Diet Afrika
Afrika, sebagai benua terbesar ke dua di dunia, punya geographic dan kultur yang sangat beragam. Sebuah daerah dengan sejarah yang teramat panjang, dan kultur yang terbentuk oleh berbagai suku, bahasa, dan tradisi, yang tak terhitung jumlahnya.
Karena Afrika adalah tanah kelahiran dari Homo sapiens dan tanah asal dari banyak suku bangsa di dunia, maka kultur dari makanan dan pola makan di berbagai wilayah di Afrika itu sangat penting bagi orang-orang diseluruh dunia.
Sejarah Awal Afrika
Sejarah awal manusia adalah kisah tentang makanan di Afrika. Homo sapiens berevolusi secara berbeda dari kera-kera jenis lain yang ada di Afrika, dan adaptasi manusia telah dibentuk dengan cara mengadaptasi diet.
Sebagai contoh, beberapa antrhopologist percaya bahwa tekanan pada pemilihan makanan telah mengaarah pada bipedalism (berjalan dengan dua kaki), sebagai akibat dari sebuah adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang mengharuskan mereka untuk melakukan perjalanan demi mencari umbi akar (misalnya kentang).
Sejarah Afrika menyertakan beberapa jenis produksi makanan manusia tahap awal, dengan salah satu tanah paling subur yang berlokasi di Afrika Utara, Nile Valley. Secara historis Nille Valley adalah dan terus menjadi sumber ikan, hewan, dan tanaman.
Di daerah yang lebih kering di Afrika, terutama setelah gurun Sahara menjadi tandus setelah tahun 6000 Sebelum Masehi, suku penggembala memelihara lembu, domba, atau kambing, yang berfungsi sebagai bagian dari sumber makanan.
Tanaman yang tidak terlalu dipengaruhi oleh cuaca yang extreme misalnya rumput-rumputan (gandum, barley, millet, dan sorgum) dan umbi akar (misalnya ubi rambat) mulai menjadi populer ke seluruh benua, dan masih tetap menjadi bahan pokok yang penting dalam diet Afrika saat ini.
Deskripsi
Diseluruh Afrika, makan utama setiap hari adalah makan siang, yang biasanya terdiri dari campuran sayuran, legumes, dan terkadang daging. Meski daging dianggap sebagai makanan pokok di banyak wilayah, namun akibat faktor ekonomi, banyak orang Afrika yang tidak selalu mampu untuk makan daging.
Lembu, kambing, dan sapi itu cukup mahal di Afrika, sehingga makanan-makanan ini hanya untuk hari-hari khusus. Namun ikan sangat berlimpah di daerah pesisir dan danau.
Kombinasi dari berbagai makanan disebut rebusan, sup, atau saus, tergantung dari wilayahnya. Campuran ini kemudian disajikan diatas bubur yang dibuat dari akar sayuran misalnya cassava, atau grain misalnya padi, jagung, millet, atau teff.
Perbedaan wilayah direfleksikan dalam variasi dari makanan dasar ini, terutama dalam isi dari makanan yang direbus. Variasi yang sangat beragam dalam bahan makanan terjadi di daerah pantai, dan di daerah-daerah pegunungan yang subur. Rasa dan bumbu yang digunakan akan bervariasi, secara prinsip akibat dari sejarah perdagangan lokal.
Dalam diet tradisional Afrika, daging dan ikan bukanlah makanan utama, dan hanya digunakan sebagai makanan tambahan. Karena itulah, daging jarang dimakan, meski sangat disukai oleh orang Afrika.
Metoda Memasak Tradisional. Cara memasak tradisional melibatkan penguapan makanan yang dibungkus dengan daun (daun pisang atau jagung), direbus, digoreng dengan minyak, dibakar, dipanggang, atau dipangang di dalam abu.
Orang Afrika biasanya memasak di luar atau di dalam gedung yang terpisah dari ruang keluarga. Dapur Afrika biasanya mempunyai belanga yang ditaruh diatas 3 buah batu yang disusun didekat api. Di Afrika, makanan biasanya dimakan dengan tangan (tanpa sendok).
Afrika Utara
Negara-negara di Afrika Utara yang berbatasan dengan Laut Tengah pada umumnya adalah negara-negara Muslim. Sebagai hasilnya, diet mereka merefleksikan tradisi Islam.
