Makanan Sehat - Delima
Meski buah ini masih relatif baru di dapur-dapur orang Amerika, tapi buah delima, atau Punica granatum L., itu sebenarnya punya suatu sejarah kuno.
Bahkan, dipercaya bahwa delima itu tumbuh di Garden of Eden. Kitab Injil perjanjian lama memuji-muji delima, dan buah ini menjadi suatu bagian integral dari kehidupan orang-orang Mesir dan Yunani kuno.
Bagi bangsa Babylonia, biji delima itu adalah perantara-perantara dari kebangkitan; bangsa Persia menganggap delima bisa memberikan kesaktian yang tak tertandingi kepada para prajurit mereka selama masa peperangan.
Bagi bangsa China kuno, biji-biji delima dijadikan simbol-simbol umur panjang dan keabadian. Dan Al Qur'an, kitab suci agama Islam, menggambarkan surga itu sebagai suatu tempat yang banyak ditumbuhi dengan buah delima.
Meski berasal dari Iran, selama berabad-abad, delima telah tumbuh di berbagai belahan dunia, termasuk Mediterranea, China, Jepang, India, Russia dan Timur Tengah. Baru-baru ini, delima telah di budidayakan di California dan Arizona.
Buah delima rata-rata berbentuk bulat dan hexagonal, dengan berdiameter antara 5 sampai 12 centimeter. Kulitnya tebal dan kemerahan. Sekitar 80 persen dari delima itu dapat di makan. Dari jumlah tersebut, 80 persennya adalah cairan dan 20 persennya adalah biji.
Di tahun 2007, sebuah artikel di Chiropractic Nutritional Wellness, James D. Krystosik, DC, berpendapat bahwa delima itu seharusnya dipertimbangkan sebagai suatu ‘‘superfood (makanan super).’’
Menurut Krystosik, delima itu memang lebih dari sekedar memberikan gizi pada tubuh. Delima memerangi penyakit dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta kekuatan. Selain itu, delima menawarkan perlindungan dari penyakit jantung dan keletihan.
‘‘Yang lebih penting lagi, makanan-makanan super itu sangat banyak mengandung antioxidant pembasmi radikal bebas, yaitu molekul-molekul tidak stabil dan berbahaya yang berasal dari lingkungan, sebelum mereka bisa menyebabkan kerusakan pada cell-cell tubuh, jaringan, dan organ-organ. . . . Antioxidant menyapu bersih radikal bebas dan membuatnya jadi tidak berbahaya. Makanan-makanan super itu mengandung antioxidant dalam dosis yang sangat tinggi. . . . .’’
Dan bukti-bukti ilmiah saat ini mendukung klaim-klaim seperti itu. Sebuah artikel di Harvard Men’s Health Watch menyatakan bahwa delima itu banyak mengandung vitamin C juga polyphenol dan tannin, yang memiliki aktivitas antioxidant yang sangat ampuh.
Selain itu, biji-bijinya dipenuhi dengan serat, estrone, genistein, daidzein, steroid estrogen, dan isoflavone. Zat-zat ini memiliki ‘‘aksi-aksi biologis yang kuat dan berpotensi memberikan manfaat-manfaat bagi pengobatan.’’
Biji-bijinya juga memiliki ‘‘suatu minyak unik yang mengandung suatu fatty acid yang tidak umum, yaitu punicic acid.’’
Penyakit Cardiovascular
Sebuah artikel yang dipublikasikan tahun 2005 di The American Journal of Cardiology, menguraikan sebuah studi dari 45 pasien dengan usia rata-rata 69 tahun. Semua pasien memiliki penyakit jantung koroner (pembuluh-pembuluh darah di jantung mereka menyempit).
Para pasien di bagi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama meminum 240 ml jus delima per hari; kelompok kedua meminum suatu jus non-delima yang terlihat sama seperti jus delima.
Setelah tiga bulan, para peneliti menyatakan bahwa penyempitan arteri dari para pasien yang meminum jus delima telah menurun sebanyak 17,8 persen. Sementara itu, penyempitan pada pasien yang mendapat placebo telah meningkat sebanyak 20,3 persen.
Para peneliti menyimpulkan bahwa konsumsi harian dari jus delima itu mungkin sangat bermanfaat bagi mereka yang sedang berhadapan dengan penyakit jantung koroner.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2004 di Clinical Nutrition, para peneliti mengamati efek dari meminum 6 gelas jus delima per hari pada orang-orang yang sudah memiliki level-level jalur plak di dalam arteri mereka.
19 orang yang berusia antara 65 sampai 75 tahun dibagi ke dalam dua kelompok. 10 peserta meminum jus dan 9 peserta tidak mendapat jus. Mereka yang meminum jus mengalami suatu pengurangan yang signifikan dalam plak arterial; mereka yang tidak meminum jus mengalami peningkatan dalam plak.
Di tahun 2006, International Journal for Vitamin and Nutrition Research menyertakan informasi mengenai studi di Iran di mana para peneliti mengamati efek dari konsumsi jus delima pada 22 orang yang menderita diabetes type 2 dan juga mengalami peningkatan dalam level kolesterol.
Setiap hari, para subjek meminum 40 g konsentrasi jus delima selama 8 minggu. Para peneliti menemukan bahwa penambahan jus delima pada diet itu menurunkan level dari kolesterol total dan LDL (kolesterol jahat) dan meningkatkan level HDL serta rasio antara kolesterol LDL dengan HDL.
