Makanan Sehat - Chickpeas

Meski chickpeas, yang juga dikenal sebagai garbanzo beans, berasal dari Timur Tengah sekitar 7.000 tahun yang lalu, tapi mereka sebenarnya tidak ditanam di lembah Mediterranean sampai sekitar 3.000 tahun Sebelum Masehi.

Dari lembah Mediterranean, chickpeas menyebar ke India dan Ethiopia. Chickpeas menjadi populer selama masa Mesir, Yunani dan Romawi kuno.

Selama abad ke 16 Masehi, para pengelana dari Spanyol dan Portugis memperkenalkan chickpeas pada subtropis, dan orang-orang dari India membawanya bersama mereka saat berdagang dari satu negeri ke negeri lain.

Saat ini, penghasil chickpeas komersial yang utama adalah India, Pakistan, Turki, Ethiopia dan Mexico.

Chickpeas banyak mengandung molybdenum dan manganese. Juga sangat banyak mengandung folate dan serat, tryptophan, protein, copper, phosphorus, dan zat besi.

Tapi apa yang telah dipelajari oleh para peneliti?

Kesehatan Jantung

Dalam sebuah studi acak yang dipublikasikan tahun 2006 di Annals of Nutrition & Metabolism, para peneliti Australia menambahkan diet dari 47 pria dan wanita entah dengan chickpeas atau gandum. Setelah minimal lima minggu, para subjek ditempatkan pada sebuah penambahan alternatif.

Pola makan yang menyertakan chickpeas punya protein dan lemak yang lebih sedikit serta karbohidrat yang lebih banyak dibanding pola makan yang menyertakan gandum.

Saat dibandingkan dengan para subjek yang mendapat tambahan gandum, para subjek yang mendapat tambahan chickpeas mengalami pengurangan yang signifikan dalam level kolesterol -- sebuah penurunan 3,9 dalam kolesterol total dan 4,6 persen dalam LDL.

Para peneliti mencatat bahwa, ‘‘penambahan chickpeas ke dalam sebuah diet campur tangan menghasilkan level total serum kolesterol dan low-density lipoprotein cholesterol yang lebih rendah saat dibandingkan dengan diet yang ditambah dengan gandum.’’

Sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2003 di Archives of Internal Medicine mengikuti hampir 10.000 subjek selama rata-rata 19 tahun. Saat studi di mulai, tidak satupun subjek yang memiliki bukti dari penyakit jantung.

Selama tahun-tahun studi, terdapat 1.843 kasus dari munculnya penyakit jantung koroner dan 3.762 kasus dari munculnya penyakit saluran cardiovascular.

Saat dibandingkan dengan subjek yang makan serat paling sedikit, subjek yang paling banyak makan serat, misalnya serat soluble dan insoluble yang ada di dalam chickpeas, punya 12 persen lebih sedikit penyakit jantung koroner dan 11 persen lebih sedikit penyakit cardiovascular.

Para subjek yang memakan serat water-soluble paling banyak mengalami penurunan  dalam resiko untuk penyakit jantung, yaitu 15 persen, dan 10 persen pengurangan dalam resiko untuk penyakit cardiovascular.

Agar bisa menentukan hubungan antara asupan folate dengan resiko untuk hypertensi (tekanan darah tinggi), sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2005 di JAMA, The Journal of the American Medical Association, mengatati penemuan dari dua studi kelompok prospektif (seperti yang sudah dikatakan, chickpeas banyak mengandung folate).

Dua kelompok menyertakan 156.063 wanita yang berusia antara 27 sampai 70 tahun. Salah satu kelompok -- disebut sebagai ‘‘wanita yang lebih muda’’-- menyertakan wanita yang berusia antara 27 sampai 44 tahun; kelompok lain -- disebut sebagai ‘‘wanita yang lebih tua’’ -- menyertakan wanita yang berusia antara 43 sampai 70 tahun.

Secara umum, tidak satupun subjek yang memiliki sejarah hypertensi. Selama delapan tahun masa follow-up, terdapat 7.373 kasus hypertensi diantara kelompok wanita muda, dan 12.347 kasus hypertensi diantara kelompok wanita yang lebih tua.

Para peneliti menemukan bahwa, ‘‘asupan total folate yang lebih tinggi itu berhubungan dengan suatu pengurangan resiko dari timbulnya hypertensi, terutama pada wanita yang lebih muda.’’

Studi lain mengenai hubungan antara asupan folate dengan pengurangan dalam tekanan darah dilakukan para peneliti Itali dan dipublikasikan tahun 2009 di European Journal of Clinical Nutrition.

Dalam percobaan ini, 15 wanita postmenopausal diberi 5-methyltetrahydrofolate (5-MTHF), yaitu sebuah bentuk sirkulasi predominan dari folate, sebanyak 15 milligrams per hari. Kelompok kedua terdiri dari 15 wanita postmenopausal bertindak sebagai kelompok placebo; mereka tidak mendapat 5-MTHF.

