Apa itu Acid–Alkaline?

Pentingnya keseimbangan acid–alkaline (asam–basa) di dalam tubuh bagi kesehatan secara keseluruhan itu telah semakin diakui oleh para pasien dan ahli terapi.

Zat-zat yang digunakan oleh tubuh untuk membangun dan berfungsi itu cukup banyak, yaitu ada sekitar 20 jenis amino acid, beberapa lusin gula dan fatty acid, sekitar 40 vitamin, dan 100 atau lebih mineral dan trace element.

Masing-masing dari zat tersebut memegang satu atau beberapa peranan penting di dalam tubuh. Meski zat-zat ini sangat berbeda, tapi adalah mungkin untuk mengelompokkannya ke dalam dua kelompok utama, yaitu zat-zat dasar (alkaline) dan zat-zat acid.

Kedua kelompok zat yang berbeda tersebut memiliki sifat-sifat yang berlawanan namun saling melengkapi. Agar tetap sehat, tubuh membutuhkankan kedua-duanya. Saat alkaline dan acid berada dalam jumlah yang sama, maka tercapailah keseimbangan acid-alkaline.

Banyak dari keseimbangan alami itu diperlukan untuk mempertahankan kesehatan, misalnya kesimbangan antara beraktivitas dan beristirahat, menghisap dan menghembuskan napas, energi yang di serap dan energi yang dikeluarkan, serta produksi dan pembuangan racun.

Sama seperti gangguan pada salah satu dari keseimbangan ini (misalnya, makan lebih banyak dibanding yang dibutuhkan tubuh atau kurang beristirahat dibanding beraktivitas), suatu kelebihan dalam salah satu kelompok zat ini, baik acid maupun alkaline, akan sangat berbahaya bagi kesehatan.

Apa itu Acid?

Jika anda pernah menggigit lemon, maka anda akan tahu ciri paling menonjol dari acid, yaitu rasanya yang asam. Tapi makanan-makanan yang acidic (asam) juga merangsang produksi air liur untuk mencairkan acid (asam), yang menghasilkan sifat lain dari acid, yaitu tajam, bahkan korosif.

Kita memanfaatkan sifat-sifat yang terakhir ini dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai cara. Misalnya cuka yang mencairkan simpanan kalsium, dan terutama beberapa produk pembersih saat ini memanfaatkan kualitas-kualitas asam pembersih yang dikandungnya.

Sifat mengikis alami dari asam itu juga bisa dibuktikan dengan cara merendam sepotong daging atau sebuah coin di dalam suatu minuman berbasis cola. Setelah beberapa hari, daging tersebut akan larut sepenuhnya dan permukaan dari coin akan menjadi seperti tergores dan berbintik-bintik.

Secara kimiawi, acid-acid itu di definisikan sebagai zat-zat yang melepaskan ion-ion hydrogen saat dilarutkan dalam air. Sebagian acid mengeluarkan hydrogen lebih banyak dibanding yang lain.

Lemon, misalnya, itu jauh lebih acidic dibanding strawberri atau tomat, yang juga merupakan makanan acidic.

Tapi rasa bukanlah suatu sarana yang baik untuk menentukan apakah suatu makanan itu acidic atau tidak, karena acid bisa dinetralkan sebagian, dan rasa dari makanan tersebut bisa jadi berkurang dengan kehadiran zat-zat lain.

Daging dan sereal grains misalnya, itu tidak acidic dalam rasa, tapi sebenarnya, keduanya adalah makanan yang sangat acidic.

Tingkat acidity (keasaman) dari suatu zat itu diukur dengan cara menentukan pH-nya. Adalah hal yang juga mungkin untuk mengidentifikasi suatu makanna sebagai acidic dengan cara menganalisa kandungan mineralnya.

Bahkan, mineral bisa dibagi menjadi dua kelompok dasar, yaitu acidic dan alkaline. Mineral-mineral yang acidic antara lain adalah sulfur, chlorine, fosfor, iodine dan silicon.

Saat suatu zat lebih banyak mengandung mineral acidic dibanding alkaline, makan zat tersebut dikelompokkan sebagai acidic.

Karena itulah, air-air mineral yang mengandung kedua jenis mineral tersebut, disebut sebagai alkaline jika mineral-mineral alkaline misalnya kalsium dan magnesium, lebih mendominasi dibanding minera acidic.

Suatu makanan yang banyak mengandung fosfor, misalnya hazelnut, itu lebih acidic dibanding makanan lain yang mengandung fosfor lebih sedikit, misalnya almond.

Apa itu Alkaline?

