Makanan Sehat - Brokoli

Meski brokoli sudah lama dianggap sebagai makanan yang sangat sehat, tapi hidup tidak selalu mudah bagi sayuran ini.

Dua dekade lalu, terutama menjadi sangat sulit dalam masa-masa awal kepresidenan dari George H. W. Bush. Pada saat itu Presiden Bush mengatakan bahwa meski dia selalu membenci brokoli, tapi saat masih kecil, ibunya memaksa dia untuk memakannya.

Setelah dia menjadi seorang pemimpin dunia bebas, dia tidak perlu lagi memakan brokolo. Bahkan dulu, sewaktu masih jadi presiden, dia tidak mengijinkan brokoli di sajikan di Gedung Putih. Meski dia cukup kukuh, mungkin sang mantan presiden harus mempertimbangkan kembali mengenai apa yang telah dia katakan.

Brokoli dipercaya menjadi sumber yang sangat baik untuk vitamin C, K dan A; folate dan serat. Brokoli banyak mengandung manganese, tryptophan, potassium, vitamins B6 and B2, phosphorus, magnesium, protein, dan omega-3 fatty acids.

Selain itu, brokoli juga mengandung vitamin B1, B3, dan B5 serta zat besi, kalsium, zinc, dan vitamin E. Tapi kita masih perlu menyelidiki berbagai penelitian mengenai brokoli.

Kanker Kandung Kemih

Dalam sebuah studi di Texas yang dipublikasikan tahun 2007 di International Journal of Cancer, para peneliti membandingkan diet dari 679 pasien yang baru di diagnosa kanker kandung kemih dengan 708 orang sehat sebagai kontrol, yang berusia, berjenis kelamin dan beretnis sama.

Tidak lama setelah itu, tampak jelas bahwa para pasien yang menderita kanker kandung kemih jauh lebih jarang memakan sayuran hasil silang, misalnya brokoli, dibanding orang-orang yang sehat.

Bahkan saat dibandingkan dengan para subjek yang memakan sayuran hasil silang paling sedikit, para subjek yang paling banyak memakan sayuran ini punya 29 persen pengurangan resiko dari pengembangan kanker kandung kemih.

Yang menarik, brokoli dan berbagai sayuran silang lainnya paling banyak menyediakan perlindungan pada mereka yang beresiko tertinggi -- pria, perokok dan manula. Para peneliti mencatat bahwa sama seperti sayuran silang lainnnya, brokoli itu mengandung isothiocyanates (ITCs), yaitu suatu senyawa non-gizi yang memerangi kanker.

Dalam sebuah studi tahun 2008 yang dipublikasikan di Cancer Epidemiology Biomarkers & Prevention, para peneliti di Roswell Park Cancer Institute in Buffalo, New York, melakukan sebuah studi kasus-kontrol dari 275 pasien yang menderita kanker kandung kemih dan 825 kontrol yang tidak mengidap kanker.

Mereka menemukan ‘‘sebuah hubungan terbalik yang kuat dan signifikan secara statistik antara resiko kanker kandung kemih dengan jumlah asupan sayuran silang mentah.’’

Hubungan terbalik ini juga signifikan diantara para perokok. Namun, tidak ada hubungan yang ditemukan dengan sayuran silang yang dimasak. Para peneliti mencatat bahwa ketidak konsistenan dalam penemuan ini mungkin disebabkan karena cara memasak yang ‘‘secara substansial mengurangi atau merusak isothiocyanates.’’

Mengomentari hasil ini, dalam sebuah artikel tahun 2008 di Oncology News International, Li Tang, MD, PhD, mencatat, ‘‘Sayuran-sayuran silang yang mentah misalnya brokoli, kubis dan kembang kol itu lebih baik dibanding yang dimasak dalam hal pencegahan kanker kandung kemih.

Mengkonsumsi sayuran seperti itu sebanyak tiga kali atau lebih per bulan mungkin mengurangi resiko dari kanker kandung kemih sebanyak 37 persen.

Para perokok, bahkan perokok berat sekalipun, mungkin akan mendapat manfaat dari mengkonsumsi sayuran silang yang mentah. Pengurangan resiko untuk para perokok adalah 40 persen sampai 54 persen.’’

Dalam sebuah studi di New Zealand yang dipublikasikan pada tahun 2008 di Cancer Research, para peneliti memicu kanker kandung kemih pada tikus-tikus. Lalu, mereka memberi makan tikus-tikus tersebut dengan ekstrak brokoli.

Para peneliti menemukan bahwa, ‘‘munculnya, menyebarnya, ukuran dan perkembangan dari kanker kandung kemih terhambat oleh ekstrak tersebut, sementara ekstrak itu sendiri tidak menyebabkan gangguan pada kandung kemih.’’

Kanker Prostat

Dalam sebuah studi tahun 2007 di JNCI: Journal of the National Cancer Institute, para peneliti menggunakan data Prostate, Lung, Colorectal, and Ovarian Cancer Screening Trial untuk mengevaluasi hubungan antara resiko kanker prostat dengan jumlah asupan buah dan sayuran.

