Makanan Sehat - Kacang Macadamia

Meski suku asli Australia sudah sangat mengenal kacang macadamia, yang mereka sebut ‘‘kindal kindal,’’ tapi orang mereka tidak mengetahui keberadaannya sebelum abad ke 19, saat dua orang botanis asal Eropa, menemukannya banyak tumbuh di hutan hujan dibagian timur Australia.

Kedua botanis tersebut memberi nama penemuannya ini dengan mengambil nama belakang dari teman mereka, Dr. John Macadam.

Awalnya, pohon kacang macadamia itu dianggap menjadi sebagai pohon hias. Tapi, di tahun 1890-an, saat pohon-pohon ini tiba di pantai-pantai Hawaii, orang-orang mulai menamam pohon ini untuk dikonsumsi oleh manusia.

Namun tetap penting untuk dicatat bahwa kacang macadamia itu mungkin hanya bisa tumbuh dilingkungan tertentu. Pohon ini membutuhkan iklim tropis dan curah hujan yang tinggi.

Selain Australia dan Afrika Selatan yang menjadi dua negara produsen terbesar, kacang macadamia juga banyak tumbuh di Amerika Serikat (Hawaii, California, and Florida), Guatemala, Brazil, Costa Rica, Malawi, Zimbabwe, dan Kenya.

Kacang macadamia itu dipenuhi dengan lemak. Bahkan, dari setiap 100 g kacang macadamia, 74 gram nya terdiri dari lemak.

Tapi, dari 74 gram lemak tersebut, 60 gram nya adalah lemak monounsaturated (sebagian besar oleic dan palmitoleic acids), yang secara umumnya dipercaya sangat bermanfaat untuk kesehatan. 4 gram lainnya adalah lemak polyunsaturated, dan 10 gram sisanya adalah lemak saturated.

Kacang macadamia itu tinggi dalam potassium dan fosfor, juga banyak mengandung protein, karbohidrat, serat, magnesium dan kalsium.

Selain itu, kacang ini mengandung sedikit zinc, zat besi, selenium, mangan, copper, folate, niacin dan vitamin B1, B2, B5, B6, serta E. Kacang macadamia juga memiliki polyphenol, yaitu antioxidant phytochemical, dan phytosterol, yang merupakan sterol-sterol tanaman.

Selama bertahun-tahun, orang yang takut dengan kandungan lemaknya yang tinggi, menghindari kacang macadamia. Tapi selama beberapa dekade terakhir ini, hal itu sepertinya mulai berubah.

Namun, entah kenapa penelitian mengenai kacang macadamia itu masih terbatas dan lebih difokuskan mengenai kesehatan jantung.

Kesehatan Jantung

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2000 di Archives of Internal Medicine, 30 relawan yang berusia antara 18 sampai 53 tahun di evaluasi dalam sebuah percobaan mengenai tiga jenis diet selama 30 hari, yaitu diet ‘‘khas Amerika’’ yang tinggi dalam lemak saturated, dengan 30 persen energi dari lemak; diet American Heart Association Step 1, yang 30 persen energinya dari lemak; dan sebuah fad diet berbasis kacang macadamia, dengan 37 persen energinya berasal dari lemak.

Para peneliti menemukan bahwa saat dibandingkan dengan diet khas Amerika, para subjek yang memakan diet American Heart Association dan diet kacang macadamia itu memiliki pengurangan yang signifikan dalam kolesterol total dan LDL (‘‘jahat’’).

Para subjek yang memakan diet berbasis kacang macadamia juga lebih banyak mengalami penurunan dalam nilai-nilai triglyceride dibanding subjek yang memakan dua jenis diet lainnya.

Dari hasil tersebut para peneliti menyimpulkan bahwa konsumsi dari diet dengan jumlah kacang macadamia yang lebih tinggi itu sepertinya bisa menurunkan level-level kolesterol ‘‘saat energi total dan persentase energi yang berasal dari lemak itu dipertahankan.’’

Sebagai hasilnya, ‘‘para dokter bisa merekomendasikan konsumsi dari kacang ini dan kacang-kacang lainnya sebagai bagian dari diet yang sehat dan memuaskan.’’

Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 2003, para peneliti Australia melaporkan studi yang serupa di The Journal of Nutrition. Penyelidikan mereka menyertakan 17 pria (usia rata-rata adalah 54 tahun) yang mengalami peningkatan dalam level-level kolesterol.

Selama empat minggu, para pria ini memakan kacang macadamia sebanyak 40 sampai 90 g per hari; jumlah tersebut setara dengan 15 persen energi asupan.

Pada akhir studi, para peneliti menyimpulkan bahwa level kolesterol total dan LDL para pria tersebut telah berkurang sebanyak 5,3 persen. Level kolesterol HDL (‘‘baik’’) meningkat sebanyak 7,9 persen.

Para peneliti mencatat bahwa, ‘‘Studi ini menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi kacang macadamia sebagai bagian dari sebuah diet yang sehat itu memberikan perubahan yang positif pada proffile plasma lipid dari pria yang mengalami hypercholesterolemic meski diet mereka tinggi dalam lemak.’’

Tahun berikutnya, yaitu di tahun 2004, para peneliti Jepang melaporkan hasil penyelidikan mereka mengenai konsumsi dari kacang macadamia pada wanita Jepang yang masih muda dan sehat, di Clinical and Experimental Pharmacology and Physiology.

