Makanan Sehat - Flaxseed

Tanaman flax memiliki sejarah yang sangat tua.

Sejak Jaman Batu, dia sudah tumbuh di Mesopotamia, yang saat ini menjadi bagian utara dari Iraq.

Terdapat catatan sejarah mengenai penggunaan flaxseed dalam penyiapan makanan di masa Yunani kuno.

Dimasa Yunani kuno dan Romawi, flaxseed dipercaya memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan. Tapi, setelah runtuhnya Kerajaan Romawi, ketertarikan terhadap flaxseed semakin lama semakin berkurang.

Hal itu berubah pada abad ke 8 dan 9 Masehi, saat Kaisar Charlemagne kembali memperkenalkan flaxseed ke cita rasa orang-orang Eropa. Berabad-abad kemudian, para kolonis menanam flaxseed di Amerika Serikat.

Pada abad ke 17, flaxseed tiba di Canada. Dan saat ini, Canada adalah produsen terbesar dari flaxseed. (Flaxseed juga telah dikenal untuk membuat produk-produk misalnya tali, sprei,  linseed oil, dan linoleum.)

Flaxseeds banyak mengandung manganese dan serat, juga banyak mengandung magnesium, folate, coper, fosfor, dan vitamin B6.

Selain itu, flaxseed juga mengandung alpha-linolenic acid (ALA), sebuah lemak omega yang menjadi perintis bagi eicosapentaenoic acid (EPA), yaitu sejenis omega-3 yang ditemukan dalam minyak ikan.

Disamping itu, flaxseed memiliki lignan-lignan, phytochemical (zat-zat berbasis tanaman) yang memiliki efek estrogenic dan anti-kanker.

Tapi, penting untuk meninjau kembali hasil-hasil penelitian mengenai flaxseed ini.

Kanker Payudara

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2004 di The American Journal of Clinical Nutrition, para peneliti Canada menambahkan diet dari 46 wanita postmenopausal dengan sebuah muffin harian.

Selama 16 minggu, para wanita ini memakan muffin dengan sebuah placebo atau kedele (25 gram tepung kedele) atau flaxseed (25 gram ground flaxseed).

Pada akhir studi, para peneliti menyimpulkan bahwa metabolisme estrogen dari mereka yang memakan muffin flaxseed, tapi tidak memakan muffin kedele atau placebo, telah mengalami beberapa perubahan.

Level dari 2-hydroxyestrone, yang dipercaya menjadi pelindung terhadap kanker payudara, telah meningkat secara signifikan.

Yang kedua, rasio dari 2-hydroxyestrone ke 16-alpha-hydroxyestrone (sebuah metabolite yang dianggap memicu kanker) meningkat secara dramatis. Ini juga mengindikasikan pencegahan kanker.

Jadi, flaxseed tampaknya memiliki kemampuan anti-kanker, sementara level-level dari fraksi-fraksi estrogen (estradiol, estrone, dan estrone sulfate) di dalam darah tetap sama, yang penting untuk kesehatan tulang.

Kanker Prostate

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2008 di Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention, para peneliti menempatkan 161 pria yang memiliki kanker prostat pada salah satu dari empat jenis diet, yaitu diet yang ditambah dengan flaxseed (30 gram/hari), diet rendah lemak (<20 persen dari total energi), diet rendah lemak yang ditambah dengan flaxseed, atau diet kontrol (biasa), selama minimal 21 hari sebelum dijadwalkan untuk prostatectomy.

Para pria ini, yang rata-rata berusia 59 tahun, tetap berada dalam diet rata-rata selama 30 hari. Setelah dioperasi, tumor-tumor mereka dianalisa.

Para peneliti menemukan bahwa tumor para pria yang mengikuti diet yang mengandung flaxsed, tumbuh 40 sampai 50 persen lebih lambat dibanding pria yang memakan diet rendah lemak atau kontrol.

Para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘flaxseed itu aman dan berhubungan dengan perubahan biologis yang mungkin menjadi pencegahan untuk kanker prostat.’’

Hot Flashes

Dalam sebuah penelitian kecil yang dipublikasikan tahun 2007 di Journal of the Society for Integrative Oncology, para peneliti dari Mayo Clinic mengamati penggunaan flaxseed untuk membantu wanita yang tidak ingin menjalani terapi hormon untuk mengobati hot flashes mereka.

Untuk bisa disertakan dalam studi ini, para wanita tersebut harus mengalami 14 hot flashes per minggu selama minimal satu bulan. Selama enam minggu, setiap hari, para wanita ini diberi 40 gram (g) flaxsed.

Pada bagian akhir dari studi, para peneliti menemukan bahwa frekuensi dari hot flashes telah berkurang sebanyak 50 persen--dari 7,3 hot flashes menjadi 3,6 hot flashes.

Namun, terdapat sebuah angka yang signifikan dari jumlah wanita yang mengalami masalah saluran pencernaan, sebuah efek samping yang tidak umum dari penambahan flaxseed.

Meski begitu, para peneliti mencatat bahwa terapi diet flaxseed ‘‘mengurangi aktivitas hot flashes pada wanita yang tidak mau menjalani terapi estrogen.’’