Agama Islam tidak mengijinkan umatnya untuk makan daging babi, atau produk-produk hewani yang tidak dipotong sesuai ajaran Islam.
Seperti wilayah-wilayah lain di Afrika, banyak dari diet mereka yang menggunakan gandum sebagai makanan pokok. Namun, memasak dengan minyak zaitun, bawang merah dan bawang putih, adalah hal yang umum di negara-negara Afrika Utara. Bumbu-bumbu yang banyak digunakan antara lain cumin, caraway, cengkeh, dan kayu manis.
Roti adalah makan utama yang paling umum, dan bisa dimakan kapanpun, termasuk sarapan, yang biasanya dicapur dengan bubur yang terbuat dari tepung millet atau kacang panjang.
Couscous (dibuat dari gandum dan millet) seringkali menjadi menu utama saat makan siang. Makanan ini mungkin ditemani dengan salad sayuran. Makanan utama lainnya yaitu tajine, yang diambil dari nama pot tanah liat tempat makanan tersebut dibuat.
Daging kambing dimasak dalam tajine, juga kabob. Jenis sayuran antara lain okra, meloukhia (mirip bayam), dan radishes. Buah-buahan yang umum adalah jeruk, lemon, pear, dan mandrake. Legumes antara lain broad beans (fava beans), lentils, yellow peas, dan black-eyed peas juga menjadi makanan yang penting.
Minuman beralcohol itu dilarang dalam tradisi Islam. Teh mint dan kopi adalah jenis minuman yang sangat populer di wilayah ini.
Afrika Barat
Di Afrika Barat, ada banyak variasi dari menu makanan utama. Beras adalah makanan utama dari daerah Mauritania sampai Liberia, hingga melintasi Sahel, sebuah daerah yang membentang melintasi wilayah Sahara dan savvanna selatan.
Couscous adalah makanan umum di Sahara. Mulai dari CoĆ“te d’Ivoire (Ivory Coast) sampai Negeria dan Cameroon, akar-akaran, terutama ubi rambat dan cassava, adalah makanan yang umum. Cassava, yang diimport dari Brazil oleh bangsa Portugis, direbus dan kemudian di ditumbuk hingga hampir menjadi tepung.
Yam (ubi rambat) adalah tanaman utama di Afrika Barat dan disajikan dengan berbagai hidangan, termasuk amala (yam yang ditumbuk) dan saus egwansi (melon). Millet juga digunakan untuk membuat bubur atau beer.
Palm oil adalah rebusan dasar di Gambia, wilayah-wilayah selatan dan timur. Di wilayah Sahalian, pasta groundnut (peanut butter) adalah bahan utama untuk rebusan.
Rebusan lainnya adalah di dasari pada okra (sayuran lokal untuk wilayah hutan tadah hujan di Afrika), bean, kentang manis atau cassava.
Sayuran lainnya adalah eggplant, kubis, wortel, cabai, french bean, lettuce, okra, bawang, dan tomat cherry.
Semua rebusan di wilayah ini cenderung untuk sangat beraroma, dan seringkali disertai dengan cabe.
Sumber protein. Daging sebagai sumber protein antara lain lembu, sapi, ayak, dan kambing, meski sapi biasanya disajikan untuk hari raya atau hari-hari khusus. Ikan dimakan di wilayah pantai.
Dan karena pengaruh Islam, babi hanya untuk wilayah-wilayah non-Muslim. Di wilayah ini, “bush meat” (hewan semak) biasa dikonsumsi, termasuk tikus semak, rodent, antelope, dan monyet.
Sedangkan Giant snails (sejenis siput) juga banyak dimakan di berbagai wilayah Afrika Barat.
Afrika Timur
Perdagangan dan migrasi yang luas dengan negara-negara Arab dan Asia Utara telah membuat kultur Afrika Timur menjadi unik, terutama di daerah pesisir. Makanan utamanya antara lain kentang, nasi, matake, dan maize yang dibuat menjadi bubur kasar.
Bean atau rebusan dengan daging, kentang, atau sayuran, seringkali jadi peneman bubur. Daging sapi, kambing, ayam, atau domba, adalah jenis daging yang paling umum.
