Makanan Sehat - Almond
Meski banyak orang yang memandang almond sebagai sejenis kacang, tapi secara teknik almond bukanlah kacang-kacangan.
Bahkan, almond itu sebenarnya adalah biji dari buah pohon almond, sebuah pohon berukuran sedang yang memiliki bunga beraroma dengan warna putih dan pink.
Almond memiliki dua jenis, yaitu manis dan pahit. Hanya yang manis yang dimakan; almond yang pahit digunakan untuk membuat almond oil.
Dipercaya berasal dari Afrika Utara dan Asia Barat, almond telah tumbuh selama ribuan tahun. Almond bahkan disebut-sebut di dalam kitab Injil.
Saat ini, almond tumbuh dengan subur di negara-negara yang berbatasan dengan Laut Tengah, misalnya Spanyol dan Itali. Di Amerika, alomond tumbuh di Kalifornia.
Diketahui banyak mengandung lemak, almond dihindari oleh sebagian orang yang takut menjadi gemuk. Apakah itu adalah sebuah pilihan yang bijak?
Kesehatan Jantung
Dipimpin oleh David J. A. Jenkins, MD, sekelompok peneliti telah melakukan sejumlah penelitian mengenai almond dan berbagai buah yang cenderung untuk menurunkan level kolesterol jahat (low-density lipoprotein atau LDL).
Salah satu studi yang sering dicatat adalah yang dipublikasikan pada tahun 2002 di Circulation. Studi tiga bulan ini menyertakan 15 pria dan 12 wanita postmenopausal (rata-rata berusia 64 tahun) yang mengalami peningkatan dalam level kolesterol.
Kolesterol total mereka adalah 260 miligram per deciliter (mg/dl). Selama bulan pertama, para peserta rata-rata mengkonsumsi 74 gram almond per hari. Itu berarti bahwa almond mengisi sebanyak hampir 25 persen dari diet mereka.
Selama bulan kedua, mereka memakan sekitar 37 gram almond setiap hari. Pada bulan terakhir, mereka memakan low-saturated-fat whole-wheat muffin. Hasilnya sungguh menakjubkan.
Saat para peserta mengkonsumsi setengah porsi dari almond, level kolesterol LDL mereka turun rata-rata 4,4 persen; saat mereka memakan satu porsi penuh, level LDL mereka turun rata-rata 9,4 persen.
Tapi whole wheat muffins tampaknya tidak punya pengaruh terhadap level kolesterol mereka.
Para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘almond yang digunakan sebagai cemilan dalam diet para subjek yang menderita hyperlipidemic secara signifikan mampu mengurangi faktor-faktor resiko dari penyakit jantung koroner, mungkin sebagian karena komponen nonfat (protein dan serat) dan monounsaturated fatty acid yang terkandung di dalam almond.’’
Studi lain dipimpum oleh Dr. Jenkins yang dipublikasikan di tahun 2006 dalam The American Journal of Clinical Nutrition.
Dalam studi ini, orang-orang menjalani sebuah program diet yang dikenal sebagai Portfolio Eating Plan (yang menyertakan makanan-makanan untuk menurunkan lemak misalnya sterol, viscous fiber, soy protein, dan almond) selama satu tahun.
Dari 55 orang yang menyelesaikan studi, hampir sepertiga dari mereka yang berhasil menurunkan level kolesterol sebanyak lebih dari 20 persen. Pengurangan yang sama ini terlihat pada orang-orang generasi pertama yang menggunakan obat-obatan statin, misalnya Pravachol.
Dr. Jenkins juga tertarik dengan peranan yang bisa dimainkan oleh diet Portfolio dalam membantu mengontrol tekanan darah. Saat dia dan rekan-rekannya meneliti hubungan antara makanan-makanan yang menurunkan kolesterol dan tekanan darah, mereka menemukan bahwa makanan-makanan ini punya dampak yang kuat.
Bahkan, dalam sebuah artikel yang dipublikasikan pada Juni 2008 di European Journal of Clinical Nutrition, para peneliti mencatat bahwa, ‘‘Sebuah pola makan berbasis tanaman penurun kolesterol mampu mengurangi tekanan darah secara signifikan, terkait dengan jumlah asupan almond. Pola makan yang menggabungkan berbagai jenis makanan penurun kolesterol dapat mengurangi risiko penyakit jantung dengan cara mengurangi lemak juga tekanan darah.’’
Mengatur Berat Badan
Apakah memakan almond sebenarnya bisa membantu orang untuk mengurangi berat badan?
Sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2003 di International Journal of Obesity, menempatkan 65 orang overweight dan obese dalam suatu diet rendah kalori yang banyak menyertakan almond, atau sebuah diet tinggi kalori yang banyak menyertakan karbohidrat kompleks.
Meski kedua diet mengandung jumlah kalori dan protein yang sama, tapi orang-orang yang mengkonsumsi diet yang banyak menyertakan almond, 35 persen dari kalorinya adalah berasal dari lemak almond, dan 25 persen dari lemak monounsaturated.
