Body Image
Body image adalah opini atau deskripsi seseorang secara mental mengenai penampilan fisiknya.
Body image juga melibatkan berbagai reaksi orang lain terhadap tubuh fisik orang tersebut beradasarkan pada apa yang dirasakan oleh orang tersebut.
Konsep mengenai body image berkembang secara perlahan seiring waktu, umumnya dimulai sejak masa kecil. Persepsi mengenai body image diantara orang-orang bisa sangat bervariasi, mulai dari yang sangat negatif sampai yang sangat positif.
Tergantung dari usia dan faktor-faktor lain, tingkat perhatian mengenai body image juga bisa sangat bervariasi pada masing-masing orang.
Seseorang yang punya body image negatif menganggap tubuh mereka tidak menarik bagi orang lain, sementara yang punya body image positif, memandang tubuhnya menarik bagi orang lain.
Body image itu dipelajari dalam bidang mengenai psychoanalysis, yaitu sebuah teori psikologi yang melibatkan fungsi-fungsi mental dari manusia, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Umumnya, dalam studi psychoanalytic, body image itu tidak tergantung pada pengukuran objektif apapun (berdasarkan fakta) melainkan subjektif (berdasarkan opini dan perasaan). Akibatnya, opini seseorang mengenai body image nya sendiri mungkin sama atau mungkin juga tidak sama dengan penilaian orang lain.
Misalnya, orang lain mungkin menilai bahwa seseorang itu menarik, tapi orang yang dinilai tersebut mungkin memandang dirinya sebagai orang yang tidak menarik. Sebaliknya, seseorang mungkin menganggap body image nya menarik, tapi dianggap tidak menarik oleh sebagian besar orang yang berhubungan dengannya.
Body image, terutama pada mereka yang sedang memasuki usia puber (sebuah tahap pengembangan mental dan fisik yang dimulai dengan reproduksi seksual), bisa menjadi suatu masalah, khususnya bila:
- orang tua terlalu prihatin dengan berat badan dan penampilan anak-anak mereka; para orang tua, terutama para ibu, sangat memperhatikan berat badan dan penampilannya sendiri;
- anak-anak lain menggunakan tekanan yang berlebihan terhadap rekan-tekannya (sesama anak-anak) untuk terlihat atau bertingkah dengan cara tertentu; dan
- periklanan di media massa atau sejenis yang secara aktif mencoba untuk menonjolkan bentuk tubuh tertentu (misalnya, langsing itu adalah yang ideal).
Para ilmuwan telah menemukan bahwa body image itu pertama kali terbentuk sejak kita masih bayi selama melakukan kontak, atau kurangnya kontak dengan orang-orang misalnya kedua orang tua dan anggota keluarga.
Kontak personal dalam bentuk pelukan, ciuman dan berbagai bentuk kasih sayang lainnya, bisa membantu mengembangkan sebuah body image positif sejak dini. Kurangnya kontak-kontak seperti itu, bisa memberikan dampak yang berlawanan, yaitu terbentuknya body image yang negatif sejak dini.
Tujuan dari body image itu umumnya digunakan sebagai cara bagi individu untuk
membandingkan diri dengan suatu image contoh (ideal), dan bagi orang-orang, body
image itu digunakan untuk membandingkan antara orang yang satu dengan orang yang
lain melalui sifat-sifat dan ciri-ciri fisik nya.
Body image biasanya diukur menurut sebuah bentuk tubuh ideal dengan
memperhatikan berbagai karakterisasi fisik misalnya fitur-fitur wajah dan berat
badan secara keseluruhan dari tubuh manusia termasuk tingkat kegemukan dan massa
otot.
Di dalam bidang psychoanalysis, body image seseorang itu seringkali diukur
dengan cara meminta seseorang untuk merating bagian-bagian tertentu dari
tubuhnya (misalnya wajah, perut dan pinggul) sambil memperhatikan serangkaian
gambar yang mewakili sebuah image tubuh ideal.
Perbedaan dalam rating antara image tubuh seseorang dengan sebuah pandangan
mengenai image tubuh ideal itu umumnya dianggap sebagai tingkat ketidak puasan
orang tersebut terhadap tubuhnya.
Wanita umumnya lebih perhatian terhadap body image nya dibanding pria. Wanita biasanya lebih kritis mengenai tubuh mereka secara keseluruhan dan bagian-bagian tertentu dari tubuh mereka dibanding pria.
Namun, jarak antara kedua gender telah semakin dekat selama tahun-tahun terakhir karena saat ini pria jadi semakin perhatian dengan body image mereka.
Sebuah persepsi mengenai body image negatif seringkali berhubungan dengan perasaan dari menjadi overweight, terutama pada wanita.
Pria, sebaliknya, berhasrat untuk punya massa otot yang lebih banyak saat memikirkan body image mereka. Mereka merasa jadi lebih maskulin itu berhubungan dengan hasrat untuk menambahkan massa otot dan untuk menghasilkan lebih banyak lagi kekuatan dalam otot-otot mereka saat ini.
Secara umum, sebuah body image negatif bisa mengarah pada diet mode dan konstan, obesitas dan gangguan pola makan, juga rendah diri, depresi, kecemasan dan berbagai gangguan emosional lainnya.
Tapi, umumnya, orang-orang yang punya kebiasaan berolahraga, pengalaman personal dan seksual yang psotif, dan kondisi mental dan emosional yang stabil, akan memiliki persepsi yang lebih baik dan akurat mengenai body image nya dibanding mereka yang tidak memiliki karakteristik dan pengalaman tersebut. Orang-orang ini juga punya masalah yang lebih sedikit yang berkaitann dengan body image negatif.
