Makanan Sehat - Sayuran Laut

Menurut studi-studi arkeologis, sayuran laut itu sudah dikonsumsi oleh bangsa Jepang selama lebih dari 10.000 tahun.

Dalam budaya-budaya China kuno, sayuran laut diperlakukan sebagai suatu makanan spesial yang hanya disajikan pada acara-acara khusus, dan untuk menghormati tamu.

Sayuran laut itu dianggap sudah menjadi bagian dari diet orang-orang pra-sejarah yang hidup di dekat wilayah perairan, misalnya Skotlandia, Irlandia, Norwegia, New Zealand, Kepulauan Pasific, dan negara-negara di kawasan pantai Amerika Selatan.

Saat ini, Jepang adalah produsen dan pengekspor terbesar untuk sayuran laut.

Di seluruh dunia, terdapat ribuan jenis sayuran laut, yang mungkin dirujuk sebagai rumput laut atau gangang. Tapi tidak semua rumput laut itu cocok untuk di konsumsi oleh manusia; bahkan, sebagian besar mungkin tidak cocok.

Sayuran laut cenderung untuk dikelompokkan ke dalam berbagai kategori menurut warnanya, yaitu coklat, merah atau hijau. Berikut ini beberapa sayuran laut yang sudah sangat dikenal:

  • Nori - Meski nori itu berwarna ungu tua, tapi warnanya berubah menjadi hijau saat di panggang. Nori sering digunakan untuk membuat gulungan-gulungan sushi.
  • Kombu - Kombu itu berwarna gelap dan cenderung di jual dalam bentuk kepingan atau lembaran. Kombu sering digunakan untuk membumbui sup.
  • Kelp - Umumnya tersedia dalam bentuk serpihan, kelp mungkin berwarna hijau muda sampai hijau tua.
  • Hijiki - Sayuran laut jenis ini memiliki suatu aroma yang sangat kuat.
  • Arame - Memiliki rasa yang lebih manis dan ringan dibanding sebagian besar sayuran laut jenis lain.
  • Dulse - Berwarna coklat kemerahan, dengan tekstur lembut dan kenyal.
  • Wakame - Sama seperti Kombu dan digunakan untuk membuat sup miso.

Sayuran laut adalah suatu sumber yang bagus untuk iodine dan vitamin K, juga banyak mengandung folate, magnesium, kalsium, zat besi dan tryptophan.

Tapi apa yang telah dipelajari oleh para peneliti?

Kanker Payudara

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2005 di The Journal of Nutrition, para peneliti dari California membagi 24 tikus menjadi dua kelompok. Kelompok pertama di beri diet reguler, dan kelompok kedua di beri diet yang ditambah dengan kelp.

Setelah 4 minggu, tikus-tikus yang memakan kelp menunjukkan suatu pengurangan sebanyak 25 sampai 38 persen dalam level-level estrogen di dalam darah mereka. (Jumlah serum estrogen yang lebih tinggi itu berhubungan dengan peningkatan resiko dari kanker payudara.)

Selain itu, kelp memperpanjang siklus menstruasi dari tikus-tikus tersebut hingga mencapai 37 persen. Sudah diketahui bahwa wanita yang memiliki siklus menstrual lebih panjang itu memiliki siklus yang lebih sedikit sepanjang masa hidup mereka.

Jadi, lebih sedikit pula waktu yang dihabiskan untuk memiliki jumlah esterogen yang tinggi di dalam darah mereka.

Para peneliti juga menguji kelp terhadap cell-cell kanker ovarian pada manusia. Mereka menemukan bahwa kelp mengurangi produksi esterogen sebanyak 18 sampai 35 persen.

Penemuan-penemuan ini setidaknya menjelaskan kenapa orang yang mengkonsumsi diet-diet Asia, yang mengandung sayuran laut relatif tinggi, ‘‘memiliki suatu tingkat yang lebih rendah dalam kemunculan kanker-kanker yang bergantung pada hormon, dibanding populasi yang mengkonsumsi diet Western.’’

Para peneliti mengindikasikan bahwa, ‘‘efek-efek anti-estrogenic dari asupan kelp . . .  mungkin berkontribusi pada pengurangan tingkat kanker ini.’’

Kanker Kulit

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2006 di International Journal of Cancer, para peneliti menyelidiki 9 kelompok tikus, dimana masing-masing terdiri dari 20 tikus yang dibuat tidak memiliki bulu agar sangat rentan terhadap kanker kulit yang dipicu oleh UVB.

Para peneliti mengoleskan beberapa dosis (3 miligram atau 6 miligram dalam suatu larutan ringan) dari brown algae polyphenols (BAPs) pada kulit tikus dan memberi makan tikus lain dengan BAPs. Banyak dari tikus ini yang diekspose ke sinar-sinar UVB. Juga terdapat sekelompok tikus yang bertindak sebagai kontrol.

Para peneliti menetapkan bahwa tikus yang hanya di ekspose pada UVB (tanpa perawatan) rata-rata mengembangkan 8,5 tumor kulit; tikus-tikus yang diberi makan dengan BAPs dosis lebih rendah dan lebih tinggi, secara berturut-turut memiliki 4,7 dan 3,7 tumor.

Tapi, hasil terbaik terlihat pada BAPs yang dioleskan. Tikus yang mendapat dosis lebih rendah memiliki 3,4 tumor dan dosis yang lebih tinggi memiliki 4,6.

Selain itu, tikus yang dirawat dengan BAPs memiliki volume tumor yang jauh lebih rendah dibanding tikus yang tidak diberi perawatan.

