quercetin tidak mengubah level tekanan darah dari subjek yang mengalami pra-hypertensi.

Namun, setelah menjalani perawatan ini, para subjek yang memiliki hypertensi tahap 1 mengalami penurunan dalam level systolic, diastolic, dan tekanan arterial rata-rata.

Para peneliti mencatat bahwa, ‘‘data ini adalah yang pertama kali menunjukkan bahwa supplement quercetin mampu mengurangi tekanan darah pada subjek yang mengalami hypertensi.’’

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan secara online tahun 2009 di British Journal of Nutrition, para peneliti menyelidiki efek-efek dari supplement quercetin terhadap faktor-faktor kesehatan jantung misalnya tekanan darah, lipid metabolism, ciri-ciri oksidatif stress, peradangan dan komposisi tubuh pada 93 subjek yang overweight atau obese dengan usai 25 sampai 65 tahun.

Semua subjek menampakkan ciri-ciri dari metabolic syndrome, yang memberikan mereka resiko tambahan untuk penyakit jantung. Selama periode enam minggu, yang dibagi dengan sebuah periode lima minggu pembersihan, para subjek menerima supplement quercetin harian sebanyak 150 mg atau mendapat placebo.

Para peneliti menyatakan bahwa para subjek yang mendapat quercetin mengalami penurunan dalam level tekanan darah systolic mereka, juga pengurangan dalam konsentrasi plasma LDL teroksidasi. Mereka menyimpulkan bahwa, ‘‘quercetin mungkin menyediakan perlindungan terhadap CVD [cardiovascular disease].’’

Beberapa tahun sebelumnya, dalam sebuah studi yang muncu di Journal of Ethnopharmacologyl tahun 2005, para peneliti Moroccan menyelidiki efek dosis oral dari ekstrak capers terhadap lipid metabolism pada tikus normal dan tikus yang menderita diabetes.

Level-level dari plasma triglyceride diukur setelah satu minggu, kemudian diukur lagi setelah dua minggu. Dalam kedua contoh, tikus normal dan diabetic punya penurunan yang signifikan dalam konsentrasi plasma triglyceride.

Sementara itu, level dari plasma cholesterol diukur pada tikus normal setelah empat hari dan satu minggu. Dalam kedua kasus, tikus normal punya level kolesterol lebih rendah.

Level kolesterol pada tikus diabetic diukur setelah empat hari dan dua minggu. Sekali lagi, ada penurunan yang signifikan. Setelah empat hari dari ekstrak capers, tikus-tikus diabetec punya mengalami penurunan yang signifikan dalam berat tubuh.

Para peneliti mencatat bahwa tampaknya ekstrak capers ‘‘menunjukkan suatu aktivitas yang kuat untuk menurunkan lipid pada tikus normal dan diabetic setelah diberi ekstrak CS [Capparis spinosa L. or capers] encer secara berulang kali.’’

Kesehatan Secara Keseluruhan

Dalam sebuah studi di Itali tahun 2007 yang dipublikasikan di Journal of Agricultural and Food Chemistry, para peneliti menambahkan ekstrak capers pada kalkun panggang dan daging merah. Kemudian, setelah memicu pencernaan, mereka menganalisa hasilnya.

Dari situ para peneliti mengetahui bahwa capers, bahkan saat digunakan dalam jumlah yang kecil, membantu pencegahan pro-oxidant, yaitu melekul-molekul yang menyerang cell-cell yang sehat dan telah dihubungkan dengan suatu peningkatan resiko dari penyakit pembuluh darah dan kanker.

Para peneliti mencatat bahwa capers mungkin sangat bermanfaat untuk kesehatan, terutama pada mereka yang memakan makanan yang banyak mengandung lemak dan daging merah.

Pengurangan Resiko untuk Influenza

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2008 di American Journal of Physiology—Regulatory, Integrative and Comparative Physiology, South Carolina, secara acak para peneliti mengelompokkan tikus untuk menjalani salah satu dari empat kelompok perlakuan, yaitu olahraga-placebo, olahraga-quercetin, kontrol-placebo, atau kontrol quercetin.

Tikus yang berolahraga berlari diatas treadmill sampai lelah selama tiga hari berturut-turut. Para peneliti menyimpulkan bahwa tikus yang berolah raga itu mengalami peningkatan terhadap resiko untuk terkena flu.

Tapi, tikus yang berolah raga dan mendapat quercetin punya tingkat yang hampir sama untuk menjadi sakit seperti pada tikus yang tidak berolah raga. Tingkat keparahan diantara tikus yang tidak berolah raga itu hampir sama dengan tikus yang berolah raga tapi tidak mendapat quercetin.

Para peneliti mencatat bahwa penggunaan quercetin jangka pendek mungkin ‘‘memperkecil dampak dari olahraga yang berat pada subjek yang rentan untuk mengalami infeksi saluran pernapasan.’’

Peningkatan Daya Tahan

Dalam studi lain dari South Carolina, yang dipublikasikan tahun 2009 di American Journal of Physiology, para peneliti menyimpulkan bahwa tikus yang mendapat supplement quercetin selama tujuh hari itu punya lebih banyak mitochondria di dalam cell-cell otot dan otak mereka.

Itu memberikan tikus lebih banyak energi dan membuat mereka mampu untuk berlari jauh lebih lama dibanding tikus yang mendapat placebo.

Para peneliti mengatakan bahwa ‘‘manfaat dari quercetin pada kebugaran tanpa berolahraga mungkin punya dampak penting terhadap peningkatan kinerja atletis dan militer serta mungkin juga bisa untuk mencegah dan atau mengobati penyakit kronis.’’

Nah, apakah capers itu adalah sebuah penambahan yang sehat untuk diet?

Menurut hasil berbagai studi, tampaknya memang begitu.