Makanan Sehat - Telur

Selama bertahun-tahun, telur benar-benar telah mendapat nama yang buruk, karena kandungan kolesterol yang tinggi dari kuning telurnya -- sekitar 213 milligrams (mg) per telur -- yang dipercaya telah meningkatkan level kolesterol manusia.

Karena merasa prihatin dengan besarnya jumlah orang yang mengalami peningkatan level kolesterol darah, para ahli medis secara umum menganjurkan orang untuk tidak memakan telur dan makanan-makanan lain yang banyak mengandung kolesterol.

Tapi baru-baru ini, telah ada sejumlah penelitian yang mengusulkan bahwa telur itu sepertinya tidak menjadi suatu masalah kesehatan bagi orang dewasa yang tidak pernah punya sejarah penyakit jantung atau kolesterol tinggi.

Selain itu, sejumlah studi telah menunjukkan beberapa manfaat tambahan yang di dapat dari mengkonsumsi telur.

Mengatur Berat Badan

Ada sejumlah bukti bahwa telur mungkin bermanfaat untuk manajemen berat badan, juga masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan berat badan berlebih dan obesitas.

Sebuah artikel tahun 2008 yang dipublikasikan di International Journal of Obesity, membandingkan orang-orang overweight yang memakan dua butir telur untuk sarapan, dengan orang overweight yang memakan bagel untuk sarapan. Jumlah kalori untuk kedua jenis sarapan ini sama.

Setelah delapan minggu, orang-orang yang memakan telur saat sarapan berat badannya 65 persen turun lebih banyak dan massa tubuhnya berkurang 61 persen lebih banyak dibanding orang yang memakan bagel untuk sarapan. Mereka juga merasa lebih berenergi.

Para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘menyertakan telur ke dalam sebuah program diet untuk mengatur berat badan itu mungkin menawarkan sebuah gizi tambahan untuk meningkatkan penurunan berat badan.’’

Dalam sebuah studi yang muncul tahun 2008 di British Journal of Nutrition, para peneliti di Purdue University menemukan bahwa para pria overweight atau obese yang memakan makanan yang mengandung protein berkualitas, misalnya telur dan Canadian bacon saat sarapan itu merasa lebih puas dibanding mereka yang memakan protein saat makan siang atau makan malam.

Karena para pria itu tidak lapar, mereka jadi lebih mungkin untuk tetap mematuhi batasan-batasan terhadap makanan mereka. ‘‘Rasa kenyang disaat awal dan berkelanjutan yang di dapat dari mengkonsumsi telur saat sarapan itu mengisyaratkan bahwa pemilihan waktu untuk memakan protein mempengaruhi tingkat kepuasan.’’

Mengomentari studi ini, sebuah artikel tahun 2008 di Natural Health mencatat bahwa orang-orang merasa kenyang setelah memakan protein karena butuh waktu lebih lama untuk dicerna dibanding lemak atau karbohidrat.

‘‘Pernahkah anda memperhatikan bahwa suatu hidangan dengan telur . . . menjaga anda tetap puas sepanjang pagi? Itu karena telur banyak mengandung protein juga sejumlah nutrisi lain. Dengan 75 kalori, telur itu adalah suatu makanan penting serba guna yang bisa menyingkirkan sisi negatif mengenai kandungan kolesterolnya.’’

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2008 di The Journal of Nutrition, para peneliti menempatkan pria overweight yang berusia antara 40 sampai 70 tahun pada sebuah diet karbohidrat terbatas yang menyertakan tiga butir telur per hari.

Lebih dari separuh pria ini (18 orang) telah di diagnosa mengalami metabolic syndrome, sebuah gangguan yang di definisikan dengan kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan lemak dibagian perut. Para pria ini tetap menjalani diet selama 12 minggu.

Pada akhir studi, hanya tiga pria yang dianggap tetap memiliki metabolic syndrome. Selain itu, sebagai sebuah kelompok, para pria ini mengalami penurunan yang signifikan dalam berat tubuh dan peningkatan dalam triglycerides dan HDL atau ‘‘kolesterol baik.’’

Mengingat bahwa perubahan pola makan tersebut relatif sederhana, hasil-hasil ini benar-benar dramatis.

Dalam sebuah studi di Inggris yang dipublikasikan tahun 2008 di European Journal of Nutrition, dua kelompok orang ditempatkan pada suatu diet pembatasan energi selama 12 minggu.

Salah satu kelompok diperintahkan untuk memakan dua butir telur per hari; kelompok satunya lagi tidak menyertakan telur ke dalam diet mereka.

Hasilnya, kedua kelompok sama-sama mengalami penurunan berat badan dalam skala menengah. Namun, para peserta yang berada dalam kelompok telur tidak mengalami suatu peningkatan dalam kolesterol total atau LDL.

‘‘Penemuan ini menyiratkan bahwa makanan-makanan yang tinggi kolesterol itu tidak seharusnya disingkirkan dari petunjuk pola makan untuk menurunkan berat badan karena pengaruh buruknya terhadap plasma kolesterol LDL.’’

Meski ini mungkin memang benar, tapi adalah hal yang juga mungkin bahwa makanan-makanan atau faktor-faktor lain lah yang mencegah peningkatan dalam level kolesterol tersebut.

Meningkatkan Daya Ingat

Sebuah studi Massachusetts Institute of Technology menyelidiki hasil-hasil kognitif yang muncul setelah tikus dewasa ditempatkan pada berbagai kombinasi dari uridine, choline, dan docosahexaenoic acid, yaitu zat-zat yang secara normal bersirkulasi dalam darah dan ditemukan dalam telur.

