Makanan Sehat - Olive Oil

Semua jenis olive oil itu mengandung 119 kalori per satu sendok makan, dimana semuanya berasal dari lemak.

Dalam setiap satu sendok makan olive oil, 14 gram-nya adalah lemak; 9,8 gram adalah lemak monounsaturated, 1,9 gram adalah lemak saturated, dan 1,4 gram adalah lemak polyunsaturated.

Jadi, saat seseorang mengatakan ‘‘light olive oil,’’ itu berarti dia merujuk pada dari warnanya, bukan kandungan lemaknya. Masing-masing olive oil itu sangat berbeda. Green olive oil itu cenderung untuk lebih pahit atau pedas; sedangkan yellow olive oil itu umumnya lebih ringan.

Selain itu, terdapat tiga jenis olive oil yang berbeda.

Yang pertama adalah extra virgin olive oil, yang dibuat dari olive perasan pertama. Jenis ini memiliki rasa yang terbaik dan tingkat keasaman yang paling rendah (0,8 persen).

Yang kedua adalah, virgin oil, yang dibuat dari olive perasan kedua, dengan tingkat keasaman yang kurang dari 2 persen. 

Sedangkan yang ketiga, pure olive oil, dibuat dari campuran antara virgin oil dengan refined oil.

Mengurangi Berat Badan

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2008 di Cell Metabolism, para peneliti menginfuskan oleic acid, yaitu suatu omega-9 fatty acid yang ditemukan dalam olive oil, ke dalam usus dari tikus-tikus laboratorium.

Di dalam usus, oleic acid diubah menjadi oleoylethanolamide (OEA). Tampaknya, OEA memicu cell-cell otak yang mengirimkan pesan bahwa perut sudah penuh, bahwa sudah waktunya untuk berhenti makan. Sehingga, tikus-tikus yang di infus dengan oleic acid makan lebih sedikit.

Para peneliti juga mengisfuskan oleic acid ke dalam tikus-tikus yang tidak bisa memproduksi OEA. Tapi tikus-tikus tersebut tetap memakan makanan dalam jumlah yang sama seperti biasa.

Dari hasil tersebut, para peneliti menyimpulkan, ‘‘Hasil-hasil ini menyiratkan bahwa pengaktifan mobilisasi OEA di usus kecil. . .  bertindak sebagai sensor molekular yang menghubungkan proses pencernaan lemak dengan rasa kenyang.’’

Sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2004 di The Journal of Nutrition, mengamati hubungan antara body mass index (BMI) dan obesitas, dengan tingkat kepatuhan pada suatu diet Mediterranean tradisional. Studi ini, yang dilakukan di Spanyol, menyertakan 1.547 pria dan 1.615 wanita yang berusia antara 24 sampai 74 tahun.

Para peneliti menemukan bahwa baik pria maupun wanita yang paling kecil kemungkinannya untuk menjadi obese, adalah mereka yang paling patuh dalam mengikuti diet Mediterranean.  Mereka menyimpulkan bahwa, ‘‘Pola makan tradisional Mediterranean itu berhubungan terbalik dengan BMI dan obesitas.’’

Kesehatan Jantung

Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan tahun 2005 di Nature, menjelaskan bahwa extra virgin olive oil itu mengandung oleocanthal, yang sangat mirip dengan ibuprofen.

Baik oleocanthal maupun ibuprofen itu mampu menghambat aktivitas dari enzim-enzim cyclooxygenase (COX), yang berarti bahwa kedua zat ini memiliki kemampuan anti peradangan.

Para peneliti menganjurkan bahwa, karena dosis rendah dari aspirin (yang juga menghambat COX) memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan jantung, maka ada kemungkinan besar bahwa hasil yang sama bisa di dapat dari olive oil.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2007 di The Journal of Nutrition, para peneliti menganalisa ulang hubungan antara konsumsi olive oil dengan tekanan darah pada 110 pria dari negara-negara non-Mediterranean, dan 45 pria dari negara-negara Mediterranean di Spanyol dan Itali.

Percobaan lintas batas ini menyertakan intervensi selama tiga minggu yang dipisahkan oleh masa pembersihan selama dua minggu. Pada akhir studi, tekanan darah systolic dari pria non-Mediterranean berkurang sebanyak 3 persen.

Para peneliti menyimpulkan, ‘‘Hasil-hasil dari studi ini menyiratkan bahwa konsumsi menengah dari olive oil mungkin bisa digunakan sebagai sarana yang efektif untuk mengurangi SBP [systolic blood pressure] dari pria sehat yang tidak mengkonsumsi suatu diet Mediterranean umum.’’

Tapi, seperti yang sudah dicatat sebelumnya bahwa tidak semua olive oil itu sama. Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2006 di Annals of Internal Medicine, para peneliti memberikan tiga jenis oilve oil yang berbeda pada 200 pria sehat yang menjadi relawan.

Selama dua minggu, masing-masing relawan memakan entah virgin olive oil, refined olive oil, atau sebuah kombinasi dari kedua jenis olive oil. Setelah dua minggu masa pembersihan, para relawan di uji kembali dengan salah satu dari ketiga jenis olive lain selama dua minggu.

