Makanan Sehat - Sardine

Dalam semua kemungkinan, orang umumnya tidak menyadari bahwa sardine itu sebenarnya bukan lah nama dari suatu species ikan.

Melainkan, kata ‘‘sardine’’ itu sebenarnya adalah sebuah nama yang diberikan pada beberapa jenis ikan kecil. Nama tersebut diambil dari Sardinia, yaitu nama sebuah pulau di Mediterranea.

Sardine itu bervariasi menurut asal-usulnya. Sehingga, sardine dari Maine itu berarti ikan herring kecil; sardine dari Denmark dan Norwegia berarti ikan sild dan brisling; dan sardine dari Spanyol, Portugis, serta Prancis itu berarti pilchard, yaitu sejenis herring.

Sardine dianggap sebagai suatu sumber yang sangat baik untuk vitamin B12 dan tryptophan, serta sumber yang sangat bagus untuk selenium, vitamin D, omega-3 fatty acids, protein, dan fosfor. Sardine juga banyak mengandung kalsium dan vitamin B3 (niacin).

Tapi, penting untuk melihat hasil-hasil yang telah ditemukan oleh para peneliti.

Kesehatan Cardiovascular

Dalam suatu studi Harvard yang dipublikasikan tahun 2002 di The New England Journal of Medicine, para peneliti menggunakan data dari Physicians’ Health Study untuk menganalisa sampel-sampel darah dari 94 pria, yang mengalami kematian secara mendadak saat pertama kali mengalami serangan jantung, dan 184 kontrol, yang tampak sehat.

Dari hasil yang di dapat, para peneliti menyimpulkan bahwa para pria yang memiliki level omega-3 tertinggi di dalam darahnya, yang mungkin di dapat dari sardine, itu jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami serangan jantung yang fatal, selama 17 tahun masa pengumpulan data.

Para peneliti menyatakan bahwa, ‘‘N-3 fatty acids yang ditemukan dalam ikan itu sangat berhubungan dengan suatu pengurangan resiko dari kematian mendadak di antara para pria yang sebelumnya tidak menunjukkan tanda-tanda atau tidak memiliki penyakit jantung.’’

Mengomentari hasil-hasil dari studi ini, sebuah artikel tahun 2002 di Environmental Nutrition mencatat bahwa, omega-3 fatty acids di dalam ikan itu, misalnya sardine, mencegah detak jantung yang tidak teratur, atau dikenal sebagai arrhythmias, yang mungkin menyebabkan kematian secara mendadak.

Selain itu, fatty acids ini mengurangi kemungkinan penggumpalan darah, meningkatkan elastisitas saluran-saluran darah, menurunkan level triglyceride dan tekanan darah.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di JAMA, The Journal of the American Medical Association, tahun 2002, para peneliti menggunakan data dari Health Professional Follow-Up Study, untuk mengamati hubungan antara konsumsi long-chain omega- 3 polyunsaturated fatty acid, yang ditemukan dalam sardine, dengan timbulnya stroke.

Studi ini menyertakan 43.671 pria yang berusia antara 40 sampai 75 tahun dan tidak memiliki penyakit jantung pada saat studi dimulai, yaitu tahun 1986. Selama 12 tahun masa follow-up, terdapat 608 pria yang mengalami stroke (377 ischemic, 106 hemorrhagic, dan 125 tidak terklasifikasi).

Meski tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara konsumsi dari long-chain omega-3 polyunsaturated fatty acid dengan hemorrhagic stroke, tapi para pria yang mengkonsumsi ikan sebanyak 1 atau 3 kali per bulan, memiliki tingkat resiko ischemic stroke yang jauh lebih rendah, dibanding para pria yang makan ikan kurang dari 1 kali per bulan.

Dalam studi lain yang dipublikasikan tahun 2002 di JAMA, The Journal of the American Medical Association, para peneliti menganalisa hubungan antara ikan dan konsumsi long-chain omega-3 fatty acid yang ditemukan dalam sardine, dengan resiko dari penyakit jantung koroner pada wanita.

Para peneliti ini menggunakan data dari 84.688 perawat wanita, dengan usia antara 34 sampai 59 tahun, yang mengikuti Nurses’ Health Study. Selama 16 tahun masa follow-up, terdapat 1.513 kasus penyakit jantung koroner.

Para peneliti menemukan bahwa, ‘‘pada wanita, jumlah konsumsi ikan dan omega-3 fatty acid yang lebih tinggi itu berhubungan dengan suatu penurunan resiko dari CHD [coronary heart disease], terutama kematian-kematian akibat CHD.’’

Sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2008 di Journal of the American College of Cardiology, menyelidiki apakah n-3 fatty acid, misalnya yang di dapat dari sardine, bisa mengurangi timbulnya atherosclerosis. Studi ini menyertakan para pria yang berusia antara 40 sampai 49 tahun.

Terdapat 281 pria Jepang yang berasal dari Kusatsu, Shiga, Japang; 281 lainnya berasal dari generasi ketiga atau keempat dari pria Jepang yang bermukin di Honolulu, Hawaii; sedangkan 306 lainnya adalah pria kulit putih yang berasal dari Alleghany County, Pennsylvania.

