Makanan Sehat - Bawang Putih
Bawang putih sudah lama dipuji sebagai salah satu makanan yang paling sehat.
Bangsa Mesir kuno menganggap bawang putih itu bisa membuat orang menjadi lebih kuat dan menjadi makanan obat yang sangat manjur.
Mereka memberikannya pada para budak yang membangun pyramid dan menguburnya dengan para raja mereka untuk bekal dalam perjalanan panjang mereka berikutnya.
Lalu, bangsa Yunani dan Romawi juga memuja bawang putih.
Sampai saat ini, banyak yang percaya bahwa bawang putih itu, yang merupakan salah satu anggota keluarga dari bawang dan secara botani dikenal sebagai Allium sativum, memiliki kemampuan yang luar biasa untuk mencegah berbagai gangguan akibat penyakit jantung, kanker, demam, dan dementia, sambil meningkatkan kesehatan.
Tidak heran jika banyak juga orang yang bingung mengenai berapa banyak dari pernyataan tersebut yang sekedar mitos dan berapa banyak yang memang di dukung oleh hasil penelitian solid.
Kesehatan Jantung
Sebuah studi tahun 2007 yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States, mengamati hubungan antara konsumsi bawang putih dengan kesehatan jantung.
Dalam studi yang dilakukan pada tikus, para peneliti dari University of Alabama at Birmingham menemukan bahwa saat zat-zat yang terdapat di dalam bawang putih itu berinteraksi dengan cell-cell darah merah, sehingga menghasilkan hydrogen sulfide.
Hydrogen sulfide menenangkan pembuluh darah. Dengan memakan dua siung bawang putih, mungkin akan memicu suatu relaksasi yang mencapai 72 persen. Dan, relaksasi tersebut memulai proses penurunan tekanan darah.
Dalam sebuah studi di Iran, yang dipublikasikan tahun 2007 di Lipids in Health and Disease, 150 pasien dengan level kolesterol yang tinggi dibagi ke dalam tiga kelompok yang masing-masing terdiri dari 50 orang.
Para anggota dari kelompok pertama, diberikan enteric-coated garlic powder tablets yang setara dengan 400 mg bawang putih, 1 mg allicin. Mereka diminta untuk memakannya sebanyak 2 kali sehari.
Para anggota dari kelompok kedua diberikan anethum (dill) tablets, 650 mg. Mereka juga diminta untuk memakannya sebanyak dua kali sehari. Sedangkan anggota dari kelompok ketiga diberikan placebo.
Semua kelompok ditempatkan pada diet yang direkomendasikan oleh National Cholesterol Education Program. Diet ini menganjurkan orang untuk mendapat 55 persen total kalori dari karbohidrat dan tidak lebih dari 30 total energi mereka di dapat dari makanan berlemak.
Dari jumlah tersebut, lemak polyunsaturated seharusnya kurang dari 10 persen dan lemak saturated serta trans seharusnya dibatasi kurang dari 10 persen dari kalori. Asupan protein seharusnya sekitar 0,6 g/kg berat tubuh yang diinginkan, per hari. Studi ini dilakukan selama enam minggu.
Orang-orang yang memakan diet dengan garlic powder mengalami pengurangan yang signifikan dalam kolesterol total dan LDL (jahat). Level kolesterol HDL (baik) mereka meningkat. Meski level triglycerides mereka menurun, tapi tidak signifikan secara statistik.
Para subjek yang mendapat anethum memiliki penurunan yang tidak signifikan secara statistik dalam kolesterol total dan LDL, dan level triglycerides mereka meningkat. Sedangkan orang-orang yang mendapat placebo tidak menunjukkan peningkatan.
Tetapi, hasil yang sangat berbeda di dapat dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2007 di Archives of Internal Medicine.
Dalam studi ini, para peneliti menugaskan 192 orang dewasa dengan level LDL antara 130 sampai 190 (mereka semua mengalami peningkatan level LDL) pada salah satu dari empat jenis perawatan, yaitu bawang putih mentah, supplement bubuk bawang putih, ekstrak bawang putih, atau placebo.
Selama enam bulan, enam hari per minggu, para subjek mengkonsumsi jumlah yang setara dengan 4 gram bawang putih.
Para peneliti sangat terkejut setelah mengetahui bahwa tidak satupun dari jenis perawatan ini yang memberikan efek signifikan secara statistik terhadap level LDL dari para peserta.
