Makanan Sehat - Jeruk

Jeruk berasal sejak ribuan tahun yang lalu di wilayah-wilayah yang menjangkau dari China selatan sampai ke Indonesia.

Dari sana, jeruk menyebar ke India. Pada abad ke 15, para penjelajah membawanya ke Eropa.

Pada abad akhir ke 15 itu pula lah, tepatnya pada pelayarannya yang ke dua ke ‘‘Dunia Baru,’’ Christopher Columbus membawa biji-biji jeruk ke Caribia.

Selama abad ke 16, para penjelajah Spanyol membawa jeruk ke Florida, dan pada abad ke 18, jeruk tiba di California bersama para missionaries Spanyol. Saat ini, produsen jeruk terbesar adalah Amerika, Brazil, Mexico, Spanyol, China dan Irael.

Jeruk banyak mengandung vitamin C, sebuah vitamin yang selalu dibutuhkan oleh tubuh tapi tidak mampu di simpan olehnya. Akibatnya, sumber-sumber vitamin C itu harus selalu dikonsumsi setiap hari.

Jeruk, juga sangat banyak mengandung serat, kalsium, folate, potasium, vitamin A dan B1. Selain itu, jeruk juga mengandung flavanone (suatu kelas dominan dari flavonoid dalam gen citrus) hesperidin, naringin dan carotenoid, misalnya betacryptoxanthin dan zeaxanthin.

Tapi, apa yang telah dipelajari oleh para peneliti?

Kesehatan Jantung

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2007 di Journal of the Science of Food and Agriculture, para peneliti dari Israel, Polandia, dan Korea, mengelompokkan 70 tikus Wistar jantan menjadi 6 kelompok secara acak.

Tikus pada salah satu kelompok, yang memakan diet normal, bertindak sebagai kontrol. Tikus yang berada dalam lima kelompok lainnya, memakan diet yang ditambah dengan hesperidin, naringin, kolesterol, hesperidin plus kolesterol, atau naringin plus kolesterol.

Para peneliti menemukan bahwa hesperidin dan naringin meningkatkan level antioxidant pada tikus-tikus. Tapi peningkatan yang diberikan oleh hesperidin lebih tinggi dibanding naringin.

Selain itu, setelah 30 hari dalam diet, tikus-tikus yang mengkonsumsi hesperidin atau naringin serta makanan yang tinggi kolesterol, punya level kolesterol yang 16 persen lebih rendah dibanding tikus-tikus yang hanya mengkonsumsi makanan-makanan tinggi kolesterol.

Level kolesterol LDL (kolesterol jahat) mereka 27 persen lebih rendah. Para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘diet yang ditambah dengan hesperidin dan naringin itu secara signifikan menghalangi peningkatan dalam level-level plasma lipid yang disebabkan oleh memakan kolesterol.’’

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2009 di British Journal of Nutrition, para peneliti menugaskan 48 orang yang menderita penyakit pembuluh darah, pada salah satu dari empat kelompok pola makan: jeruk dan jus blackcurrant serta vitamin E, jeruk dan jus blackcurrant serta placebo, minuman gula dan vitamin E, atau minuman gula dan placebo.

Dosis untuk jus adalah 500 ml; untuk vitamin E adalah 15 mg. Kombinasi yang berbeda dikonsumsi ini selama 4 minggu; terdapat 4 minggu masa pembersihan di antara masa intervensi.

Para peneliti menemukan bahwa jus-jus tersebut menurunkan level-level dari protein C-reactive, yaitu sebuah tanda untuk peradangan, sebanyak 11 persen. Jus tersebut juga mengurangi jumlah fibrinogen, yaitu tanda lain untuk peradangan, sebanyak 3 persen.

Sebaliknya, minuman gula malah meningkatkan tanda-tanda peradangan ini sebanyak 13 dan 2 persen, secara berturut-turut. Dan vitamin E tidak tampak memberikan efek yang signifikan terhadap tanda-tanda ini.

Dalam sebuah studi yang dipresentasikan pada Juli 2009 di American Heart Association Basic Cardiovascular Sciences Conference, para peneliti Prancis menambahkan diet dari 24 pria sehat yang memiliki faktor-faktor resiko untuk penyakit cardiovascular, misalnya obesitas.

Selama 3 bulan, para pria ini meminum salah satu dari tiga jenis jus setiap hari, yaitu 500 ml jus jeruk yang mengandung 292 mg herperidin, 500 ml energy drink, atau 500 ml energy drink yang diperkaya dengan hesperidin.

Para peneliti menemukan bahwa pria yang mengkonsumsi hesperidin, entah melalui jus atau energy drink, mengalami perbaikan dalam tekanan darah dan fungsi dari endothelium, yaitu lapisan bagian dalam dari salurah darah.

Osteoporosis

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2006 di Nutrition, para peneliti Texas membagi 36 tikus ke dalam dua kelompok: 9 tikus bertindak sebagai kontrol, dan 27 tikus yang testis mereka dibuang (orchidectomy), sehingga menurunkan level testosterone di dalam tubuh dan meningkatkan resiko untuk osteoporosis.

Tikus-tikus tersebut kemudian dibagi ke dalam tiga kelompok: orchidectomy, orchidectomy plus jeruk, atau orchidectomy plus jus grapefruit.