Para peneliti menemukan bahwa pria Jepang yang hidup di Jepang itu memiliki level atherosclerosis paling rendah. Sedangkan pria Jepang-Amerika dan pria kulit putih memiliki level yang hampir sama untuk penyakit ini.

Para peneliti mencatat bahwa pria Jepang yang hidup di Jepang itu memakan ikan yang berbasis omega-3 fatty acid sekitar 2 kali lebih banyak dibanding pria Jepang-Amerika dan pria kulit putih.

Selain itu, para peneliti menetapkan bahwa saat jumlah omega-3 fatty acid meningkat dalam diet dari pria Jepang yang hidup di Jepang, maka pengentalan dari carotid arteries di leher menurun. Hubungan terbalik ini ditemukan sangat signifikan.

Dari hasil tersebut, para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘Level yang sangat tinggi dari n-3 fatty acid itu memiliki kemampuan antiatherogenic yang tidak tergantung pada faktor-faktor resiko dari cardiovascular tradisional, dan mungkin berkontribusi pada penurunan beban dari atherosclerosis di Jepang, sebuah penurunan beban yang sepertinya bukan di dapat dari faktor-faktor genetik.’’

Kanker Prostate

Dalam sebuah studi California yang dipublikasikan tahun 2009 di Clinical Cancer Research, para peneliti mengamati konsumsi dari ikan-ikan yang tinggi dalam omega-3 fatty acid, misalnya sardine, dengan kemunculan kanker prostate agresif pada pria yang memiliki suatu kecenderungan untuk mengembangkan penyakit ini.

Studi ini menyertakan 466 pria yang di diagnosa memiliki kanker prostate agresif, dan 478 pria sehat dari etnis dan umur yang sama, yang bertindak sebagai kontrol.

Para pria dalam studi ini yang memakan satu sajian atau lebih dari ikan per minggu, itu memiliki resiko 63 persen lebih rendah untuk mengembangkan kanker prostate agresif, dibanding pria yang tidak pernah makan ikan.

Beberapa bulan sebelumnya, sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2008 di The American Journal of Clinical Nutrition, para peneliti menemukan hasil yang sama. Dengan menggunakan data dari Physicians’ Health Study, sebanyak lebih dari 20.000 pria di ikuti selama ‘‘382.144 tahun-orang.’’

Selama periode tersebut, terdapat 2.161 kasus kanker prostate dan 230 kematian akibat penyakit ini.

Para peneliti menemukan bahwa pria yang mengkonsumsi ikan dan seafood n-3 fatty acids, misalnya sardine, sebanyak 5 kali atau lebih per minggu, itu memiliki 48 persen penurunan resiko dari kematian akibat kanker prostate, dibanding pria yang makan ikan kurang dari satu kali per minggu.

Kanker Ginjal

Dalam sebuah studi Swedia yang dipublikasikan tahun 2006 di JAMA, The Journal of the American Medical Association, para peneliti menyelidi hubungan antara konsumsi ikan berminyak, misalnya sardine, dengan kemunculan kanker renal (kelenjar ginjal) pada wanita.

Mereka menggunakan data dari Swedish Mammography Cohort, yang menyertakan 61.433 dengan usia antara 40 sampai 76 tahun. Pada basis, tidak satu pun dari wanita ini yang memiliki kanker. Selama 15,3 tahun masa follow-up, terdapat 150 kasus kanker renal yang terdiagnosa.

Para peneliti menemukan suatu hubungan terbalik antara konsumsi dari ikan berminyak misalnya sardine, dengan renal cell carcinoma. Jadi, memperbanyak makan sardine dan ikan berminyak lainnya itu tampaknya bisa mengurangi resiko dari kanker renal.

Kinerja Kognitif

Dalam sebuah studi yang di publikasikan tahun 2007 di The American Journal of Clinical Nutrition, para peneliti menganalisa hubungan antara jumlah asupan seafood dengan kinerja kognitif pada 2.031 subjek Norwegia yang berusia antara 70 sampai 74 tahun.

Dengan dipimpin oleh seorang peneliti dari University of Oslo, para peneliti menemukan bahwa semakin banyak ikan yang dimakan subjek, semakin baik kinerja mereka pada test yang digunakan untuk memeriksa kognisi (pemahaman).

Hubungan tampak pada level rata-rata sekitar 75 gram konsumsi ikan per hari (sekitar 2,5 ons). Hubungan tampak menguat pada mereka yang memakan ikan berminyak, misalnya sardine, dan mereka yang memakan ikan tidak berminyak dan tidak diolah, misalnya cod.

Nah, haruskah sardine disertakan ke dalam diet?

Sardine tampaknya cukup menyehatkan. Tentu, akan lebih baik untuk membeli yang masih segar. Tapi, jika tidak tersedia, sardine kalengan sudah banyak dijual selama bertahun-tahun. Namun, penting untuk memeriksa kandungan sodium nya, dan hindari produk-produk yang terlalu banyak mengandung sodium (garam).