Diet Golongan Darah

Diet golongan darah adalah suatu cara makan yang bergantung pada golongan darah seseorang (A, B, AB, atau O) untuk menentukan diet seseorang.

Dalam bukunya, Eat Right for Your Blood Type, Dokter Naturopathic Peter D’Adamo, mengemukakan ide bahwa golongan darah seseorang itu menentukan makanan mana saja yang sehat baginya dan makanan mana saja yang tidak.

Buku ini mengemukakan asal mula dari ke empat golongan darah secara anthropologi dan menjelaskan kenapa masing-masing golongan darah itu mengembangkan antibodi-antibodi spesifik terhadap makanan tertentu.

Antibodi adalah protein di dalam darah yang mengidentifikasi dan menyerang zat-zat yang dianggap asing bagi tubuh.

Protein tertentu yang disebut lectin itu ditemukan di dalam semua makanan. Selama pencernaan, lectin itu dilepaskan dari makanan yang dimakan. Saat mereka memasuki saluran darah, sebagian dari lectin ini bisa mengikat ke cell-cell darah merah, menyebabkan mereka saling menempel satu sama lain.

Proses tersebut disebut agglutination (penggumpalan). Dr. D’Adamo menyatakan bahwa proses ini menyebabkan berbagai gangguan kesehatan misalnya nyeri lambung, pencernaan yang buruk, sakit kepala, diare, penyakit liver, gangguan-gangguan pada ginjal, dan lain-lain.

Diet golongan darah menyertakan daftar esktensif dari makanan-makanan yang bermanfaat untuk masing-masing golongan darah. Daftar makanan ini juga menyertakan makanan-makanan yang harus di hindari oleh masing-masing golongan darah dan makanan-makanan yang netral atau ramah.

Dr. D’Adamo melaporkan bahwa dengan mengikuti diet ini bukan cuma akan meningkatkan kesehatan, tapi juga akan membantu mencapai suatu berat badan yang ideal.

Asal Mula

Di tahun 1901, Dr. Karl Landsteiner menemukan bahwa ada empat golongan darah manusia. Dia menamakannya A, B, AB, dan O. Dia menemukan bahwa golongan-golongan darah itu tidak sebanding satu sama lain karena antibodi masing-masing.

Antibodi tersebut menyebabkan darah saling menempel jika suatu golongan darah yang berbeda itu bercampur dengannya. Menurut Dr. D’Adamo, ditemukan juga bahwa makanan bisa menyebabkan cell-cell darah menjadi lengket dan saling menempel di dalam suatu proses yang disebut agglutination.

Ayah Dr. D’Adamo’s, James, yang juga adalah seorang dokter naturopathic memperhatikan bahwa diet-diet yang berbeda itu lebih efektif pada sebagian pasien di banding yang lain. Dalam bukunya, One Man’s Food—Is Someone Else’s Poison, dia mengalamatkan hal ini pada golongan darah yang berbeda.

Dr. Peter D’Adamo melanjutkan penelitian ayahnya dengan mempelajari proses agglutination yang terjadi diantara masing-masing golongan darah dan makanan tertentu. Dia percaya bahwa itu adalah akibat evolusi dari masing-masing golongan darah.

Para ahli anthropologi telah melacak asal mula masing-masing golongan darah. Golongan darah manusia yang paling awal adalah O.

Karena orang-orang ini adalah para pemburu-pengumpul purbakala dan memakan suatu diet yang di dominasi oleh daging, maka orang-orang yang bergolongan darah O itu mengembangkan antibodi-antibodi terhadap lectin yang di temukan di dalam makanan-makanan agricultural misalnya gandum dan grain-grain lainnya.

Dr. D’Adamo menyarankan bahwa orang-orang bergolongan darah O itu seharusnya memakan suatu diet yang mirip dengan nenek moyang mereka—yaitu suatu diet yang lebih banyak mengandung daging dan lebih sedikit grains.