Diwilayah Kenya dan horn of Africa, rebusannya tidak banyak menggunakan bumbu, namun di daerah pesisir punya banyak bumbu, dan kelapa adalah bahan utama dari rebusan. Ini termasuk cukup unik jika dibandingkan dengan wilayah Afrika Utara dan Tengah.
Dua suku penggembala, Maasai dan Fulbe, punya pola makan yang berbeda. Mereka tidak banyak makan daging, kecuali untuk acara-acara khusus. Mereka lebih banyak menggunakan susu dan mentega sebagai makanan utama. Ini adalah hal yang tidak biasa karena hanya sedikit orang Afrika yang mengkonsumsi susu, terutama karena lactose intolerance.
The horn of Africa, yang menyertakan Somalia dan Ethiopia, dikarakterisasikan oleh makanannya yang sangat beraroma, terutama cabe dan bawang putih. Makanan utama yang terbuat dari grain, yaitu teff, mengandung zat besi dan gizi yang tinggi dibanding makanan utama lain yang ditemukan di Afrika.
Makanan tradisional yang umum di sini adalah injera, yaitu roti berongga yang dimakan dengan cara dibelah, kemudian diselipkan daging atau rebusan ke dalamnya.
Afrika Selatan
Diluar daerah yang bertemperatur panas, di bagian selatan benua, banyak terdapat variasi buah dan sayuran. Buah dan sayuran di Afrika selatan antara lain pisang, nanas, pepaya, mangga, avocado, kentang, dan kubis.
Namun, makanan tradisional di Afrika selatan dipusatkan pada bahan makanan yang ditanam, biasanya nasi atau maize, yang disajikan dengan rebusan.
Sajian yang paling umum yang dibuat dari cornmeal disebut dengan maelie, atau pap di Afrika Selatan. Juga dikenal sebagai nshima atau nsima, yang biasanya dimakan dengan rebusan.
Rebusannya mungkin akan menyertakan sedikit sayuran rebus, misalnya kubis, bayam, atau lobak, atau pada acara-acara yang lebih spesial, ikan, beans, atau ayam.
Resiko-resiko
Nutrisi dan Penyakit
White South Africans (Keturunan Belanda yang disebut Afrikaaners), orang Eropa, dan Asian Indian yang berada di Afrika punya diet yang mirip dengan negara asalnya.
Namun, di daerah urban, terjadi peningkatan pada daging dalam diet dari orang Afrika (hitam), sama seperti beberapa diet dari suku pastoral Afrika Barat.
Mereka juga mulai banyak mengkonsumsi makanan-makanan yang sudah dipaket yang mirip dengan yang ditemukan di Barat. Hasilnya adalah sebuah diet yang tidak seimbang.
Di banyak belahan Afrika, diet tradisional dari orang-orang pribumi seringkali kurang mengandung vitamin essensial, mineral, dan protein, yang bisa mengarah pada berbagai penyakit.
Kekurangan nutrisi micro, terutama vitamin A, iodine, dan zat besi, yang bisa mengakibatkan kerusakan mata, goiter, anemia, adalah hal yang umum di sebagian besar wilayah Afrika, terutama di daerah-daerah dimana secara natural tanahnya tidak subur atau akibat dari penggunaan yang berlebihan.
Keamanan Makanan
Ancaman yang jauh lebih besar datang dari meningkatnya sumber-sumber makanan yang tidak aman (kurang kosisten dan terjangkaunya makanan utama) akibat dari perubahan cuaca (kering dan banjir) dan perang. Selama akhir tahun 1900, kelaparan jadi meningkat tajam di Afrika.
Selain itu, ancaman baru pada supply makanan muncul akibat dari meningkatnya wabah HIV/AIDS. Saat orang-orang dewasa sakit dan meninggal, produksi agricultur menurun.
Masyarakat pedesaan adalah yang paling terpuruk, terutama kaum wanita, karena kebutuhan psychologis mereka yang khusus yang berhubungan dengan peran mereka sebagai ibu, juga akibat status ekonomi dan sosial mereka yang rendah.
Dengan populasi dan sumber daya yang begitu besar, serta perkembangan populasi yang pesat, Afrika adalah benua yang kesulitan untuk menjaga agar orang-orang dan budayanya tetap sehat.