Pada akhir minggu ketiga, para peneliti mengamati bahwa wanita yang mendapat folate rata-rata memiliki pengurangan mercury sebanyak 4,5 millimeters (mmHg) dalam tekanan darah systolic. Sedangkan pembacaan tekanan darah dari wanita yang berada dalam kelompok placebo tidak berubah.

Wanita yang berada dalam kelompok folate juga mengamali penurunan dalam level homocysteine sebanyak 11,8 micromoles per liter; ini sangat kontras dibanding wanita yang dalam kelompok placebo yang cuma mengalami penurunan sebanyak 8,7 micromoles per liter.

Berbagai studi telah menunjukkan sebuah hubungan antara peningkatan level dari amino acid homocysteine dan peningkatan resiko dari penyakit cardiovascular. Para peneliti menyimpulkan bahwa jumlah yang lebih tinggi dari folate itu mungkin bermanfaat untuk mempertahankan kesehatan cardiovascular dari wanita postmenopausal.

Dalam sebuah artikel tahun 2009 di Chemistry and Industry melaporkan penelitian yang dilakukan mengenai chickpeas, beans, peas, dan lentils di University of Manitoba, Canada. Kelompok yang terdiri dari 25 subjek yang memiliki penyakit peripheral artery, yaitu suatu penumpukan jaringan lemak di arteri dibagian kaki.

Setelah menyertakan setengah mangkuk chickpeas, beans, peas, dan lentils ke dalam diet harian mereka selama enam minggu, para subjek mengalami perbaikan yang ‘‘luar biasa’’ dalam aliran darah di kaki.

Selain itu, para peneliti mengamati suatu peningkatan 10 persen dalam fleksibilitas dari saluran darah dan 5 persen pengurangan dalam level kolesterol LDL.

Dalam sebuah studi double-blind placebo-controlled tahun 2008 di European Heart Journal, para peneliti Hong Kong mencoba untuk mengetahui apakah isoflavone, sebuah senyawa yang ditemukan dalam chickpeas, bisa meningkatkan fungsi arteri pada orang-orang yang menderita ischemic stroke, yaitu stroke yang disebabkan oleh gumpalan darah atau jenis-jenis gangguan lainnya.

50 pasien mendapat supplemen isoflavone; 52 mendapat placebo. Pada akhir minggu ke 12, saat dibandingkan dengan orang-orang yang mendapat placebo, para subjek yang mendapat supplemen isoflavone mengalami peningkatan dalam fungsi arteri.

Para peneliti mencatat bahwa, ‘‘penemuan ini mungkin memiliki dampak penting untuk penggunaan isoflavone dalam pencegahan kedua pada pasien yang menderita penyakit cardiovascular, setelah campur tangan secara konvensional.’’

Kanker Colorectal

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2009 di European Journal of Clinical Nutrition, para peneliti Korea membandingkan data dari 596 pria dan wanita yang menderita kanker colorectal dengan data dari 509 orang yang tidak memiliki penyakit ini.

Para peneliti menemukan bahwa para subjek yang paling banyak mengkonsumsi folate, mengalami 53, 58, dan 52 persen penurunan dalam resiko dari kanker colorectal, kanker usus dan kanker rectal, secara berturut-turut.

Saat para peneliti memfokuskan pada gender dari para peserta, mereka menemukan bahwa sebenarnya hanya wanita yang mendapat manfaat dari asupan folate.

Para peneliti mencatat bahwa, ‘‘ada sebuah hubungan yang signifikan secara statistik antara jumlah asupan folate dengan pengurangan resiko dari kanker colorectal, kanker usus dan kanker rectal pada wanita. Sebuah hubungan yang signifikan teridentifikasi antara total asupan tertinggi dari folate dengan pengurangan resiko dari kanker rectal pada wanita.’’

Asthma

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2009 di The Journal of Allergy and Clinical Immunology, para peneliti dari Baltimore, Maryland, menyelidiki hubungan antara level dari serum folate dengan tingkat kelaziman dari gajala-gejala allergi dan asthma.

Setelah meninjau ulang catatan medis dari 8.000 orang yang berusia antara 2 sampai 85 tahun, para peneliti menemukan bahwa para subjek yang memiliki jumlah folate tertinggi di dalam darah mereka, punya allergi dan sesak napas yang lebih sedikit, dan tingkat asthma yang lebih rendah.

Selain itu, orang-orang yang memiliki folate tertinggi punya level yang lebih rendah dalam immunoglobulin E (IgE), yaitu antibody utama yang berhubungan dengan reaksi allergi.

Begitu juga saat dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki rating folate tertinggi, orang-orang yang punya level folate terendah punya 40 persen resiko lebih tinggi untuk mengalami sesak napas dan 30 persen lebih tinggi untuk peningkatan level IgE.

Mereka yang punya level terendah juga punya 31 persen peningkatan dalam resiko dari gejala-gejala allergi dan 16 persen lebih tinggi dalam resiko dari memiliki asthma.

Nah, apakah chickpeas adalah sebuah penambahan yang bermanfaaat bagi diet? Tampaknya memang begitu.