Golongan darah berikutnya yang berevolusi adalah golongan darah A. Saat kondisi-kondisi lingkungan berubah, manusia mulai lebih suka menumbuhkan makanan dari pada memburunya. Diet berubah dari yang awalnya di dominasi daging menjadi berbasis tumbuhan.

Saat diet berubah dan golongan darah A berevolusi, antibodi-antibodi untuk lectin bagi daging itu terbentuk.

Menurut Dr. D’Adamo, orang-orang yang bergolongan darah A itu memiliki antibodi-antibodi terhadap berbagai lectin yang ditemukan di dalam daging, dan akan mendapat manfaat dari suatu diet yang sebagian besar vegetarian atau berbasis tumbuhan.

Golongan darah berikutnya yang terbentuk adalah golongan darah B. Saat orang-orang purba bermigrasi dan mengadaptasi perubahan iklim yang lebih tropis, golongan darah B berevolusi. Diet nya menyertakan daging dan tumbuhan juga produk-produk dairy.

Dr. D’Adamo percaya itulah kenapa orang-orang yang bergolongan darah B itu lebih sedikit mengembangkan antibodi-antibodi terhadap lectin yang ditemukan di dalam daging dan grain.

Dr. D’Adamo juga percaya itulah kenapa orang-orang bergolongan darah B itu lebih toleran terhadap produk susu dibanding golongan-golongan darah lain.

Golongan darah terakhir yang berevolusi adalah AB. Ini adalah suatu golongan darah yang langka, bahkan saat ini hanya kurang dari 5% populasi dunia yang memiliki golongan darah AB.

Golongan darah AB berevolusi saat golongan darah A dan B bercampur baur. Dr D’Adamo menggambarkan golongan darah ini sebagai suatu golongan darah yang kompleks dengan memiliki banyak keunggulan dan kontradiksi.

Deskripsi

D’Adamo membagi semua makanan ke dalam 16 kelompok makanan, yaitu:

  • Daging dan unggas, babi dan ayam, ikan dan kerang-kerangan.
  • Dairy dan telur—susu, yogurt, es krim, keju dan telur.
  • Oil dan lemak—semua jenis oil misalnya peanut oil, linseed oil, sesame oil, dan lain-lain.
  • Kacang-kacangan dan biji-bijian—semua jenis kacang dan biji-bijian.
  • Polong-polongan dan legumes—semua jenis polong-polongan dan peas.
  • Sereal—oats, barley, cream jagung, corn flakes, puffed rice, dan lain-lain.
  • Roti dan muffins—semua roti panggang misalnya loaf breads, crackers, dan lain-lain.
  • Grains dan pasta—semua tepung, buckwheat, semua mi, spaghetti, dan lain-lain.
  • Sayuran—semua jenis sayuran, olives, paprika, dan avocado.
  • Buah-buahan—buah-buahan segar, buah kering, dan buah kalengan.
  • Jus dan cairan—semua jus buah segar dan sari buah.
  • Bumbu—semua bumbu segar dan kering, syrups, miso, soy sauce, dan saus-saus lain yang tidak berbasis dairy.
  • Rempah-rempah—mayonnaise, mustard, kecap, jellies dan sele, acar, pickle relish, dan salad dressing.
  • Teh herbal—semua teh herbal
  • Berbagai minuman—kopi, teh hitam, teh hijau, seltzer waters, colas, wine, beer, dan liquor.

Di dalam masing-masing ke 16 kelompok makanan ini, dia menggambarkan masing-masing makanan sebagai makanan yang mendorong penambahan berat badan, makanan yang mendorong penurunan berat badan, makanan yang bermanfaat, makanan netral, dan makanan yang perlu dihindari.

Deengan cara ini diet itu unik dan individual bagi masing-masing golongan darah. Misalnya, ayam itu dianggap netral untuk orang-orang bergolongan darah O dan golongan darah A, dan ditemukan pada daftar makanan yang harus dihindari oleh mereka yang bergolongan darah B dan AB.