Kanker Prostate
Sejumlah penelitian in vitro dan terhadap hewan telah menunjukkan bahwa delima mungkin berperan penting dalam menghambat pertumbuhan kanker prostate, yaitu penyebab kematian kedua yang tertingi di Amerika Serikat yang berhubungan dengan kanker.
Sebagai hasilnya, para peneliti memutuskan untuk melakukan percobaan-percobaan klinis pada pria yang sedang menjalani operasi atau radiasi untuk kanker prostate.
Meski pria-pria ini telah mendapat perawatan, tapi tidak lama setelah itu, level-level dari prostate-specific antigen (PSA) di dalam darah mereka telah meningkat, mengindikasikan bahwa cell-cell kanker telah menyebar.
Target dari para peneliti adalah untuk mengetahui apakah konsumsi dari jus delima itu bisa mengubah tingkat dari ‘‘doubling time,’’ atau jumlah waktu yang diperlukan untuk melipat gandakan level-level PSA.
Para pasien yang memiliki doubling times yang pendek itu lebih besar kemungkinannya untuk meninggal karena penyakitnya. Menurut Allan Pantuck, MD, seorang associate professor UCLA dibidang urology dan ketua penelitian pada studi ini, doubling time rata-rata adalah sekitar 15 bulan.
Diantara 50 pria yang berpartisipasi dalam studi, dengan meminum 8 ons jus delima per hari, telah meningkatkan doubling time mereka menjadi 54 bulan.
Mengomentari studi ini, Dr. Pantuck mengatakan, ‘‘Itu adalah suatu peningkatan yang besar. Saya terkejut saat melihat suatu peningkatan seperti dalam angka-angka PSA. Pada pria yang berusia 60 sampai 70 tahun yang telah dirawat untuk kanker prostate, kami bisa memberikan mereka jus delima dan adalah hal yang mungkin bagi mereka untuk memperkecil resiko kematian mereka akibat kanker. Kami berharap bisa mencegah atau menunda kebutuhan untuk terapi berikutnya yang biasanya digunakan dalam populasi ini misalnya perawatan hormon atau chemotherapy, yang keduanya memiliki efek-efek samping yang berbahaya.’’
Kanker Paru-paru
Para peneliti di University of Wisconsin menyimpulkan bahwa saat ini sudah ada bukti bahwa ekstrak buah delima itu mungkin bisa mengubah perkembangan dari penyakit paru-paru, setidaknya pada tikus.
Setelah diberikan delima selama lima bulan, tikus yang telah dipicu untuk mengalami tumor mengalami penurunan dalam jumlah tumor sebanyak 62 persen dibanding tikus-tikus yang tidak mendapat delima.
Penyakit Alzheimer
Richard Hartman, PhD, seorang asisten profesor dibidang psikologi di School of Science and Technology di Loma Linda University, telah mempelajari apakah tikus-tikus yang dikondisikan untuk mengembangkan penyakit Alzheimer itu mungkin bisa mendapat manfaat dari konstrat jus delima.
Dr. Hartman dan rekan-rekannya membagi sekelompok tikus menjadi dua kelompok. Salah satu kelompok diberi jus delima yang di campur dengan air; kelompok lain hanya mendapat air dengan gula.
Biasanya, masing-masing tikus meminum sekitar 5 milliliter cairan setiap hari. Itu setara dengan seorang manusia yang minum sebanyak satu atau dua gelas jus delima per hari.
Hasil-hasil yang di dapat lebih dari signifikan. ‘‘Setelah enam bulan, tikus-tikus yang diberi jus delima bisa belajar dan berenang lebih cepat, dan tikus yang meminum jus delima memiliki plak-plak beta-amyloid yang 50 persen lebih sedikit di dalam hippocampus dari otak-otak mereka (sebuah indikasi dari penyakit Alzheimer.)’’
Kesehatan Secara Keseluruhan
Para peneliti di Institute of Hygiene and Environmental Medicine di Tianjin, China, telah menemukan bahwa jus delima itu jauh lebih efektif dibanding jus apel dalam meningkatkan jumlah antioxidant yang melindungi tubuh.
26 orang, yang rata-rata berusia 63,5 tahun, dibagi ke dalam dua kelompok. Selama empat minggu, para anggota dari masing-masing kelompok meminum 250 ml jus delima atau jus apel setiap hari.
Para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang meminum jus delima memiliki peningkatan dalam kapasitas plasma antioxidant. Namun tidak terdapat perubahan pada mereka yang meminum jus apel.
Peringatan!
Dalam sebuah artikel 2006 di Harvard’s Women’s Health Watch, Celeste Robb-Nicholson, MD, merespon pada pertanyaan pembaca mengenai jus delima. Para pembaca ingin tahu apakah jus delima itu bisa mengganggu pengobatan, misalnya Lipitor.
Dr. Robb-Nicholson mencatat bahwa hal itu mungkin. Jadi, ‘‘jika anda ingin minum segelas jus per hari, pastikan untuk memberi tahu dokter anda sehingga dia bisa mengingatnya saat memonitor Lipitor anda atau pengobatan lain.’’
Nah, haruskah delima dan jus delima menjadi bagian dari diet? Tentu.