Sebaliknya, sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2006 di Menopause membandingkan efek-efek dari 16 minggu mengkonsumsi muffin harian yang mengandung 25 g tepung kedele, 25 g flaxseed, atau tepung terigu (kontrol) pada frekuensi dan tingkat keparahan hot flashes dari 99 wanita postmenopausal .

87 wanita menyelesaikan studi ini. Dari jumlah tersebut, 31 memakan muffins tepung kedele; 28 memakan muffin flaxseed; dan 28 memakan muffin tepung terigu.

Meski para peneliti telah melakukan analisa yang ekstensif mengenai hasil-hasilnya, tapi mereka menemukan bahwa, ‘‘baik diet flaxseed maupun tepung kedele tidak memberikan efek yang signifikan terhadap kualitas hidup dari wanita menopause tertentu maupun gejala-gejala hot flash dalam studi ini.’’

Mengurangi Gejala Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2006 di Prostaglandins, Leukotrienes and Essential Fatty Acids, para peneliti meninjau ulang efek yang diberikan flax oil terhadap 30 anak penderita ADHD di Pune, India.

Usia rata-rata dari anak laki-laki adalah 7 tahun; usia rata-rata dari anak perempuan adalah 8,5 tahun. Jumlah anak laki-laki tiga kali lebih banyak dibanding anak perempuan. Kelompok kontrol adalah terdiri dari 30 anak sehat yang tidak mengalami ADHD.

Selama tiga bulan, anak-anak yang menderita ADHD diberikan supplement harian flax oil ‘‘disertai dengan 200 mg ALA [alpha-linolenic acid] juga 25 mg vitamin C dua kali sehari.’’ Semua anak menyelesaikan studi; tidak satupun yang mengalami efek samping.

Para peneliti mengamati peningkatan dramatis dalam gejala-gejala dari anak-anak yang menderita ADHD. ‘‘Semua gejala misalnya impulsif, gelisah, tidak perhatian, gangguan pengendalian diri, gangguan psychosomatic dan gangguan belajar, menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan.’’

Masalah sosial dan belajar, yang begitu sering terlihat pada penderita ADHD, juga meningkat. Para peneliti mencatat bahwa ‘‘emulsi berbasis flax oil bisa menjadi suatu tambahan yang bermanfaat untuk terapi yang efektif dari ADHD.’’

Menurunkan Tekanan Darah

Dalam sebuah studi 12 minggu yang dipublikasikan di European Journal of Clinical Nutrition, para peneliti Yunani menambahkan diet dari 59 pria berusia pertengahan yang memiliki dyslipoidemia (lemak-lemak abnormal di dalam darah) dengan flaxseed oil.

Diet dari kelompok kontrol yang terdiri dari 28 pria ditambahkan dengan safflower oil. Targetnya adalah untuk mengetahui efek yang diberikan flaxseed oil terhadap tekanan darah.

Para peneliti menemukan bahwa saat dibandingkan dengan safflower oil, flaxseed oil menghasilkan penurunan yang signifikan terhadap level tekanan darah systolic dan diastolic.

Dengan menurunnya level tekanan darah, berarti flaxseed oil membantu mempertahankan kesehatan jantung.

Meningkatkan Kognisi

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2005 di The Journal of Nutrition, para peneliti Belanda mengamati hubungan antara asupan phytoestrogens, lignan spesifik, misalnya yang terdapat di dalam flaxseed oil, dengan fungsi kognitif pada 395 wanita postmenopausal sehat yang mengkonsumsi sebuah diet Western.

Para peneliti menemukan bahwa wanita yang menyertakan jumlah lignan tertinggi ke dalam dietnya, punya kinerja kognitif yang jauh lebih. Ini terutama tampak pada wanita yang sudah mengalami postmenopausal selama 20 sampai 30 tahun.

Para peneliti menulis, ‘‘Dari hasil-hasil ini, kami menyimpulkan bahwa asupan tertinggi dari lignan itu berhubungan dengan fungsi kognitif yang lebih baik pada wanita postmenopausal.’’

Meski begitu, para peneliti mencatat bahwa hasil ini masih jauh dari meyakinkan. ‘‘Data mengenai hubungan antara phytoestrogens dengan fungsi kognitif itu masih sangat kecil dan jauh dari cukup untuk menjadi suatu kesimpulan.’’

Peringatan!

Karena tubuh tidak mampu untuk mencerna seluruh flaxseed, maka flaxseed harus digiling dulu sebelum dikonsumsi atau ditambahkan ke makanan lain misalnya yogurt atau oatmeal. Mesin giling kecil, misalnya yang digunakan untuk menggiling kopi, itu bisa digunakan untuk menggiling flaxseed.

Secara umum, orang dianjurkan untuk menambahkan satu atau dua sendok makan flaxseed ke dalam diet mereka. Tapi, seperti yang sudah dicatat sebelumnya, flaxseed mungkin bisa menyebabkan gangguan pencernaan.

Jadi, mulailah dalam jumlah yang relatif kecil, lalu tingkatkan secara perlahan.

Nah, haruskah flaxseed menjadi bagian dari diet?

Bagi banyak orang, flaxseed itu mungkin adalah sebuah tambahan yang sangat bagus.