Contoh lain adalah grains misalnya gandum. Dr. D’Adamo melaporkan bahwa tidak ada produk gandum yang bermanfaat bagi orang bergolongan darah O. Gandum itu harus dihindari. Dia juga menganjurkan orang-orang bergolongan darah B untuk menghindari gandum.

Sebaliknya, gandum itu sangat bermanfaat bagi orang-orang bergolongan darah A dan netral bagi mereka yang bergolongan darah AB. Juga terdapat berbagai resep dan contoh menu untuk masing-masing golongan darah.

Selain panduan-panduan pola makan spesifik dan detil, Eat Right for Your Blood Type juga menyertakan nasehat-nasehat bagi masing-masing golongan darah dalam menyangkut dampak stress pada tubuh dan berbagai strategi untuk mengatasinya.

Dr. D’Adamo menguraikan supplement-supplement terbaik untuk masing-masing golongan darah dan bentuk olahraga terbaik untuk masing-masing individu dari setiap gologan darah.

Fungsi

Diet golongan darah itu di dasarkan pada fakta bahwa semua makanan itu mengandung lectin, atau protein-protein yang bisa berinteraksi dengan antibodi di dalam darah.

Dr. D’Adamo telah menguji sebagian besar makanan dan menetapkan golongan darah mana yang bereaksi terhadap lectin di dalam sebagian besar makanan.

Saat lectin dari suatu makanan tertentu bereaksi dengan golongan darah tertentu (A, B, AB, atau O), itu menyebabkan terjadinya suatu proses yang disebut agglutination (penggumpalan).

Di dalam penggumpalan, lectin menyebabkan darah menjadi lengket. Dr. D’Adamo percaya bahwa cell-cell darah yang lengket ini bisa mengarah pada kondisi-kondisi medis misalya merosotnya pencernaan, gangguan pada ginjal dan liver, sakit kepala, diabetes, obesitas dan banyak lagi yang lainnya.

Agar bisa mengatasi masalah-masalah yang disebabkan penggumpalan, seorang individual harus menghindari atau membatasi konsumsi dari makanan-makanan yang menyebabkannya.

Dr. D’Adamo telah menguji makanan-makanan untuk menentukan makanan mana yang bereaksi terbalik dengan golongan darah yang mana. Dengan mengikuti diet golongan darah, makanan-makanan ini dan lectin-lectin penyerang mungkin bisa dhindari, dan kesehatan mungkin meningkat.

Selain golongan-golongan darah utama A, B, AB, dan O, juga terdapat berbagai sub-golongan. Yaitu faktor-faktor lain yang terkandung di dalam darah anda. Sub-golongan tambahan ini menyertakan status secretor dan Rh.

Rh adalah bagian dari darah yang menentukan apakah suatu golongan darah itu positif atau negatif. Faktor Rh dari golongan darah itu tidak dipengaruhi oleh diet; tapi, saat golongan darah itu dilaporkan, Rh itu biasanya juga diberikan.

Status Secretor memang mempengaruhi peranan diet di dalam fungsi-fungsi tubuh. Status Secretor mengacu pada apakah antigen-antigen golongan darah, yaitu bagian dari darah yang menentukan golongan, itu terdapat di dalam cairan-cairan lain di dalam tubuh misalnya saliva dan urine, atau tidak.

Di perkirakan, 80% dari semua orang itu adalah secretor. Untuk orang-orang ini, golongan darah bisa ditentukan dengan menguji cairan-cairan tubuh lainnya. Dalam 20% populasi sisanya, antigen-antigen itu hanya ditemukan di dalam darah.

Menurut Dr. D’Adamo, secretor-secretor itu lebih sensitif untuk berinteraksi dengan lectin-lectin makanan. Secretor-secretor akan memiliki reaksi yang lebih parah di lebih banyak sistem tubuh dibanding non-secretor.