Kesehatan Cardiovascular

Dalam sebuah percobaan acak, placebo-kontrol, yang dipublikasikan tahun 2007 di The Journal of Nutrition, para peneliti Inggris memberikan 38 pria dan wanita yang sehat, dengan usia antara 40 sampai 65 tahun, entah 0,7 g docosahexaenoic (DHA) per hari, yaitu suatu omega-3 fatty acid yang ditemukan dalam ganggang dan minyak ikan, atau sebuah placebo. Setelah 4 bulan, perawatan di tukar.

Para peneliti menemukan bahwa saat subjek mendapat DHA, tekanan darah diastolic mereka turun sebanyak 3,3 mm Hg, dan denyut jantung mereka meningkat sebanyak 2,1 denyut per menit.

Jadi, dengan mengkonsumsi DHA dalam jumlah yang relatif kecil, itu berpotensi untuk meningkatkan kesehatan cardiovascular (saluran darah).

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2008 di Journal of the American Dietetic Association, para peneliti membandingkan efek-efek perlindungan jantung antara penambahan 600-ml kapsul algae per hari, dengan mengkonsumsi ikan salmon, terhadap 32 pria dan wanita yang sehat, dengan usia antara 20 sampai 65 tahun.

Hasilnya yang di dapat ternyata sama. Para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘Kapsul Algal-oil DHA dan salmon yang dimasak tampak setara dalam memberikan DHA pada plasma dan cell-cell darah mereka, dan karenanya . . .  kapsul-kapsul algal-oil DHA itu mewakili suatu sumber non-ikan yang aman dan meyakinkan untuk memberikan DHA.’’

Osteoarthritis

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2008 di Nutrition Journal, para peneliti secara acak menempatkan 70 subjek yang menderita osteoarthritis ringan sampai parah ke dalam salah satu dari empat kelompok penyelidikan paralel.

Selama 12 minggu, para subjek, yang berusia antara 25 sampai 70 tahun tersebut, kemudian diberi: Aquamin (sebuah supplement multi-mineral yang dibuat dari rumput laut, 400 mg per hari), glucosamine sulfate (1500 mg per hari), sebuah kombinasi antara Aquamin (2400 mg per hari) dan glucosamine sulfate (1500 mg per hari), atau sebuah placebo.

Hanya 50 subjek yang menyelesaikan studi ini. Namun, para subjek yang diberi Aquamin maupun glucosamine sulfate mengalami peningkatan yang signifikan dalam gejala-gejala osteoarthritis mereka.

Sedangkan para subjek yang diberi supplement kombinasi atau placebo tidak mengalami perubahan apapun yang signifikan.

Para peneliti menulis bahwa studi mereka ini ‘‘menyiratkan bahwa suatu supplement multi mineral (Aquamin) itu mungkin bisa mengurangi nyeri dan kekakuan akibat osteoarthritis selama 12 minggu perawatan, dan studi ini memerlukan studi lanjutan.’’

Mengontrol Berat Badan

Sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2008 di Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition mungkin sangat penting bagi jutaan orang yang sedang mengalami overweight, obese, atau hanya mencoba untuk mempertahankan suatu berat badan yang sehat.

Para peneliti Jepang membandingkan berat antara tikus-tikus yang diberi diet reguler dengan tikus-tikus yang dietnya ditambah dengan fucoxanthin, yaitu suatu pigment coklat yang ditemukan dalam beberapa jenis sayuran laut.

Para peneliti menemukan bahwa fucoxanthin, yang memicu suatu protein yang meningkatkan metabolisme dari lemak dibagian perut, menyebabkan berat badan dan lemak dari hewan-hewan tersebut menjadi berkurang.

Akankah fucoxanthin melakukan hal yang sama pada manusia? Itu belum pasti. Meski begitu, saat ini sudah banyak perusahaan yang menjual berbagai bentuk konsentrat fucoxanthin, dan terdapat bukti anekdot bahwa itu mungkin efektif.

Para peneliti menyimpulkan bahwa fucoxanthin ‘‘adalah suatu bioactive carotenoid penting yang . . .  seharusnya bermanfaat untuk pencegahan metabolic syndrome.’’

Dalam sebuah percobaan acak, terkontrol, lintas batas dua arah, yang dipublikasikan tahun 2008 di Appetite, para peneliti Inggris membandingkan efek-efek dari mengkonsumsi minuman berbasis rumput laut selama 7 hari, terhadap suatu kontrol pada 68 pria dan wanita yang rata-rata memiliki body mass index (BMI) 23,5.

Para peneliti menemukan bahwa para subjek yang meminum produk rumput laut, mengurangi jumlah asupan energi mereka sebanyak 7 persen. Mereka menyimpulkan bahwa produk-produk seperti itu mungkin mampu memegang suatu peranan ‘‘dalam manajemen overweight dan obesitas di masa-masa yang akan datang.’’

Peringatan!

Sayuran laut itu dikenal memiliki kemampuan untuk menyerap berbagai mineral dari air. Seringkali, ini adalah mineral-mineral yang menyehatkan, misalnya kalsium, zat besi, magnesium, dan iodine.

Namun, saat sayuran laut itu berlokasi di perairan yang tercemar, maka mereka juga mungkin menyerap logam-logam berat misalnya arsenic dan timah. Karenanya, setiap kali memungkinkan, belilah sayuran laut organik.

Nah, apakah sayuran laut itu adalah suatu tambahan yang bermanfaat bagi diet? Tampaknya memang begitu.