Selama tiga minggu, para wanita ini ditempatkan pada diet yang banyak mengandung kacang macadamia, coconut, atau butter.

Pada akhir studi, para peneliti menemukan bahwa wanita yang memakan ekstra kacang macadamia dan coconut mengalami penurunan yang signifikan dalam level kolesterol total dan LDL. Kelompok yang memakan kacang macadamia juga mengalami penurunan dalam berat tubuh dan indeks masa tubuh.

Tapi tidak ada perubahan yang signifikan secara statistik pada kelompok yang memakan butter dalam jumlah ekstra.

Sementara itu, para peneliti dari Afirika Selatan memutuskan untuk melakukan sebuah review sistematik mengenai studi-studi yang telah mengamati efek-efek dari kacang-kacangan pada lipid (lemak).

Hasilnya dipublikasikan tahun 2005 di The Journal of Nutrition. 23 studi mengenai kacang almond, peanut, walnut, dan macadamia disertakan. Juga terdapat satu studi mengenai pecan.

Kecuali kacang macadamia, semua studi menunjukkan bahwa konsumsi dari kacang-kacangan tersebut menghasilkan penurunan dalam kolesterol total antara 2 sampai 16 persen, dan penurunan dalam kolesterol LDL antara 2 sampai 19 persen.

Mengomentari hasil-hasil dari kacang macadamia, para peneliti mencatat bahwa, ‘‘konsumsi dari kacang macadamia (50 - 100 g/hari) itu memberikan hasil yang kurang meyakinkan.’’

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2007 di Lipids, para peneliti Australia yang sama (ditambah satu peneliti lain), menganalisa ulang informasi yang mereka kumpulkan mengenai 17 pria yang mengalami peningkatan dalam level kolesterol, untuk mengetahui apakah konsumsi dari kacang macadamia itu bisa memberikan dampak positif lain terhadap kesehatan jantung.

Para peneliti menemukan bahwa konsumsi dari kacang macadamia itu memang memiliki efek positif pada ‘‘biomarker dari oksidatif stress, thrombosis dan peradangan, yaitu faktor-faktor resiko untuk penyakit pembuluh darah koroner.’’

Dan, ini tetap terjadi meski terdapat peningkatan dalam jumlah asupan lemak, dari kacang-kacangan. Para peneliti menulis, ‘‘bahwa konsumsi rutin dari kacang macadamia itu mungkin memegang suatu peranan dalam pencegahan penyakit pembuluh darah koroner.’’

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2008 di The Journal of Nutrition, para peneliti dari Pennsylvania State University membagi 25 pria dan wanita yang mengalami peningkatan ringan dalam level kolesterol ke dalam dua kelompok.

Kelompok pertama menambahkan 1,5 ons kacang macadamia per hari ke dalam diet mereka; kelompok kedua memakan sebuah diet khas Amerika. Meski pada intinya jumlah lemak dari kedua diet tetap sama, namun persentase dari lemak saturated dan monounsaturated nya berbeda.

Diet kacang macadamia mengandung 7 persen lemak saturated, 18 persen lemak monounsaturated, 5 persen lemak polyunsaturated. Diet khas Amerika memiliki 13 persen lemak saturated, 11 persen lemak monounsaturated, dan 5 persen lemak polyunsaturated.

Setelah 5 minggu, para subjek memakan diet alternatif untuk lima minggu berikutnya.

Para peneliti menyatakan bahwa subjek yang memakan kacang macadamia mengalami suatu penurunan 9,4 persen dalam kolesterol total dan 8,9 persen dalam kolesterol LDL.

Dari hasil tersebut, mereka menyimpulkan bahwa, ‘‘kacang macadamia bisa disertakan ke dalam sebuah pola makan sehat yang mengurangi faktor-faktor resiko dari lipid atau lipoprotein CVD [cardiovascular]. Kacang sebagai suatu isocaloric (punya nilai kalori yang sama) pengganti untuk makanan-makanan SFA [saturated fatty acid] meningkatkan porsi dari unsaturated fatty acid dan mengurangi SFA, sehingga mengurangi resiko CVD.’’

Dalam sebuah studi 12 sampai 18 minggu yang dilakukan di Human Nutrition Research Center on Aging di Tufts University yang dipublikasikan di The Journal of Nutrition tahun 2009, para peneliti menyelidiki efek-efek dari diet yang diperkaya dengan canola, safflower, macadamia, atau palm/coconut oils, terhadap profile lipoprotein dan atherosclerosis dari hamster. (Sebagian hamster awalnya memakan palm oil lalu memakan coconut oil).

Saat dibandingkan dengan hamster yang memakan diet palm/coconut, hamster-hamster yang memakan diet macadamia oil memiliki nilai-nilai kolesterol LDL dan triglyceride yang lebih rendah.

Saat dibandingkan dengan hamster-hamster yang memakan coconut, canola, dan safflower oil, hamster-hamster yang memakan macadamia nut oil memiliki kolesterol HDL yang lebih tinggi.

Nah, haruskah kacang macadamia disertakan ke dalam diet?

Kecuali anda jika allergi atau tidak toleran terhadap kacang-kacangan, berarti tidak ada alasan untuk tidak menyertakannya. Dan, ada kemungkinan yang besar bahwa kacang tersebut cukup bermanfaat.