Ada suatu test untuk menentukan apakah seorang individual itu seorang secretor atau bukan. Namun, karena 80% dari populasi itu adalah secretor, maka besar kemungkinan bahwa sebagian besar orang yang mencoba diet golongan darah itu adalah secretor.

Manfaat

Dr. D’Adamo melaporkan manfaat-manfaat kesehatan pada para pasiennya yang mengikuti diet golongan darah. Website resminya penuh dengan testimonial dari para pengikut diet golongan darah yang merasa puas.

Mereka bukan cuma berhasil mengurangi berat badan, tapi juga, menurut Dr. D’Adamo, masing-masing golongan darah itu lebih rentan terhadap penyakit-penyakit tertentu dibanding yang lain.

Menurut Dr. D’Adamo, manfaat dari mengikuti diet golongan darah itu bagi orang yang bergolongan darah A antara lain pengurangan berat badan dan suatu pengurangan resiko untuk penyakit jantung, kanker, anemia, liver dan gangguan-gangguan kantung empedu, dan diabetes type I.

Bagi orang-orang bergolongan darah B, manfaat dari mengikuti diet golongan darah itu antara lain pengurangan berat badan dan suatu pengurangan resiko diabetes type I, sindrom keletihan kronis, dan gangguan-gangguan auto immune misalnya Lou Gehrig’s disease, lupus, dan multiple sclerosis.

Orang-orang bergolongan darah AB yang mengikuti diet golongan darah mungkin akan berhasil mengurangi berat badan dan mendapatkan suatu pengurangan dalam resiko mengembangkan penyakit jantung, kanker, atau anemia.

Bagi individual bergolongan darah O, dengan mengikuti diet golongan darah mungkin akan membantu mereka untuk mengurangi berat badan, dan mungkin mencegah gangguan pembekuan darah, penyakit-penyakit peradangan misalnya radang sendi, hypothyroidism, bisul-bisul, dan asthma.

Bahkan para pengkritik diet menyatakan bahwa fitur-fitur dari diet golongan darah ini misalnya membatasi jumlah lemak saturated dan makanan-makanan yang sudah sangat diproses akan sangat bermanfaat bagi sebagian besar orang.

Pencegahan

Karena golongan darah adalah suatu karakteristik tetap dari seorang individual, itu tidak akan pernah berubah. Dengan mengikuti suatu diet yang berbasis golongan darah, berarti secara teoritis diet tersebut tidak akan pernah perlu diubah.

Namun, ada banyak kondisi medis yang berubah saat usia seseorang makin bertambah.

Penyakit-penyakit mungkin berkembang misalnya diabetes, hypertensi (tekanan darah tinggi), dan penyakit jantung yang mungkin mengharuskan seseorang dengan golongan darah O untuk mengurangi konsumsi daging dan meningkatkan asupan buah dan sayuran.

Mengikuti diet ini mungkin bisa berbahaya jika variasi di dalam diet yang diperlukan untuk menjaga kesehatan itu tidak diperbolehkan.

Mendorong suatu golongan darah tertentu untuk meningkatkan konsumsi dairy secara bertahap, mungkin akan menyebabkan ketidak nyamanan bagi orang-orang dengan suatu lactose intolerance natural, apapun golongan darahnya.

Sebaliknya, membatasi dairy bisa mengarah pada asupan kalsium yang kurang dan penyakit yang berhubungan dengan tulang.

Orang-orang tertentu yang kekurangan protein atau anemia, mungkin perlu mengonsumsi lebih banyak daging untuk memastikan konsumsi protein yang cukup, apapun golongan darahnya.

Resiko

Diet-diet yang tidak seimbang menempatkan seseorang pada resiko untuk kekurangan gizi atau asupan buruk jangka panjang, yang akan mempengaruhi kesehatannya.