Dari hasil yang di dapat, para peneliti menyimpulkan bahwa virgin olive oil, yang paling banyak mengandung polyphenol itu memberikan peningkatan tertinggi dalam level kolesterol HDL (kolesterol baik) pada relawan, dibanding dua jenis oilve oil lainnya.

Selain itu, virgin olive oil juga meningkatkan level-level dari zat-zat yang mencegah oksidasi dari kolesterol low-density liproprotein (LDL), yang telah dihubungkan dengan pembentukan gumpalan di dalam saluran darah.

Para peneliti mencatat bahwa, ‘‘olive oil itu lebih dari sekedar lemak monounsaturated. Kandungan phenolic-nya juga memberikan berbagai manfaat bagi plasma level lipid dan kerusakan oksidatif.’’

Kanker

Dalam sebuah studi yang muncul di BMC Cancer tahun 2008, para peneliti mencoba untuk mengetahui apakah bagian-bagian dari olive oil itu bisa bereaksi terhadap cell-cell kanker.

Setelah memecah olive oil menjadi bagian-bagian kecil, bagian-bagian ini kemudian diuji coba pada cell-cell kanker payudara.

Para peneliti menemukan bahwa semua bagian tersebut mengandung polyphenol (lignan dan secoiridoid) yang bermanfaat dalam melawan kanker payudaran gene HER2.

Namun, para peneliti mengatakan bahwa, ‘‘Phenolic-phenolic yang aktif (lignan dan secoiridoid) itu menghambat efek-efek tumor terhadap perkembang-biakan cell-cell kanker pada tingkat konsentrasi yang sepertinya tidak bisa dicapai melalui in vivo (dalam kehidupan nyata dengan cara mengkonsumsi olive oil).’’

Tapi tetap saja, ‘‘penemuan-penemuan ini, juga dengan fakta bahwa manusia bisa mencerna lignan dan secoiridoid dalam jumlah yang signifikan dengan aman, selama mereka telah mengkonsumsi olive oil dan ekstra virgin olive oil, memberikan sugesti yang kuat bahwa polyphenol-polyphenol ini menyediakan suatu platform yang sangat bagus dan aman untuk merancang obat-obatan anti kanker payudara.’’

Sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2008 di British Journal of Cancer, menganalisa ulang pola makan dan catatan medis dari sekitar 26.000 orang yang hidup di Yunani. Selama 7,9 tahun masa follow-up, terdapat 851 kasus kanker yang telah dikonfirmasi secara medis.

Orang-orang yang paling setia mengikuti diet Mediterranean, memiliki jumlah terendah dari kemunculan penyakit ini.

Para peneliti mencatat bahwa mereka ‘‘menemukan bukti bahwa kepatuhan terhadap diet Mediterranean tradisional itu sangat berhubungan dan mengurangi kemunculan kanker, yang tampaknya lebih besar dibanding prediksi yang di dapat dengan cara mengamati masing-masing komponen dari diet Mediterranean.’’

Angka Kematian

Dalam sebuah studi tahun 2003 yang di publikasikan di The New England Journal of Medicine, para peneliti mengamati hubungan antara tingkat kematian dengan kepatuhan terhadap diet Mediterranean, dari 22.043 orang Yunani yang berusia antara 20 sampai 80 tahun.

Selama 44 bulan masa studi, terdapat 257 kematian. Namun, tingkat kematian diantara mereka yang mengikuti sebuah diet Mediterranean itu jauh lebih rendah dibanding mereka yang tidak mengikuti diet ini.

Sebuah penelitian di Italia yang dipublikasikan tahun 2008 di British Medical Journal, menganalisa ulang hasil penemuan dari 12 studi yang berbeda, yang secara total menyertakan sekitar 1,6 juta orang.

Para peneliti berharap bisa memastikan hubungan antara mengikuti diet Mediterranean dengan tingkat kemunculan dari penyakit-penyakit kronis dan angka kematian. Penemuan mereka ternyata cukup dramatis.

Para peneliti menyatakan bahwa, ‘‘Semakin tinggi tingkat kepatuhan terhadap diet Mediterranean itu berhubungan dengan peningkatan yang signifikan dalam status kesehatan, seperti yang terlihat pada penurunan yang signifikan dari angka kematian secara keseluruhan (9 persen), angka kematian akibat penyakit cardiovascular (9 persen), munculnya atau angka kematian akibat kanker (6 persen), dan munculnya penyakit Parkinson serta Alzheimer (13 persen).’’

Peringatan

Apakah olive itu sama menyehatkannya dengan oilive oil?

Sayangnya, sebagian besar dari olive itu dibuat sebagai asinan, sehingga banyak mengandung sodium. Kecuali anda bisa membeli olive yang tidak dibuat sebagai asinan, berarti olive seharusnya menjadi suatu bagian yang terbatas dari diet.

Bagaimana dengan olive oil?

Ya, itu seharusnya menjadi bagian dari diet. Tapi, sama seperti makanan-makanan tinggi kalori lainnya, gunakan dalam skala menengah.