Selenium

Apa yang bisa dilakukan oleh makanan-makanan yang banyak mengandung selenium untuk anda?

  • Melindungi cell-cell dari kerusakan radikal bebas
  • Mengijinkan thyroid anda untuk memproduksi hormon thyroid
  • Membantu menurunkan resiko anda untuk terkena radang sendi

Kejadian-kejadian apa saja yang mengindikasikan suatu kebutuhan untuk memperbanyak makanan-makanan yang tinggi dalam selenium?

  • Melemahnya otot atau terasa nyeri
  • Perusakan warna rambut atau kulit
  • Memutihnya kantung-kantung kuku

Sumber-sumber yang sempurna untuk selenium itu antara lain button mushrooms, cod, udang, tuna, halibut, salmon, dan mustard seeds. Selain itu, Brazil nuts itu adalah salah satu dari makanan yang paling banyak mengandung selenium, dengan kandungan sekitar 70-90 microgram per kacang.

Apa itu Selenium?

Micromineral ini dibutuhkan dalam diet pada suatu basis harian, tapi hanya dalam jumlah yang sangat kecil (sekitar 50 microgram atau kurang).

is needed in the diet on a daily basis, but only in very small amounts (50 microgram or less). Micromineral lain yang juga harus di dapatkan dari makanan itu adalah arsenic, boron, cobalt, copper, chromium, fluorine, iodine, zat besi, manganese, molybdenum, nickel, silicon, vanadium, dan zinc.

Dalam kasus selenium, jumlah yang dibutuhkan dari makanan itu sebenarnya diukur dalam microgram, dan berkisar antara 20-70 microgram. (Satu microgram itu seperseribu miligram, dan dalam satu ons, ada sekitar 30 juta microgram.)

Meski nilai gizi dari semua makanan nabati itu tergantung pada tanah dimana tanaman tersebut tumbuh, tapi kandungan selenium dari tanaman itu sepertinya sangat sensitif sekali dengan konsentrasi tanah.

Untuk alasan tersebut, maka sebagian besar dari penelitian awal mengenai selenium itu di fokuskan pada penyakit sapi, lembu, kalkun, dan babi yang melibatkan konsentrasi-konsentrasi selenium yang rendah di dalam tanah, dan tidak cukupnya jumlah selenium di dalam tumbuhan yang menjadi bahan makanan dari ternak-ternak ini.

Apa Saja Fungsi Selenium?

Pencegahan Oxidative Stress

Meski manusia itu harus menghirup oksigen agar bisa tetap hidup, tapi oksigen itu sebenarnya adalah suatu zat yang beresiko di dalam tubuh karena bisa menyebabkan molekul-molekul jadi terlalu aktif.

Saat molekul-molekul yang mengandung oksigen menjadi terlalu aktif, mereka bisa mulai merusak struktur cell-cell di sekitarnya. Dalam bidang kimia, situasi ketidak seimbangan yang melibatkan oksigen ini disebut oxidative stress.

Selenium membantu mencegah oxidative stress dengan cara bekerja sama dengan sekelompok gizi yang mencegah molekul-molekul oksigen agar tidak menjadi terlalu aktif. Kelompok gizi ini antara lain vitamin E, vitamin C, glutathione, dan vitamin B3.

Dalam banyak contoh penyakit jantung, misalnya, dimana oxidative stress telah dikenal sebagai sumber kerusakan saluran darah, dan asupan yang rendah dari selenium telah di identifikasi sebagai suatu faktor yang berkontribusi pada penyakit ini.

Begitu juga dalam rheumatoid arthritis, dimana oxidative stress merusak area di dalam dan di sekitar persendian, kekurangan asupan selenium telah tampak sebagai suatu penyebab yang berkontribusi.

Mendukung Kelenjar Thyroid

Selain iodine, selenium itu suatu mineral kritis untuk menjaga fungsi yang benar dari kelenjar thyroid. Agar thyroid bisa memproduksi hormonnya dalam bentuk yang paling aktif (suatu versi dari hormon thyroid yang disebut T3), selenium itu bukan cuma sangat penting, tapi juga membantu mengatur jumlah hormon yang diproduksi.