Dalam berbagai penelitian medis, perhatian yang berlebihan dan menyimpang mengenai body image telah dihubungkan dengan menurunnya tingkat rasa percaya diri dan meningkatnya perilaku diet dan gangguan pola makan, termasuk anorexia nervosa, binge eating disorder, dan bulimia.
Orang-orang yang punya masalah dengan body image juga bisa mengalami kondisi yang disebut body dysmorphic disorder, yang melibatkan sebuah penyimpanan body image tanpa mengalami gangguan pola makan.
Keasyikan yang berlebihan dengan body image dan sebuah obsesi yang terlalu dibesar-besarkan mengenai body image positif, dimasa lalu, telah dihubungkan dengan gangguan kepribadian yang disebut narsisme (mengagumi diri, atau sebuah penilaian yang berlebihan mengenai penampilan seseorang).
Body image bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor luar. Sumber-sumber media, misalnya televisi, internet dan majalah, seringkali menampilkan orang-orang yang lebih dekat pada apa yang umumnya dianggap sebagai jenis tubuh ideal dibanding body image rata-rata agar bisa menjual produk atau jasa mereka.
Akibatnya, orang-orang, terutama anak-anak remaja dan yang baru menginjak usia dewasa, itu terlalu dipengaruhi dan dikuasai oleh berbagai gambaran seperti itu mengenai body image. Misalnya, menurut Association Body Image for Disordered Eating (ABIDE), rata-rata orang diekspose pada sekitar 5 ribu pesan iklan setiap hari.
Berbagai studi mengenai iklan-iklan jaringan televisi menunjukkan bahwa daya tarik itu adalah sebuah karakter yang diinginkan sehingga para pengiklan selalu memanfaatkan nya untuk meyakinkan penonton agar membeli produk-produk mereka.
Keluarga juga bisa memberikan pengaruh pada persepsi seseorang mengenai body image nya. Para orang tua yang mengkritik anak-anaknya, misalnya mengenai penampilan, cara berbicara atau tingkah laku mereka, seringkali mungkin akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan rasa percaya diri sang anak.
Tanpa rasa hormat yang sehat terhadap diri sendiri, orang seringkali bisa menjadi sangat sadar mengenai body image mereka. Terkadang muncul rasa depresi, cemas dan terisolasi.
Dengan rasa rendah diri dan body image yang bermasalah, sebagian orang menggunakan alcohol atau obat-obatan untuk menutupi perasaan-perasaan negatif tersebut. Sebagian yang lain, menjauh dari aktivitas rutin dan teman-teman mereka -- menarik diri dan menunjukkan kurangnya ketertarikan terhadap diri sendiri dan dunia sekitar.
Terkadang, seseorang bisa sembuh dari perasaan-perasaan seperti itu dengan
cara memfokuskan kembali perhatiannya pada kualitas-kualitas yang baik, menerima
hal-hal yang tidak bisa diubah, dan berusaha secara realistis untuk mengerjakan
hal-hal yang bisa ditingkatkan.
Dalam sebagian kasus, bantuan dari luar dibutuhkan dalam bentuk nasehat
pembimbing, orang tua, pelatih, pemimpin religius, atau seseorang yang dipercaya
dan penerimaan terhadap perasaan-perasaan pribadi.
Para orang tua seharusnya perhatian jika anak-anak mereka punya keprihatinan yang berlebihan mengenai penampilan dan tubuh mereka. Semua anak akan menjadi perhatian dengan beberapa aspek dari tubuh mereka. Perhatian seperti ini normal dan bukan suatu masalah medis.
Namun, sebuah obsesi dengan tubuh fisik dan penampilan seseorang itu tidak normal. Bahkan, sebuah obsesi dengan body image seseorang itu disebut dengan body dysmorphic disorder (BDD).
Gangguan mental yang disebut BDD biasanya muncul pada remaja, yang sedang berada dalam suatu tahap kehidupan yang membuatnya sensitif terhadap penampilan dan body image nya. Dalam BDD, seseorang menjadi sangat kritis mengenai body image nya, meski tidak ada hal luar biasa yang dilihat oleh orang lain pada orang tersebut.
Kriteria utama untuk BDD melibatkan sebuah keasyikan dengan suatu kekurangan imajiner dalam penampilan seseorang atau keprihatinan yang berlebihan terhadap cacat fisik atau kelemahan kecil pada diri seseorang; sebuah reaksi yang menghasilkan penderitaan yang berlebihan dalam kehidupan sosial dan personal seseorang dan atau mengganggu kehidupan profesional seseorang; dan sebuah diagnosa medis yang mengeliminasi penyebab gangguan mental lainnya.
Gejala-gejala BDD antara lain penggunaan kaca dan objek-objek reflektif yang kompulsif, menarik diri secara sosial, tingkah laku perawatan diri yang abnormal, kompulsif dalam menyentuh kulit dan tubuh seseorang, terobsesi dengan operasi plastik, rendah diri, dan ketertarikan yang kompulsif terhadap satu atau beberapa sosok selebritis (seringkali yang memiliki fitur-fitur yang dianggap oleh subjek tidak dimilikinya).
Bagian-bagian tubuh yang paling sering menjadi topik perhatian seseorang yang mengalami BDD adalah kuit dan rambut, wajah secara keseluruhan (terutama hidung, dagu, gigi dan bibir), perut, dada, mata dan bulu mata, kaki secara keseluruhan (terutama paha), dan pinggul.
Orang tersebut sering merasa prihatin dengan berat badan, bentuk tubuh dan struktur tulangnya. BDD seringkali mengarah pada depresi, kecemasan (terutama saat berada dalam situasi sosial), gangguan obesesif kompulsif, dan bunuh diri.
Para orang tua seharusnya waspada terhadap gejala-gejala BDD pada anak-anak mereka dan konsultasikan dengan seorang ahi mengenai keprihatinan mereka akan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak mereka.