Kanker
Sebuah studi Australia yang dipublikasikan tahun 2007 di The Journal of Nutrition meninjau ulang berbagai studi selama 10 tahun terakhir yang telah mengamati hubungan antara konsumsi bawang putih dengan timbulnya kanker colorectal.
Setalah mencatat sejumlah studi dimana ternyata konsumsi bawang putih secara dramatis bisa menurunkan jumlah kemunculan kanker colorectal, para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘terdapat bukti ilmiah yang konsisten dari RCT [randomized controlled trials] melalui studi-studi terhadap hewan yang melaporkan efek-efek dari bawang putih terhadap CRC [colorectal cancer] meski ada banyak sekali perbedaan mengenai pengukuran dari asupan diantara berbagai studi terhadap manusia.’’
Dalam sebuah studi Italia dan Swiss yang dipublikasikan tahun 2006 di The American Journal of Clinical Nutrition, para peneliti menggunakan sejumlah studi kasus kontrol dari populasi Eropa Selatan untuk menganalisa hubungan antara frekuensi dari konsumsi bawang dan bawang putih dengan munculnya beberapa jenis kanker, misalnya kanker colorectal dan ovarian.
Para peneliti menemukan sebuah hubungan terbalik antara konsumsi bawang dan bawang putih dengan munculnya kanker. Jadi, orang-orang yang paling banyak memakan bawang putih dan bawang itu memiliki tingkat kanker terendah.
Dan, dalam sebuah studi yang dilakukan di Medical University of South Carolina dan dipublikasikan tahun 2007 di Apoptosis--Sebuah International Journal of Programmed Cell Death, para peneliti menggunakan zat-zat bawang putih untuk membunuh cell-cell kanker otak manusia.
Namun, penelitian mereka tersebut bersifat permulaan. Penelitian ini dibutuhkan untuk di duplikasi dalam percobaan-percobaan terhadap hewan. Jika sukses, percobaan tersebut mungkin akan dilakukan pada manusia.
Demam
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2001 di Advances in Therapy, 146 subjek secara acak ditempatkan pada salah satu dari dua kelompok. Selama 12 minggu, kelompok pertama mendapat satu supplement bawang putih setiap hari; untuk jangka waktu yang sama, kelompok kedua mendapat sebuah placebo.
Para subjek diminta menaksir tingkat kesehatan mereka dalam sebuah buku harian. Pada akhir studi, para peneliti menyimpulkan bahwa orang-orang yang mendapat supplement bawang putih itu secara signifikan lebih jarang mengalami demam dibanding kelompok placebo, dan demam mereka berlangsung lebih singkat.
Ingatan
Sebuah penelitian yang dilakukan di University of Illinois, Chicago, dan dipublikasikan tahun 2007 di Phytotherapy Research, mengamati apakah ekstrak bawang putih bisa memperlambat perkembangan dari penyakit Alzheimer dan ‘‘mencegah proses penurunan perilaku’’ pada tikus.
Para peneliti ini, yang telah bertahun-tahun melakukan studi mengenai hubungan antara bawang putih dengan penyakit Alzheimer, mencatat bahwa ekstrak bawang putih mengurangi jumlah dari amyloid beta di dalam otak dari tikus-tikus yang dirawat.
Amyloid beta itu ditemukan pada para penderita penyakit Alzheimer, dan diketahui telah membatasi terciptanya neuron-neuron baru di dalam otak dan mengganggu komunikasi antar neuron di dalam otak.
Tikus-tikus yang diberi makan dengan ekstrak bawang putih, punya perkembangan yang lebih lambat dari penyakit ini. Para peneliti mengusulkan bahwa ‘‘ekstrak bawang putih itu berpotensi untuk mencegah perkembangan AD [Alzheimer’s disease].’’
Beberapa Peringatan!
Setelah memotong atau menumbuk bawang putih, tunggu sekitar 15 menit sebelum memasaknya. Sebab jika digunakan terlalu cepat, bawang putih mungkin akan kehilangan kemampuannya untuk memerangi kanker.
Masaklah bawang putih sesingkat mungkin. Bawang putih garing mungkin telah rusak efek-efek perlindungannya.
Bawang putih dikenal bisa menyebabkan gangguan pencernaan dan atau diare.
Bawang putih mungkin berinteraksi dengan pengobatan, misalnya blood-thinning warfarin.
Orang-orang yang banyak memakan bawang putih atau rutin mengkonsumsi supplement bawang putih seharusnya mendiskusikan hal ini dengan dokter mereka.
Nah, haruskah bawang putih menjadi bagian dari diet? Untuk sebagian besar orang, ya.