Makanan Sehat - Pear
Sama seperti jenis buah-buahan lainnya, buah pear juga berakar sejak jaman pra-sejarah.
Di tahun-tahun awalnya tersebut, mereka tumbuh secara liar. Berabad-abad kemudian, selama masa kerajaan Romawi, buah pear mulai di budidayakan.
Pada abad ke 17, terdapat lebih dari 300 varietas yang tumbuh di Prancis. Pear tiba di Amerika melalui para kolonis awal. Mereka membawa potongan dari pohon-pohon pear, yang bisa di tanam kembali dengan mudah.
Saat ini, terdapat sekitar 5.000 jenis pear. Tapi hanya sebagian kecil dari jenis ini yang tersedia secara komersial. Di Amerika, sebagian besar pear tumbuh di California, Oregon, dan Washington. Varietas yang paling umum adalah Anjou, Asian, Bartlett, Bosc, dan Comice.
Pear adalah sumber yang bagus untuk serat, vitamin C dan K, serta copper. Tapi, apa yang telah dipelajari oleh para peneliti?
Mengurangi Berat Badan
Dalam sebuah studi 12 minggu yang dipublikasikan tahun 2003 di Nutrition, para peneliti Brazil membagi 411 wanita overweight yang berusia antara 30 sampai 50 tahun ke dalam tiga kelompok.
Semua wanita ini pada intinya memakan diet yang sama dan berolahraga dalam jumlah waktu yang sama. Namun, para wanita ini ada yang dietnya ditambah dengan tiga apel, tiga pear, atau tiga kue oat rendah lemak, per hari.
Dari hasil yang di dapat, para peneliti menyimpulkan bahwa para wanita yang memakan apel atau pear itu mengkonsumsi jumlah total kalori yang lebih sedikit dibanding yang memakan kue.
Secara rata-rata, berat badan dari para pemakan buah itu turun sebanyak 3 pound dan para pemakan kue hanya turun kurang dari 2 pound -- sebuah perbedaan yang signifikan secara statistik.
Para peneliti berteori bahwa penambahan buah ke dalam diet, terutama apel dan pear, itu mungkin ‘‘berkontribusi pada pengurangan berat badan.’’
Sebuah follow-up dari studi ini dipublikasikan tahun 2008 di Appetite. Kali ini, 49 wanita overweight, dengan usia antara 30 sampai 50 tahun, secara acak diberi tugas untuk menambahkan tiga apel, tiga pear, atau tiga kue oat ke dalam diet harian mereka, selama 10 minggu.
Para wanita yang memakan apel atau pear menemukan bahwa jumlah asupan total kalori harian mereka berkurang; berat badan mereka turun rata-rata 2 pound.
Sedangkan wanita yang memakan kue mengalami peningkatan dalam jumlah total asupan kalori harian mereka, tapi berat badan mereka tetap sama.
Dari hasil tersebut para peneliti mencatat bahwa penemuan mereka ini, ‘‘menyiratkan bahwa padatnya energi dari buah, terlepas dari jumlah kandungan seratnya, seiring waktu bisa mengurangi jumlah energi yang dikonsumsi dan berat badan.’’
Studi lain dari Brazil mengenai pengurangan berat badan di publikasikan tahun 2008 di Nutrition Research. Studi ini menyertakan 80 orang dewasa yang overweight dengan usia antara 30 sampai 50 tahun yang mengikuti program bimbingan nutrisi selama enam bulan.
Setengah dari peserta mendapat suatu intervensi; setengah lainnya bertindak sebagai kontrol. Para anggota dari kedua kelompok di berikan informasi tertulis dan mendengarkan sesi kelompok selama 30 menit.
Tapi, para anggota dari kelompok intervensi juga mendapatkan 3 sesi bimbingan individual di mana seorang ahli gizi akan merekomendasikan mereka untuk meningkatkan jumlah konsumsi dari olive oil, buah-buahan misalnya pear, dan sayuran, serta mengurangi konsumsi dari lemak saturated.
Pada akhir dari enam bulan, para peneliti menemukan bahwa dari setiap 100 gram peningkatan dalam jumlah buah yang dikonsumsi itu berhubungan dengan 300 gram pengurangan dalam berat tubuh.
Selain itu, suatu peningkatan 100 gram dalam jumlah asupan sayuran itu berhubungan dengan 500 gram pengurangan dalam berat tubuh.
Para peneliti menyatakan bahwa ‘‘penemuan mereka ini mendukung relevansi antara jumlah asupan buah (misalnya pear) dan sayuran yang mungkin membantu untuk menghindari penambahan berat badan pada orang dewasa yang overweight.’’
Mengurangi Resiko untuk Asthma
Dalam sebuah studi lintas batas, berbasis komunitas, yang dipublikasikan tahun 2003 di The American Journal of Clinical Nutrition, para peneliti Australia mengevaluasi hubungan antara makanan yang dikonsumsi dengan tingkat kesehatan saluran pernapasan dari 1.601 orang dewasa yang masih berusia muda.