Setelah 60 hari, semua tikus dikorbankan. Darah mereka dikumpulkan, dan serum nya dipelajari untuk status antioxidant dan bukti dari pembentukan dan peresapan tulang.

Para peneliti menemukan bahwa saat dibandingkan dengan tikus yang dikebiri tapi tidak mendapatkan tambahan apapun, kekuatan dari tulang pinggul tikus yang diberi jus jeruk meningkat secara signifikan.

Tikus tersebut juga mengalami penurunan dalam tingkat keretakan tulang pinggul, dan sebuah peningkatan dalam kapasitas serum antioxidant. (Hasil yang sama tapi lebih kecil di dapat dari jus grapefruit.)

Para peneliti mencatat bahwa studi mereka ini ‘‘mendukung perkiraan bahwa meminum jus citrus itu memberikan manfaat positif bagi status serum antioxidant dan kekuatan tulang.’’

Osteoarhritis

Dalam sebuah studi tahun 2007 yang dipublikasikan di Arthritis Research & Therapy, para peneliti Australia merekrut 293 orang dewasa yang sehat, dengan usia rata-rata adalah 58 tahun. Tidak satupun dari mereka yang mengalami nyeri atau cidera pada lutut.

10 tahun kemudian, lutut dari pada peserta ini di taksir dengan magnetic resonance imaging (MRI).

Para peneliti menemukan bahwa para peserta yang paling banyak memakan buah-buahan dan vitamin C, seperti yang terdapat pada jeruk dan jus jeruk, itu lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki keretakan tulang akibat dari pengembangan osteoarthritis pada lutut.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2005 di The American Journal of Clinical Nutrition, para peneliti Inggris menganalisa data dari sebuah studi yang menyertakan lebih dari 25.000 orang, untuk mengetahui apakah asupan dari carotenoid, termasuk beta-cryptoxanthin dan zeaxanthin, itu berhubungan dengan resiko dari suatu peradangan akibat dari arthritis, misalnya rheumatoid arthritis.

Para subjek di follow-up mulai dari tahun 1993 sampai 2001. Selama masa tersebut, 88 orang mengembangkan beberapa bentuk dari peradangan arthritis. Saat dibandingkan dengan 176 orang sehat yang bertindak sebagai kontrol, jumlah asupan rata-rata dari zeaxanthin ditemukan 20 persen  lebih rendah pada mereka yang menjadi sakit.

Bahkan yang lebih menyolok lagi adalah penemuan bahwa jumlah asupan rata-rata harian dari beta-cryptoxanthin itu 40 persen lebih rendah pada mereka yang mengembangkan peradangan arthritis.

Para peneliti mencatat bahwa ‘‘data mereka ini konsisten dengan bukti awal yang menunjukkan bahwa suatu peningkatan menengah dalam jumlah asupan ß-cryptoxanthin, atau sama dengan satu gelas jus jeruk segar, itu berhubungan dengan suatu penurunan resiko dari berkembangnya gangguan peradangan misalnya rheumatoid arthritis.’’

Pencegahan Penyakit Alzheimer

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2008 di Journal of Food Science, para peneliti mengekspose cell-cell PC12 (mirip dengan cell-cell syaraf atau neuron) pada ekstrak apel, pisang, dan jeruk, kemudian menempatkan cell-cell tersebut dibawah oksidatif strees dengan hydrogen peroxide.

Dengan menggunakan ultrasound pada sampel buah kering dalam sebuah larutan aqueous methanol, para peneliti mengekstrak phenolic dari buah-buahan tersebut. Mereka menemukan bahwa antioxidant dari buah-buahan tersebut, terutama phenolic phytochemical, mencegah terjadinya oksidatif stress.

Sejumlah studi telah menemukan bahwa otak dari para penderita penyakit Alzheimer itu menjadi subjek dari tingginya oksidatif stress. Mengakibatkan terganggunya fungsi-fungsi cell yang dianggap menyebabkan penurunan syaraf.

Para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘apel, pisang, dan jeruk segar dalam diet harian bersama buah-buahan lain itu mungkin melindungi cell-cell neuron dari oksidatif stress pemicu keracunan, dan mungkin memegang suatu peranan dalam pengurangan resiko dari gangguan-gangguan neurodegenerative misalnya penyakit Alzheimer.’’

Peringatan!

Sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2009 di Journal of Dentistry menguraikan penelitian yang di lakukan di University of Rochester Eastman Dental Center di Rochester, New York, yang mencoba untuk mengetahui apakah produk-produk pemutih gigi itu berdampak negatif pada gigi.

Saat melakukan studi mereka pada email di laboratorium, para peneliti mempelajari bahwa efek-efek dari jus jeruk itu ternyata jauh lebih signifikan dibanding produk-produk pemutih gigi.

Melalui pengamatan microscope, para peneliti mengamati bahwa jus jeruk itu mengurangi kekerasan email sebanyak 84 persen. Tapi tentu, di dalam mulut, efek ini mungkin di kurangi oleh saliva (air liur). Jadi, apa yang harus kita lakukan?

Untuk mengurangi jumlah eksposure pada email gigi, jangan meminum jus jeruk sedikit demi sedikit. Jus jeruk seharusnya di minum dengan cepat. Setiap kali memungkinkan, bersihkan gigi setelah meminum jus jeruk.

Nah, haruskah jeruk dan jus jeruk disertakan ke dalam diet? Oh ya, harus itu.