Tidak seperti zat-zat acid, zat-zat alkaline di dalam larutan air itu hanya sedikit atau tidak mengeluarkan ion-ion hydrogen. Semakin sedikit ion hydrogen yang dilepaskannya, semakin kurang acidic zat tersebut, atau dengan kata lain, semakin alkaline zat tersebut.

Selain itu, tidak seperti acid, elemen-elemen alkaline itu tidak memiliki sifat-sifat korosif. Alkaline adalah zat-zat yang “lembut.” Jika air lemon bisa menyebabkan rasa perih saat dioleskan pada luka terbuka, sedangkan susu tidak.

Zat-zat alkaline bisa mengatasi gangguan-gangguan yang disebabkan oleh zat-zat acid. Jus kentang, misalnya, meredakan nyeri akibat dari suatu perut yang asam, dan susu dalam jumlah yang besar bisa menjadi suatu metode yang efektif untuk menetralisir korosif dari racun-racun acidic yang tertelan secara tidak sengaja.

Makanan-makanan alkaline itu hanya sedikit atau tidak berasa acidic. Bahkan dalam sebagian besar makanan alkaline, misalnya pisang, almond, dan susu segar, tidak sedikit pun terdeteksi suatu rasa acidic.
Mineral-mineral yang tergolong alkaline yaitu kalsium, sodium, magnesium, cobalt dan copper.

Tubuh lebih banyak mengandung kalsium dibanding mineral lain, rata-rata lebih dari 2 pound, yang sebagian besar terdapat di dalam tulang kerangka.

Sama seperti acid, rasa tidak bisa menjadi suatu kriteria yang cukup untuk menentukan pakah suatu makanan itu alkaline.

Makanan tertentu, misalnya roti dan gula putih, itu sama sekali tidak acidic menurut rasa, tapi keduanya bukanlah makanan alkaline. Sebab, acid-acid yang terkandung di dalam makanan ini baru di lepaskan pada saat tubuh mulai mencerna dan memanfaatkan makanan-makanan ini.

Bagaimana Acidity di Ukur?

Sebagai pembeda antara acid dan alkaline adalah di dasarkan pada besar kecilnya kemampuan suatu zat untuk membebaskan ion-ion hydrogen, unit yang mengukur tingkat acidity atau alkalinity dari suatu zat itu adalah singkatan untuk potensi (p) dari suatu zat untuk melepaskan ion-ion hydrogen (H), atau pH.

Skala pengukuran pH itu mulai dari 0 sampai 14. Angka 7 mengindikasikan keseimbangan ideal antara zat-zat acid dan alkaline dan dikenal sebagai pH netral. Semakin besar potensi suatu zat untuk melepaskan ion-ion hydrogen, maka semakin kecil angka pH-nya.

Acidity berkisar dari 6 sampai 0 (nol), dimana 0 (nol) menindikasikan suatu kondisi acidity absolut.
Sebaliknya, suatu pH yang lebih alkaline itu di indikasikan dengan suatu angka yang lebih tinggi, mulai dari 8 smpai 14, angka terakhir mewakili suatu kondisi alkalinity (yang berarti suatu kondisi dimana tidak ada hydrogen yang dilepaskan.)
image
Skala pH
Penting untuk diketahui bahwa transisi dari satu angka ke angka berikutnya pada skala pengukuran ini bukanlah secara aritmatik melainkan logaritmik.

Itu berarti bahwa, nilai-nilai yang memisahkan masing-masing unit itu tidak sama nilainya di sepanjang skala, melainkan peningkatannya itu sesuai dengan jaraknya dari titik tengah, yaitu suatu keseimbangan rata-rata antara acidity dengan alkalinity.

Nilai-nilai itu dikalikan dengan angka 10 pada setiap unit. Dengan kata lain, jika konsentrasi dari ion-ion hydrogen itu adalah 10 pada pH 6, berarti itu akan menjadi 100 pada pH 5; 1.000 pada pH 4; 10.000 pada pH 3; dan seterusnya.

Jarak antara suatu pH 6 dengan pH 5 (90) misalnya, itu tidak sama dengan jarak antara pH 5 dengan pH 4 (900).

Itu berarti bahwa tingkat acidity itu jauh lebih besar dibanding perkiraan seseorang menurut perkembangan angka-angka. Akibatnya, saat pH urine turun, misalnya dari 6 ke 5, ini menunjukkan suatu jumlah acidifikasi yang lebih besar dibanding yang di inginkasikan oleh suatu penurunan dari 7 ke 6.

pH dari zat-zat yang berbeda itu bisa diukur dengan suatu kertas reactive khusus yang dikenal sebagai litmus paper. Saat ditempelkan pada suatu larutan zat yang ingin diuji, waran kertas itu akan berubah ke suatu tingkat yang sesuai dengan tingkat acidity atau alkalinity dari zat tersebut.