Dalam total, 25 jenis gizi dan 47 kelompok makanan di selidiki. Para peneliti menemukan bahwa orang dewasa yang menyertakan whole milk dan buah-buahan, misalnya apel dan pear di dalam diet mereka, itu memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk mengembangkan asthma.
Kesehatan Cardiovascular
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2007 di The American Journal of Clinical Nutrition, selama lebih dari 16 tahun, para peneliti menganalisa hubungan antara jumlah flavonoid yang terkandung di dalam makanan-makannan misalnya pear, dengan tingkat kesehatan jantung dan kematian pada 34.489 wanita postmenopausal.
Pear, selain apel dan red wine, ditemukan mengurangi resiko dari penyakit cardiovascular dan jantung koroner.
Sebuah studi di Jepang yang dipublikasikan tahun 2008 di Hypertension Research, mengamati hubungan antara konsumsi buah-buahan, misalnya pear, dengan resiko dari hypertensi, atau tekanan darah tinggi.
Data di ambil dari 1.569 pria dan wanita (624 pria dan 927 wanita) yang berusia lebih dari 35 tahun dan hidup di Ohasama, Jepang. Semua peserta mengukur tekanan darah mereka sendiri di rumah, dan melengkapi sebuah questionnaire mengenai pola makan mereka.
Para subjek dianggap memiliki hypertensi jika tekanan darah mereka lebih dari 135/38 mm Hg dan atau mengkonsumsi obat-obatan untuk hypertensi. Para peneliti menemukan bahwa tingkat kelaziman dari hypertensi itu adalah 39,4 persen pada pria dan 29,3 persen pada wanita.
Mereka mempelajari bahwa para subjek yang paling banyak memakan buah, sayuran, potassium dan vitamin C itu berhubungan dengan ‘‘suatu penurunan yang signifikan untuk hypertensi.’’
Untuk buah-buahan, misalnya pear, saat dibandingkan dengan mereka yang paling sedikit makan buah-buahan (15,6 g/hari), mereka yang paling banyak makan buah-buahan (222,7 g/hari) itu memiliki 45 persen penurunan resiko untuk hypertensi.
Kanker Colorectal
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2008 di The American Journal of Clinical Nutrition, para peneliti menggunakan data dari National Institutes of Health-AARP Diet and Health Study untuk mengamati hubungan antara diet dan munculnya kanker colorectal.
Data tersebut menyertakan informasi mengenai 293.615 pria dan 198.767 wanita. Terdapat tiga pola makan utama yang di identifikasi, yaitu sebuah diet yang terdiri dari buah-buahan dan sayuran (termasuk pear), sebuah diet yang terdiri dari makanan-makanan diet, dan sebuah diet yang terdiri dari daging dan kentang.
Para peneliti menemukan bahwa diet-diet yang mengurangi jumlah daging dan memperbanyak makanan-makanan yang rendah lemak, buah dan sayuran itu berhubungan dengan pengurangan resiko untuk kanker colorectal.
Dalam studi lain yang dipublikasikan tahun 2007 di The Journal ofNutrition, para peneliti dari North Carolina mengamati data dari 725 orang yang memiliki undergone colonoscopies.
Dalam studi ini, para ahli medis mengidentifikasi 203 kasus adenomas, yaitu tumor-tumor lunak yang terbentuk dari jalur-jalur cell di dalam usus besar. Dan sisanya, sebanyak 522 orang, tidak ditemukan memiliki adenomas.
Para peneliti kemudian mempelajari jenis-jenis makanan yang dimakan oleh orang-orang ini. Tiga jenis diet muncul, yaitu tinggi dalam buah-buahan (misalnya pear) dan rendah dalam daging, tinggi dalam sayuran dan menengah dalam daging, serta tinggi dalam daging.
Para peneliti menemukan bahwa saat dibandingkan dengan orang-orang yang diet-nya tinggi dalam buah dan rendah dalam daging, orang-orang yang diet-nya tinggi dalam sayuran dan menengah dalam daging serta diet yang tinggi dalam daging itu memiliki resiko yang jauh lebih tinggi untuk adenomas.
Para peneliti tersebut menyimpulkan bahwa, ‘‘sebuah diet yang tinggi dalam buah-buahan dan rendah dalam daging itu tampaknya memberikan perlindungan terhadap colorectal ademonas dibanding dengan pola makan yang meningkatkan jumlah sayuran dan daging.’’
Mengapa mengurangi resiko untuk pertumbuhan tumor-tumor benign (non-kanker) itu penting?
Karena pertumbuhan ini berpotensi untuk meningkat dalam ukurannya dan menjadi kanker. Seiring waktu, tumor-tumor tersebut mungkin berkembang menjadi kanker colorectal.
Peringatan!
Sudah diketahui bahwa para petani itu cenderung banyak menggunakan pestisida pada pohon-pohon pear mereka. Karenanya, orang-orang yang ingin mengurangi asupan pestisida sebaiknya membeli buah pear yang di tanam secara organik.
Nah, haruskah buah pear di sertakan ke dalam diet? Tentu saja.