Pencegahan Kanker

Akumulasi bukti dari studi-studi perspektif, percobaan-percobaan intervensi, dan studi-studi pada model-model hewan mengenai kanker telah menyiratkan suatu hubungan timbal balik yang kuat antara asupan selenium dengan kemunculan kanker.

Beberapa mekanisme telah di sarankan untuk menjelaskan aktivitas pencegahan kanker dari selenium.

Selenium telah tampak mampu memicu perbaikan DNA, dan sintesa dalam cell-cell yang rusak, menghambat perkembang biakan cell-cell kanker, dan memacu apoptosis mereka, yaitu serangkaian prosedur merusak diri yang digunakan tubuh untuk mengeliminasi cell-cell yang usang atau tidak normal.

Selain itu, selenium itu tidak menyatukan diri di tempat aktif dari banyak protein, termasuk glutathione peroxidase, yang terutama penting untuk pencegahan kanker.

Sebagai salah satu dari enzim antioxidant tubuh yang paling ampuh, glutathione peroxidase itu digunakan di dalam liver untuk mendetoksifikasi berbagai molekul yang berpotensi membahayakan.

Saat level-level glutathione peroxidase itu terlalu rendah, molekul-molekul beracun ini tidak bisa dilumpuhkan dan merusak setiap cell yang melakukan kontak dengan mereka, lalu merusak DNA cellular mereka dan memacu pengembangan cell-cell kanker.

Apa Saja Gejala dari Kekurangan Selenium?

Kekurangan selenium itu sulit untuk ditentukan dan kontroversial di dalam literatur penelitian. Asupan selenium yang diambang batas atau hanya sedikit kurang itu belum dihubungkan dengan kondisi-kondisi tertentu dalam literatur penelitian.

Dengan kekurangan dalam waktu yang panjang dan parah, gejala-gejala jelas yang berpusat di sekitar dua area tubuh dimana oxidative stress itu diketahui telah menjadi penyebabnya adalah jantung dan persendian.

Menyangkut jantung, sebenarnya ada suatu penyakit spesifik, yang disebut Keshan disease, yang bisa di cegah dengan meningkatkan asupan selenium. Penyakit ini melibatkan heart arrhythmias dan kehilangan jaringan jantung.

Mengenai persendian, juga ada suatu penyakit spesifik, yang disebut Kashin-Beck's disease, dimana kekurangan selenium telah ditentukan sebagai suatu penyebab utama yang berkontribusi. Penyakit ini melibatkan memburuknya jaringan persendian.

Saat kekurangan selenium dalam tingkat yang parah itu ditemani dengan kekurangan gizi secara keseluruhan, maka gejala-gejala yang bisa timbul antara lain melemahnya otot atau terasa nyeri, perusakan warna rambut dan kulit, dan memutihnya kantung-kantung kuku.

Apa Saja Gejala dari Keracunan Selenium?

Mual, muntah, rambut rontok, lesion-lesion kulit, kantung-kantung kuku yang tidak normal, dan kuku terlepas, semuanya bisa jadi adalah gejala-gejala dari keracunan selenium.

Level-level selenium yang diperlukan untuk memicu gejala-gejala keracunan ini biasanya tidak di dapat dari makanan, karena makanan-makanan yang banyak mengantung selenium itu hanya mengandung sekitar 30-50 microgram selenium per sajian. (Brazil nuts akan menjadi suatu pengecualian disini, karena rata-rata mengandung sekitar 70-90 microgram per kacang).

Supplementasi selenium sepertinya akan lebih mungkin untuk menyebabkan keracunan selenium dibanding mencerna makanan.

Dalam resiko-resiko potensi keracunan ringan, National Academy of Sciences (ditahun 2000) menetapkan suatu tolerable upper limit (UL) untuk selenium yaitu 400 microgram per hari untuk pria dan wanita yang berusia 19 keatas.

Apa Pengaruh Memasak, Menyimpan, atau Memproses Terhadap Selenium?

Sama seperti sebagian besar mineral, selenium yang terdapat di dalam makanan itu ada dalam berbagai bentuk, dan bisa sangat bervariasi dalam responnya terhadap memasak dan memproses makanan.