Sedangkan orang-orang yang menjalani diet tinggi karbohidrat kompleks, hanya 18 persen dari kalori mereka yang berasal dari lemak, dimana 5 persen nya adalah lemak monounsaturated. 53 persen kalori mereka berasal dari karbohidrat.
Di akhir minggu ke 24, para pemakan almond mengalami penurunan berat badan dan lemak tubuh yang lebih banyak, dan pengurangan lingkar pinggang yang lebih signifikan. Mereka juga mengalami penurunan dalam total cairan tubuh dan tekanan darah systolic.
Diet almond tampaknya lebih bermanfaat bagi para subjek yang menderita diabetes type 1. 96 persen dari para pemakan almond yang menderita diabetes type 1, mampu mengurangi pengobatan mereka; sedangkan hanya 50 persen dari mereka yang berada dalam diet karbohidrat kompleks yang berhasil melakukan itu.
Para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘Penambahan almond ke dalam sebuah diet yang berbasis LCD (diet rendah kalori) adalah sebuah alternatif baru untuk diet karbohidrat kompleks dan punya potensi penting dalam mengurangi dampak dari obesitas terhadap kesehatan masyarakat.’’
Studi lain adalah yang dilakukan oleh dua orang peneliti dari Purdue University dan dipublikasikan tahun 2007 dalam British Journal of Nutrition.
Dalam sebuah studi banding selama 23 minggu ini yang menyertakan 20 wanita dengan usia rata-rata 24 tahun dan miliki body mass index (BMI) 25, secara acak para peserta dipilih apakah akan menjalani diet yang menyertakan almond atau diet normal seperti biasa.
Kelompok almond menambahkan sekitar 2 ons almond per hari ke dalam diet regular mereka. Itu berarti penambahan sekitar 344 kalori. Kelompok kontrol memakan diet mereka seperti biasa tanpa menyertakan almond.
Setelah 10 minggu, semua orang menjalani periode pembersihan selama tiga minggu. Kemudian kelompok kontrol memakan almond selama 10 minggu, dan yang tadinya berada dalam kelompok almond tidak lagi memakan almond.
Para peneliti menemukan bahwa para peserta yang memakan almond tidak mengalami penambahan berat badan. Bagaimana mungkin?
Tampaknya, karena para peserta merasa kenyang, mereka mengurangi konsumsi dari makanan-makanan lain. Para peneliti juga mengamati bahwa para subjek yang memakan almond cenderung memakan karbohidrat lebih sedikit.
Jadi, almond menjadi pengganti dari makanan yang banyak mengandung karbohidrat.
Kesehatan dan Kebugaran Secara Keseluruhan
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2004 di British Journal of Nutrition, para peneliti dari Loma Linda University, California, mempelajari berbagai manfaat dari menambahkan almond ke dalam diet 81 orang pria dan wanita yang berusia antara 25 sampai 70 tahun.
Selama enam bulan pertama dari studi ini, para peserta memakan makanan yang biasa mereka makan; selama bulan kedua dari studi, setiap peserta menambahkan rata-rata 52 gram almond ke dalam diet mereka (sekitar 2 ons).
Para peneliti menemukan bahwa dengan menyertakan almond ke dalam diet mereka, para subjek mengalami peningkatan dalam asupan lemak monounsaturated dan polyunsaturated, protein sayuran, alpha-tocopherol vitamin E, magnesium, dan copper.
Di saat yang sama, para subjek mengalami penurunan dalam jumlah asupan trans fats, sodium, cholesterol, dan gula. Para peneliti mencatat bahwa, ‘‘Perubahan nutrisi secara spontan ini mendekati kesesuaian dengan pola makan yang direkomendasikan untuk mencegah penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya.’’
Dalam sebuah studi yang dilakukan di Jean Mayer U.S. Department of Agriculture (USDA) Human Nutrition Research Center mengenai Aging di Tufts University, Boston, dan dipublikasikan tahun 2005 di The Journal of Nutrition, para peneliti menyatakan bahwa antioxidant dalam kulit almond dan vitamin E yang terdapat di dalam almond itu adalah team antioxidant yang kuat.
Karenanya, meski flavonoids di dalam kulit almond cuma bisa meningkatkan resistensi LDL terhadap oksidasi sebanyak 18 persen (sehingga memperkecil kemungkinannya untuk melekat, yang berarti memperkecil kemungkinan untuk menyumbat arteri), tapi saat dikombinasikan dengan vitamin E di dalam almond, resistensi LDL terhadap oksidasi melonjak.
Para peneliti juga menemukan 20 antioxidant yang powerful di dalam kulit almond. Orang yang memakan almond dengan kulitnya, mengalami peningkatan yang signifikan dalam jumlah flavonoid dan vitamin E di dalam tubuh mereka.
Peringatan!
Mereka yang mempunyai gangguan ginjal atau kandung kemih itu biasanya di anjurkan untuk tidak memakan makanan yang mengandung oxalates.
Karena almond mengandung oxalates, maka orang-orang yang mempunyai masalah dengan ginjal atau kandung kemih sebaiknya mendiskusikan masalah ini dengan dokter mereka sebelum mengkonsumsi almond.
Nah, haruskah almond menjadi bagian reguler dari diet? Tentu saja.