Resiko ini dan fakta bahwa tidak ada bukti ilmiah untuk mendukung klaim-klaim itu perlu lebih ditekankan, karena tidak ada data yang mengonfirmasi kemanjuran dari diet ini untuk orang-orang dengan kondisi-kondisi medis yang membutuhkan pengawasan diet secara hati-hati.

Orang-orang dengan penyakit misalnya diabetes, penyakit jantung koroner, fungsi liver yang terganggu, atau penyakit ginjal mungkin tidak mampu untuk mengikuti suatu diet yang dikaitkan dengan golongan darah saja.

Penerimaan Publik

Meski banyak pengikut diet golongan darah yang melaporkan peningkatan kesehatan dan pengurangan berat badan, tapi diet golongan darah ini tidak diterima secara luas.

Dr. D’Adamo banyak mengutip studi-studi anthropologis dan mikrobiologis untuk mendukung teorinya. Namun, para pengkritik berpendapat bahwa hampir tidak ada data untuk mendukung perencaan diet nya.

Mereka menuntut bahwa Dr. D’Adamo tidak memiliki studi-studi yang dirancang dengan baik, dikontrol dengan baik untuk memvalidasi klaim-klaim nya bahwa golongan darah itu kritis bagi dampak dari diet.

Para pengkritik mencatat bahwa Dr. D’Adamo tidak melakukan studi-studi darah simple sebelum dan sesudah, untuk menunjukkan klaim nya bahwa protein lectin di dalam makanan itu menyebabkan cell-cell darah menggumpal atau saling menempel.

Selain itu, mereka ber-argumentasi, jika penggumpalan itu menyebar luas dan umum seperti yang di klaim Dr. D’Adamo, maka ribuan orang akan mati setiap tahun akibat kegagalan organ yang disebabkan oleh proses ini, dan bahwa para ahli patologi akan bisa melihat bukti ini dengan mudah.

Namun, belum ada bukti seperti itu atau ditemukan di dalam suatu review terhadap literatur.

Selain itu, para pengkritik berargumentasi bahwa mengelompokkan orang-orang pada suatu set kriteria yang hanya berdasarkan pada golongan darah itu sama dengan astrologi secara biologis.

Mereka berpendapat, mengkarakterisasi semua orang bergolongan darah O sebagai pemburu-pengumpul yang membutuhkan daging, dan orang-orang bergolongan darah A sebagai para petani yang lebih pasif yang akan mendapat manfaat paling banyak dari suatu diet yang hampir vegetarian, itu terlalu simplistik untuk makhluk-makhluk yang berbeda secara genetik dan kompleks seperti manusia.

Penelitian

Belum pernah ada studi-studi terkontrol yang membandingkan mereka yang mengikuti diet golongan darah dengan mereka yang tidak, atau mereka yang mengikuti diet-diet lain.

Dr. D’Adamo mengutip studi-studi yang menunjukkan efek dari lectin makanan tertentu pada hewan misalnya kelinci yang mengembangkan gejala-gejala mirip radang sendi saat lectin-lectin lentil disuntikkan ke dalam lutut mereka yang sensitif terhadap lectin-lectin lentil.

Dr. D’Adamo melaporkan dia telah menguji lectin-lectin dari makanan-makanan yang paling umum terhadap masing-masing golongan darah untuk menentukan golongan darah mana yang sensitif terhadap lectin dari makanan mana.

Dia juga melaporkan pengukuran dampak dari lectin-lectin pada para pasiennya dengan menggunakan Indian Scale, yaitu suatu pengukuran efektivitas dari bowel. Nilai-nilai yang lebih tinggi pada Indian Scale mengindikasikan pengurangan fungsi liver dan usus dan peningkatan level racun-racun.

Dr. D’Adamo melaporkan bahwa skore-skore Indian Scale dari para pasiennya telah berkurang secara signifikan setelah mengikuti diet golongan darah yang tepat.

Dr. D’Adamo mengutip berbagai studi kasus individual dari para pasien yang telah dirawatnya menggunakan diet golongan darah dengan kesuksesan besar.