Pada sebagian makanan, dimana suatu persentase yang lebih besar dari selenium itu ditemukan dalam bentuk water-soluble dan kontak dengan air itu sangat tinggi, kehilangan selenium dalam jumlah yang tinggi bisa terjadi.

Misalnya, saat navy beans itu dimasak, 50% dari kandungan selenium originalnya itu hilang.

Memproses gandum adalah contoh lain dari kerentanan selenium untuk hilang dalam jumlah yang substansial. Dalam 60% ekstraksi tepung terigu - jenis yang digunakan untuk membuat lebih dari 90% dari semua roti, kue panggang, dan pasta - hampir 75% dari selenium original itu hilang.

Dalam kasus makanan-makanan yang berasal dari hean, kehilangan selenium akibat memasak itu tampak minimal. Saat 1/2 inchi potongan tebal, 4 ons sajian dari daging sapi itu dipanggang, misalnya, hampir tidak ada selenium yang hilang.

Faktor Apa Saja yang Berkontribusi Terhadap Kekurangan Selenium?

Kekurangan asupan diet itu penyebab paling umum dari kekurangan selenium. Karena kandungan selenium dalam tumbuhan itu sangat tergantung pada kandungan selenium di dalam tanah, maka para peneliti tidak mampu mengidentifikasi berbagai wilayah di dunia dimana kekurangan selenium itu terutama umum.

Misalnya, di beberapa wilayah di Afrika, Rusia, New Zealand, dan China, telah di identifikasi sebagai area-area yang beresiko tinggi untuk kekurangan selenium. Hidup di wilayah-wilayah ini dan memakan makanan yang tumbuh di dalamnya bisa berkontribusi terhadap resiko kekurangan selenium.

Bagaimana Gizi Lain Berinteraksi Dengan Selenium?

Selenium itu bertanggung jawab langsung untuk menjaga persediaan dari setidaknya tiga gizi lain: vitamin C, glutathione, dan vitamin E.

Meski kimiawi dari ketiga hubungan tersebut rumit, tapi hubungan tersebut berpusat di sekitar suatu enzim (molekul protein di dalam tubuh yang membantu "memacu" suatu reaksi kimia) yang disebut glutathione peroxidase. Enzim ini tidak bisa berfungsi tanpa selenium.

Kekurangan zat besi dan copper tampak meningkatkan resiko dari kekurangan selenium.

Penyakit Apa Saja yang Membutuhkan Penekanan Khusus pada Selenium?

Selenium mungkin memainkan suatu peran dalam pencegahan dan atau pengobatan dari penyakit-penyakit berikut ini:

  • Jewarat
  • Asthma
  • Cervical dysplasia
  • Colorectal cancer
  • Esophageal cancer
  • HIV/AIDS
  • Kemandulan (pria)
  • Kashin-Beck's disease
  • Keshan's disease
  • Multiple sclerosis
  • Ovarian cysts
  • Parkinson's disease
  • Periodontal disease
  • Psoriasis
  • Rheumatoid arthritis
  • Senile cataracts
  • SIDS (sudden infant death syndrome)
  • Kanker lambung

Makanan Apa Saja yang Menyediakan Selenium?

Penting untuk mengingat bahwa kandungan selenium di dalam makanan itu sangat bervariasi karena sangat tergantung dari kondisi-kondisi tanah. Bahkan, sebagian peneliti telah menyimpulkan bahwa adalah tidak mungkin untuk membuat suatu daftar makanan dan kandungan seleniumnya untuk alasan ini.

Kondisi-kondisi tanah itu tidak cuma mempengaruhi makanan-makanan nabati secara langsung, tapi juga mempengaruhi makanan-makanan yang berasal dari hewan, karena hewan tergantung pada tanaman untuk diet nya.

Brazil nuts itu sumber yang paling terkonsentrasi untuk selenium. Bahkan, para peneliti telah menunjukkan bahwa suatu Brazil nut harian itu adalah sumber yang lebih baik dibanding meminum suatu supplement.