Saat melakukan pengujian secara terpisah, masing-masing dari zat ini sebelumnya telah terbukti mampu meningkatkan fungsi kognitif. Hasil-hasil dari studi ini, yang dilakukan selama 4 minggu, telah dipublikasikan pada tahun 2008 di The FASEB Journal.

Para peneliti menemukan bahwa fungsi kognitif yang terbesar dari tikus-tikus tersebut adalah yang berada pada kelompok yang mendapat ketiga zat tersebut. Para peneliti menyimpulkan bahwa zat-zat ini meningkatkan fungsi synapse otak -- yaitu fungsi untuk menyalurkan informasi ke neuron-neuron.

Sebagai hasilnya, setidaknya terdapat kemungkinan bahwa telur mungkin bisa mencegah penyakit Alzheimer dan bentuk-bentuk lain dari dementia.

Sebuah studi tahun 2007 di The American Journal of Clinical Nutrition, melaporkan hasil-hasil dari sebuah peninjauan ulang selama 10 tahun terhadap pria dan wanita yang berusia 65 tahun ke atas.

Mereka yang rendah dalam level vitamin B12, yang terdapat di dalam telur, ditemukan sangat bersiko tinggi untuk mengalami penurunan kognitif. Bahkan, para peneliti mencatat bahwa, ‘‘status level vitamin B12 yang rendah itu berhubungan dengan semakin cepatnya penurunan kognitif.’’

Mengomentari studi ini dan pentingnya vitamin B12, dalam sebuah issue tahun 2008 di Food and Fitness Advisor, Elina Kaminsky, RPh, seorang ahli nutrisi farmasi, menjelaskan bahwa vitamin B12 itu berperan dalam produksi dari acetylcholine, sebuah neurotransmitter yang membantu dalam proses mengingat dan belajar.

Vitamin B12 itu juga diperlukan untuk pengembangan dari cell-cell syaraf.

Meski kedua studi maupun Kaminsky menyiratkan bahwa memakan telur itu akan mencegah penurunan kognitif, namun konsumsi rutin dari telur itu pastinya akan membantu meningkatkan jumlah dari vitamin B12 dalam tubuh. Karenanya, itu mungkin akan memerangi penurunan kognitif.

Namun, seringkali, seperti yang dicatat oleh Kaminsky, saat orang-orang menua, selain dari mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung vitamin B12, mereka juga membutuhkan supplement vitamin B12.

Kanker Payudara

Meski sangat sedikit orang yang mungkin menghubungkan antara konsumsi telur dengan kemungkinan terjadinya kanker payudara, tapi dalam sebuah studi yang dilakukan di Boston University dan dipublikasikan tahun 2008 di The FASEB Journal, para peneliti memvariasikan pemberian jumlah asupan dari choline, yang ditemukan dalam telur, untuk tikus-tikus yang sedang hamil.

Sebagian tikus menerima choline dalam jumlah standard, sebagian lain tidak mendapat choline, dan sebagian lainnya lagi mendapat choline dalam jumlah ekstra. Semua tikus diberikan sebuah zat kimia yang memicu kanker payudara.

Meski semua tikus yang berada dalam ketiga kelompok mengembangkan kanker payudara, tapi anak-anak tikus yang diberikan choline ekstra punya tumor yang berkembang lebih lambat dibanding anak-anak tikus yang tidak mendapat choline.

Jadi, mengkonsumsi choline selama kehamilan itu sepertinya mempengaruhi akibat-akibat pada anak-anak dari ibu yang menderita kanker payudara. Jika hasil-hasil studi ini terbukti benar, maka ibu-ibu hamil mungkin mampu untuk mencegah munculnya kanker payudara pada anak-anak mereka, bahkan sebelum mereka dilahirkan.

Krzysztof Blusztajn, PhD, seorang professor dibidang pathology di Boston University peneliti senior dari studi ini mencatat, dalam sebuah artikel Desember 2008 di Women’s Health Weekly, bahwa ‘‘studi ini menyediakan dukungan tambahan untuk dugaan bahwa choline itu adalah sebuah gizi penting yang harus dipertimbangkan saat menyusun panduan pola makan. Kami harap bahwa untuk mengembangkan suatu panduan gizi bagi wanita hamil yang memastikan kesehatan dari keturunan mereka sampai dewasa itu adalah sesuatu yang mungkin.’’

Selain hasil-hasil ini, para peneliti mengamati bahwa lambatnya perkembangan tumor-tumor pada tikus yang tampaknya punya pola genetik yang mirip dengan kanker payudara pada wanita, dipercaya akan memberikan hasil-hasil yang lebih baik; begitu juga pertumbuhan tumor yang cepat pada tikus-tikus itu secara genetik mirip dengan wanita yang memiliki kanker payudara yang lebih agresif.

Para peneliti mencatat bahwa terdapat beberapa dukungan untuk kepercayaan bahwa choline beraksi pada DNA kelenjar mammary dari janin saat mereka masih tumbuh di dalam kandungan.

Meski sederhana dalam penampilan, tapi telur tampaknya punya sangat banyak gizi yang penting. Dan, untuk orang sehat pada umumnya, yang tidak memiliki gejala-gejala dari penyakit jantung, telur itu seharusnya mungkin menjadi bagian rutin dari diet.

Tapi untuk mereka yang masih khawatir mengenai kandungan kolesterol di dalam kuning telur, mungkin bisa mulai mencoba omelet yang diisi dengan putih telur dan hanya menyertakan sedikit kuning telur.