Dari 29.361 pria dalam kelompok, 1.338 ditemukan memiliki kanker prostat selama 4,2 tahun masa follow-up.

Meski para peneliti tidak menemukan sebuah hubungan antara konsumsi sayuran dan buah dengan resiko keseluruhan dari kanker prostat, tapi mereka menemukan adanya hubungan antara asupan tertinggi dari sayuran, terutama brokoli dan kembang kol, dengan pengurangan resiko dari kanker prostat yang telah menyebar keluar prostat.

Kesehatan Jantung

Dalam sebuah studi tahun 2008 yang dipublikasikan di Journal of Agricultural and Food Chemistry, para peneliti memberi makan sekelompok tikus dengan brokoli; kelompok lain adalah sebagai kontrol. Di akhir hari ke 30, para peneliti memberikan serangan jantung eksperimental.

Saat dibandingkan dengan kelompok kontrol, setelah serangan jantung, tikus-tikus yang diberi makan brokoli punya jumlah yang lebih rendah dari otot-otot dan cell-cell otot jantung yang mati. Mereka juga mengalami perubahan yang positif pada protein dan kimiawi yang melindungi jantung.

Kesehatan Kulit

Dalam sebuah studi tahun 2007 di Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States, para peneliti menjelaskan penggunaan ekstrak brokoli untuk kulit dan tikus yang tidak berbulu, lalu pada kulit enam relawan manusia.

Dalam studi pada tikus, setelah diberikan ekstrak brokoli, tikus-tikus tersebut diekspose pada radiasi ultraviolet. Tikus-tikus lain bertindak sebagai kontrol. Para peneliti menemukan bahwa tikus yang diberi ekstrak mengembangkan tomur kanker kulit yang lebih sedikit dibanding kelompok kontrol.

Dan, tumor yang berada pada tikus yang diberi ekstrak memang berkembang lebih kecil dibanding tikus kontrol.

Pada studi manusia, para peneliti memilih dua lokasi di bagian punggung masing-masing relawan, yang berusia antara 28 sampai 53 tahun. Satu sampai tiga hari sebelum mengekspose punggung pada radiasi ultraviolet, ekstrak brokoli di aplikasikan pada salah satu dari lokasi.

Para peneliti menemukan bahwa area yang diberi ekstrak brokoli punya rata-rata 37,7 persen lebih sedikit mengalami kemerahan dan peradangan dibanding area yang tidak beri ekstrak. Namun, reaksi dari ekstrak bervariasi pada masing-masing orang.

Anti-Aging

Dalam sebuah studi tahun 2008 di The Journal of Allergy and Clinical Immunology, UCLA para peneliti menemukan bahwa saat sulforaphane, sebuah zat yang ditemukan di dalam brokoli diberikan secara langsung pada tikus tua, penurunan dalam fungsi cell-cell immune menjadi terhambat.

Hasil yang sama juga di dapat saat mereka mengumpulkan cell-cell immune secara individual dari tikus tua, merawatnya, lalu mengembalikan cell-cell tersebut kepada hewan penerima.

Selain itu, para peneliti mengetahui bahwa saat cell-cell dendritic, yang ditemukan dengan zat-zat asing dan agen-agen penginfeksi pada sistem immune, diekspose pada sulforaphane, mereka meningkatkan fungsi immune dari tikus tua.

Karenanya, adalah hal yang mungkin bahwa sulforaphane punya potensi untuk memperkuat kembali sistem immune dari manula sehingga mereka bisa lebih baik dalam pencegahan penyakit yang berhubungan dengan penuaan.

Menurut Andre E. Nel, salah satu dari peneliti, ‘‘Ini adalah sebuah cara berpikir baru yang radikal mengenai cara meningkatkan fungsi immune sistem dari para manula untuk kemungkinan melindungi penyebaran infeksi dan kanker.’’

Peringatan!

Dalam suatu studi tahun 2008 di Journal of Agricultural and Food Chemistry, para peneliti Belanda merekrut enam pria untuk mengkonsumsi 200 gram brokoli matang atau mentah dengan sebuah makanan hangat. Setelah makan, sampel darah dan urin diambil setiap jam.

Pria yang memakan brokoli mentah ditemukan memiliki jumlah sulforaphane yang jauh lebih banyak di dalam darah dan urine mereka.

Para peneliti mencatat bahwa, ‘‘mengkonsumsi brokoli mentah menghasilkan penyerapan yang lebih cepat, bioavailability yang lebih tinggi, dan jumlah plasma yang lebih tinggi dari sulforaphane, dibanding brokoli matang.’’

Jadi, brokoli mentah itu adalah sebuah pilihan yang lebih baik dibanding brokoli matang. Tapi, saat brokoli mentah tidak tersedia, brokoli matang itu tetap menjadi makanan yang lebih baik.

Nah, haruskah brokoli menjadi bagian rutin dari diet? Oh tentu, itu harus!