Para peneliti New Zealand telah membandingkan kemanjuran Brazil nuts dengan supplement-supplement selenomethionine dalam meningkatkan status selenium pada 59 penduduk New Zealand yang rendah selenium (konsentrasi-konsentrasi plasma selenium < 1.27 micro mol/L).

Para peserta secara acak dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga kelompok. Kelompok pertama memakan dua butir Brazil nuts setiap hari (diperkirakan menyediakan sekitar 100 microgram Sc).

Kelompok kedua mengonsumsi suatu supplement yang menyediakan 100 microgram selenium sebagai selenomethionine per hari, dan kelompok ketiga, yang bertindak sebagai kontrol, diberikan sebuah pill placebo.

Level-level selenium dalam darah dan aktivitas-aktivitas glutathione peroxidase (GPx - suatu enzim mengandung selenium yang merupakan salah satu dari antioxidant tubuh yang paling penting) itu diukur pada awal studi dan pada minggu ke 2, 4, 8, dan 12.

Pada minggu ke 12, level-level selenium dalam darah telah meningkat sebanyak 64,2%, 61,0% dan 7,6%, secara berurutan, dalam kelompok-kelompok Brazil nut, selenomethionine, dan placebo.

Level-level plasma dari GPx meningkat sebanyak 8,3%, 3,4% dan -1,2%, dan whole blood GPx sebanyak 13,2%, 5,3% dan 1,9% dalam kelompok-kelompok Brazil nut, selenomethionine, dan placebo, secara berurutan.

Konsumsi dua butir Brazil nuts per hari bukan cuma sama efektifnya untuk meningkatkan status selenium dan meningkatkan aktivitas GPx seperti 100 microgram selenomethionine per hari, tapi satu butir Brazil nut saja per hari itu sudah cukup untuk meningkatkan asupan selenium ke dalam level-level asupan yang direkomendasikan untuk mineral ini.

Para peneliti mengatakan bahwa sumber-sumber makanan itu selalu lebih dianjurkan dibanding supplementasi untuk meningkatkan status gizi dari suatu populasi, karena sumber-sumber tersebut berkelanjutan, lebih murah, dan memiliki tingkat keracunan yang lebih rendah.

Namun, para peneliti memang memperingatkan bahwa Brazil nuts itu tidak semuanya sama dalam kandungan seleniumnya dan mungkin mengandung jauh lebih banyak atau jauh lebih sedikit dibanding perkiraan 50 microgram per kacang.

Sebaiknya, tidak lebih dari satu atau dua butir Brazil nuts yang dikonsumsi setiap hari untuk menghindari akumulasi selenium di dalam jaringan. (Thomson CD, Chisholm A, et al.,Am J Clin Nutr).

Tumbuh atau dibudidayakan di bawah kondisi tanah tertentu, crimini mushrooms, cod, udang, tuna, halibut, salmon, dan mustard seeds itu juga adalah sumber-sumber yang sempurna untuk selenium.

Sumber-sumber yang sangat bagus untuk selenium antara lain salmon, scallops, ayam, telur, shiitake mushrooms, daging kambing, barley, dan kalkun.

Apa Saja Rekomendasi Kesehatan Publik Saat ini untuk Selenium?

Level-level Adequate Intake (AI) untuk selenium, yang ditetapkan pada tahun 2000 oleh Institute of Medicine di National Academy of Sciences, adalah sebagai berikut:

  • Pria dan wanita, 0-6 months: 15 microgram
  • Pria dan wanita, 6-12 months: 20 microgram

Recommended Dietary Allowances untuk selenium,yang ditetapkan pada tahun 2000 oleh Institute of Medicine di National Academy of Sciences, adalah sebagai berikut:

  • Pria dan wanita, 1-3 years: 20 microgram
  • Pria dan wanita, 4-8 years: 30 microgram
  • Pria dan wanita, 9-13 years: 40 microgram
  • Pria dan wanita, 14 years and older: 55 microgram
  • Wanita hamil: 60 microgram
  • Wanita menyusui: 70 microgram

The Institute of Medicine menetapkan suatu tolerable upper limit (UL) untuk selenium yaitu 400 microgram per hari untuk pria dan wanita yang berusia 19 tahun keatas.