Makanan Sehat - Biji Wijen

Selama masa-masa pra-sejarah, biji wijen itu tumbuh di sepanjang wilayah-wilayah tropis di seluruh dunia.

Biji wijen adalah suatu bumbu yang paling awal digunakan dan salah satu dari hasil panen pertama yang digunakan untuk membuat minyak.

Yang menarik adalah, di Mesir, terdapat sebuah makam dengan lukisan yang menggambarkan seorang pembuat roti sedang menambahkan biji wijen ke dalam adonan roti.

Baru pada abad ke 17, biji wijen di bawa ke Amerika dari Afrika. Saat ini, India, China, dan Mexico, adalah produsen terbesar dari biji wijen.

Biji wijen itu dianggap sebagai suatu sumber yang sangat bagus untuk copper dan mangan, tryptophan, kalsium, magnesium, zat besi, fosfor, zinc, vitamin B1, dan serat.

Tapi, apa yang telah dipelajari oleh para peneliti?

Kesehatan Secara Keseluruhan

Dalam sebuah studi lintas batas, placebo-kontrol, yang dipublikasikan tahun 2006 di The Journal of Nutrition, para peneliti dari Taiwan menyelidiki hubungan antara pencernaan biji wijen dengan lipid-lipid darah, status antioxidant dan hormon-hormon sexual pada wanita postmenopausal.

Pada bagian pertama dari studi, setengah dari 26 wanita postmenopausal mengkonsumsi 50 gram biji wijen powder per hari, selama 5 minggu. Setelah 3 minggu masa pembersihan, mereka mengkonsumsi 50 gram rice powder (placebo) per hari selama 5 minggu.

Setengah dari wanita lainnya mendapat supplement yang sama tapi dalam urutan yang terbalik.

Dan hasil yang di dapat, 24 wanita yang menyelesaikan studi ini mengalami peningkatan signifikan dalam lipid-lipid darah, status antioxidant, dan hormon-hormon sexual mereka.

Para peneliti menyimpulkan bahwa mencerna biji wijen itu, ‘‘memberikan manfaat pada wanita postmenopausal dengan cara meningkatkan lipid-lipid darah, status antioxidant, dan mungkin status hormon-hormon sexual.’’

Dalam sebuah studi yang dilakukan di Honolulu, Hawaii, dan dipublikasikan tahun 2001 di Nutrition and Cancer, para peneliti mengamati efek-efek dari mengkonsumsi biji wijen terhadap level-level tocopherol di dalam darah. (Tocopherol adalah suatu kelas dari suatu senyawa, banyak diantaranya yang memiliki aktivitas vitamin E.)

9 subjek di beri muffin yang mengandung gamma-tocopherol dalam jumlah yang sama dengan yang terdapat di dalam biji wijen, walnut, atau soy oil.

Para peneliti menemukan bahwa, dengan mengkonsumsi lignan-lignan biji wijen minimal 5 mg selama 3 hari, memberikan peningkatan dalam level-level serum gamma-tocopherol sebanyak 19 persen. Tapi hasil-hasil yang sama tidak di dapat dari mengkonsumsi walnut atau soy oil.

Para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘mengkonsumsi biji wijen dalam skala menengah itu tampaknya meningkatkan plasma g-tocopherol secara signifikan, dan mengubah rasio plasma tocopherol serta konsisten dengan efek-efek dari asupan biji wijen pada tikus-tikus yang diamati.’’

Dalam sebuah studi laboratorium yang dipublikasikan tahun 2008 di Journal of the Science of Food and Agriculture, para peneliti dari Belanda dan Itali ingin mengetahui, apakah produk-produk makanan yang berhubungan bisa memberikan perlindungan terhadap serangan bakteri E. coli dan Salmonella.

Mereka mengekspose 18 produk makanan yang berhubungan, termasuk ekstrak biji wijen, ke berbagai jenis bakteri. Bakteri-bakteri tersebut menempelkan diri pada produk-produk yang diuji, dan para peneliti mengevaluasi jumlah dari bakteri yang menempel.

Mereka menemukan bahwa ekstrak biji wijen (dan konjac gum) memiliki jumlah penempelan bakteri yang tertinggi.

Karena bakteri-bakteri tersebut menempelkan diri pada ekstrak biji wijen dan bukan pada cell-cell usus, maka tingkat keparahan dari gejala-gejala yang mungkin disebabkan oleh E. coli atau Salmonella jadi berkurang.

Para peneliti menulis bahwa studi mereka ini ‘‘menyoroti potensi dari berbagai makanan dan komponen-komponen makanan sebagai matrix pengikat alternatif untuk enteropathogens.’’

Kesehatan Jantung

Dalam sebuah studi placebo-kontrol yang dipublikasikan tahun 2009 di Journal of Nutritional Science and Vitaminology, para peneliti Korea menganalisa hubungan antara konsumsi sesamin, yaitu suatu lignan yang di temukan dalam biji wijen, dengan level-level tekanan darah pada manusia yang mengalami hypertensi ringan.

Studi ini menyertakan 25 subjek usia pertengahan yang dibagi menjadi 2 kelompok. Selama 4 minggu, 12 subjek mendapat kapsul sesamin 60 miligram per hari, dan 13 subjek mendapat sebuah placebo.

Setelah 4 minggu masa pembersihan, para subjek mendapat supplement yang berlawanan selama 4 minggu berikutnya.

