ADHD Diet

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah salah satu penyakit yang umumnya dialami oleh anak-anak yang mengalami gangguan mental.

Gejala ini umumnya terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejalanya antara lain tidak mau memperhatikan, hype aktif, dan bertingkah laku impulsif.

Kondisi ini bisa terus terjadi selama masa kanak-kanak hingga dewasa, namun saat menginjak usia dewasa biasanya kemampuannya untuk mengendalikan respon yang impulsif sudah lebih baik.

Sampai saat ini, penyebab ADHD masih belum diketahui, meski banyak yang merasa bahwa penyakit ini diakibatkan oleh ketidak seimbangan kimia di dalam otak yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun genetik.

Beberapa faktor lingkungan ini antara lain terkena racun selama masa kehamilan, bahan makanan tambahan dan allergi, gula, kafein, dan pewarna makanan. Namun banyak diantaranya yang hanya masih berupa teori.

Gula

Ada banyak pendapat yang berbeda mengenai efek dari gula terhadap tingkah laku anak. Banyak penelitian yang tidak menemukan bukti bahwa gula mempunyai efek terhadap tingkah laku anak.

Sebagian kalangan merasa bahwa perayaan-perayaan umum (misalnya pesta ulang tahun) itu berhubunan dengan jumlah konsumsi gula yang tinggi dan karenanya menghubungkan tingkah laku tersebut dengan perayaan.

Allergi, Bahan Tambahan, dan Zat Pewarna Makanan

Di tahun 1970, The Feingold diet dianjurkan dan dihubungkan dengan tingkah laku ini. Namun, sekali lagi, sejumlah peneliti merasa bahwa belum ada bukti ilmiah yang cukup untuk menyimpulkan bahwa bahan tambahan pada makanan berhubungan dengan ADHD.

Kafein adalah simultant dan memberikan efek yang berbeda pada masing-masing orang. Sebagian orang lebih toleran terhadap kafein, dibanding sebagian yang lain. Anak-anak sebaiknya dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi minuman dan makanan yang mengandung kafein (misalnya Coke atau Pepsi, atau energi drink lainnya). Terutama jika anak tersebut diduga allergi terhadap kafein.

Namun, ada sejumlah bukti yang menghubungkan antara tingkah laku hyperactive dengan makanan yang telah diproses. Sebagai orang tua, anda bisa mencoba untuk menyingkirkan makanan-makanan yang banyak mengandung gula dan zat pewarna sebisa mungkin. Jus seharusnya juga di hindari. Selain itu soda, candy, dan kue juga seharusnya dijauhkan.

Omega-3 dan ADHD

@Omega-3@ adalah essential fatty acid (i.e. salah satu bentuk lemak polyunsaturated fat) yang bisa ditemukan dalam ikan jenis tertentu, dan sayuran. Hasil dari sejumlah penelitian menunjukkan bahwa omega-3 bisa mempengaruhi perkembangan otak bayi selama masa kehamilan.

Sumber-sumber omega-3 ini antara lain:

  • 100 g Salmon (menyediakan 230 mg omega-3)
  • 100 g Sardines (menyediakan 220 mg omega-3)
  • 100 g Herring (menyediakan 160 mg omega-3)
  • 100 g Tuna (menyediakan 160 mg omega-3). Tuna haruslah fresh atau beku, karena ikan tuna kalengan biasanya diisi dengan oil, (dan seringkali diganti dengan omega-6 oils).

Jika anak anda tidak mau makan ikan, cobalah untuk mencampurkannya dengan flaxseed oil ke dalam makanan tertentu, atau carilah produk-produk makanan yang sudah diperkaya dengan omega-3.

Apakah diet bisa memberikan pengaruh pada ADHD?

Hasil penelitian umumnya mengindikasikan bahwa hanya sejumlah kecil anak yang akan merespon terhadap diet yang bebas additives. Namun, jangan biarkan hal ini menghentikan anda untuk mengubah pola makannya.

Pada tingkat minimun, seorang anak yang menderita ADHD seharusnya makan ikan 2 kali per minggu.