Mereka yang mendapat sesamin mengalami pengurangan yang signifikan dalam tekanan darah; tapi tidak ada perubahan dari placebo.

Para peneliti mencatat bahwa hasil-hasil mereka ini menyiratkan bahwa ‘‘sesamin memiliki suatu efek antihypertensive pada manusia.’’ Suatu pengurangan seperti itu ‘‘mungkin bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung.’

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2005 di Nutrition Research, para peneliti dari Taiwan mencoba untuk mengetahui apakah biji wijen bisa menurunkan serum lipid dan meningkatkan kapasitas antioxidant pada 21 subjek yang mengalami peningkatan dalam level kolesterol.

Selama 2 minggu, para subjek memakan diet mereka seperti biasa. Kemudian, selama 4 minggu berikutnya, para subjek memakan suatu diet percobaan yang menyertakan 40 gram biji wijen panggang. Setelah itu dilanjutkan dengan diet regular selama 4 minggu berikutnya.

Para peneliti menemukan bahwa, ‘‘diet dengan biji wijen itu secara signifikan menurunkan level serum kolesterol total dan low-density lipoprotein (LDL) .’’ Namun, ‘‘efek positif dari biji wijen menghilang saat pasien kembali ke diet regular mereka.’’

Dalam suatu studi yang dipublikasikan tahun 2005 di Journal of Agricultural and Food Chemistry, para peneliti Virginia mengamati 27 jenis produk kacang-kacangan dan biji-bijian.

Mereka menemukan bahwa biji wijen dan wheat germ memiliki jumlah kandungan phytosterol tertinggi. Makanan-makanan yang mengandung phytosterol itu membantu menurunkan level-level serum kolesterol.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2003 di Lipids, para peneliti Jepang membandingkan efek-efek yang diberikan oleh biji wijen dan flaxseed, terhadap plasma dan jaringan gamma-tocopherol serta TBARS (thiobarbituric acid-reactive substances assay, sebuah pengukuran untuk oksidatif stress).

Selama 4 minggu, tikus-tikus diberi salah satu dari diet percobaan, yaitu bebas vitamin E, gamma-tocopherol, flaxseed, biji wijen, flaxseed oil, flaxseed oil dengan sesamin, dan defatted flaxseed.

Para peneliti menemukan bahwa diet biji wijen dan flaxseed oil dengan sesamin itu ‘‘memicu peningkatan g-tocopherol yang signifikan dalam plasma dan liver.’’

Para peneliti mencatat bahwa, ‘‘biji wijen dan lignan-lignan nya memicu peningkatan g-tocopherol dan menurunkan konsentrasi TBARS, dimana lignan-lignan flaxseed tidak memberikan efek-efek seperti itu.’’

Kanker Prostat

Dalam sebuah studi laboratorium yang dipublikasikan tahun 2004 di Proceedings of the National Academy of Sciences, para peneliti dari Oakland dan Berkeley, California, menemukan bahwa gamma-tocopherol dalam biji wijen itu menghambat perkembangan dari cell-cell kanker prostat.

Tampaknya,  gamma-tocopherol bercampur dengan sintesis dari molekul-molekul fatty yang dikenal sebagai sphingolipids, yaitu sebuah bagian integral dari selaput-selaput cell. Dan gamma-tocopherol menghentikan perkembangan dan cell-cell kanker prostat tanpa membahayakan cell-cell prostat yang sehat.

Para peneliti mengatakan bahwa, ‘‘studi ini menunjukkan bahwa gT [gammatocopherol] memicu kematian cell dalam sebuah jalur cell kanker prostat dengan cara menganggu de novo (mulai dari awal) sistesis dari  sphingolipids.’’

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2004 di Clinica Chimica Acta, para peneliti dari India mengamati bagaimana konsumsi dari tiga jenis minyak mempengaruhi orang yang hypertensi (tekanan darah tinggi).

Studi ini menyertakan 530 orang yang diberi suatu pengobatan nifedipine (kalsium channel blocker) untuk darah tinggi. Para subjek dibagi ke dalam 3 kelompok.

Kelompok pertama, yang terdiri dari 356 orang, mendapat minyak biji wijen; kelompok kedua yang terdiri dari 87 orang mendapat minyak bunga matahari; dan kelompok ketiga yang terdiri dari 47 orang, mendapat minyak kacang tanah.

Kelompok kontrol yang terdiri dari 40 orang tidak diberi minyak apapun. Percobaan dilakukan selama 60 hari; setiap hari, para subjek mengkonsumsi minyak sebanyak 35 gram.

Dari ketiga jenis minyak, minyak biji wijen tampak paling banyak memberikan manfaat bagi cardiovascular.

Para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘minyak biji wijen menawarkan perlindungan yang lebih baik terhadap tekanan darah, profile lipid dan lipid peroxidation serta meningkatkan antioxidant enzymatic dan nonenzymatic.’’

Nah, haruskah biji wijen dan minyak biji wijen disertakan ke dalam diet?

Dalam sebagian besar kasus, biji wijen dan minyak biji wijen itu adalah suatu penambahan yang sangat bagus bagi diet.

Namun, menurut sebuah artikel yang dipublikasikan tahun 2005 di Annals of Allergy, Asthma and Immunology, terdapat peningkatan jumlah laporan mengenai ‘‘hypersensitivity terhadap biji wijen.’’

Jadi, dalam beberapa kasus, konsumen harus berhati-hati dalam menggunakan bij wijen dan minyak biji wijen.