Makanan Sehat - Paprika

Paprika atau bell peppers,, yang dikenal juga sebagai sweet pepper, bermula di Amerika Utara; varietas liar telah ada sejak 5000 Sebelum Masehi.

Ribuan tahun kemudian, para penjelajah dari Spanyol dan Portugis menyebarkan paprika ke berbagai belahan dunia lain.

Saat ini, paprika tumbuh di banyak negara. Namun, produksi komersial yang utama adalah China, Turkey, Spanyol, Romania, Nigeria, dan Mexico.

Paprika mangandung jumlah vitamin dan gizi yang luar biasa. Paprika banyak mengandung vitamin A, B6, dan C dan juga sangat banyak mengandung serat, molybdenum, vitamin K, folate, dan manganese.

Paprika mengandung potassium, tryptophan, copper, dan vitamins B1 serta E dalam jumlah yang sangat banyak. Selain itu, paprika juga mengandung beta-carotene, yaitu sejenis carotenoid (suatu zat sangat berwarna yang larut dalam lemak dan banyak terdapat di dalam berbagai makanan).

Paprika merah, terutama sangat bernutrisi. Mereka banyak mengandung phytonutrients lycopene, lutein, dan zeaxanthin juga beta-cryptoxanthin, suatu carotenoid yang berwarna oranye kemerahan.

Tapi apa kata para peniliti?

Kanker Colorectal

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2007 di The Journal of Nutrition, para peneliti Jepang menyelidiki hubungan antara asupan folate, vitamins B6 dan B12, serta methionine (suatu sulfur yang mengandung essensial amino acid), dengan resiko dari kanker colorectal pada sekelompok pria dan wanita yang berusia pertengahan.

Kelompok ini terdiri dari 81.184 subjek (38.107 pria dan 43.077 wanita) yang berpartisipasi dalam Japan Public Health Center Prospective Study dimulai dari tahun 1995 sampai tahun 1998. Para akhir tahun 2002, terdapat 526 (355 pria, 191 wanita) yang di diagnosa menderita kanker colorectal.

Hanya vitamin B6, yang banyak di temukan pada paprika, yang secara statistik, memberikan manfaat signifikan pada subjek-subjek pria.

Saat dibandingkan pada pria yang mengkonsumsi vitamin B6 paling sedikit, para pria yang paling banyak mengkonsumsi vitamin B6 memiliki sebuah pengurangan sebanyak 31 persen dalam resiko untuk terkena kanker colorectal.

Pria yang paling banyak mengkonsumsi alcohol tampaknya paling banyak mendapat manfaat ini. Hasil yang sama tidak terlihat pada wanita.

Tahun berikutnya, pada 2008, Cancer Epidemiology Biomarkers & Prevention mempublikasikan sebuah studi mengenai hubungan antara jumlah asupan dan penambahan vitamin B6 dengan kanker colorectal.

Studi yang dilakukan para peneliti Skotlandia ini menyertakan 2.028 pasien yang menderita kanker colorectal, dan 2.722 orang yang masuk ke dalam kelompok kontrol. Para peneliti mencatat, ‘‘ditemukan hubungan antara CRC [colorectal cancer] dengan jumlah asupan serta total vitamin B6.’’

Para peneliti juga melakukan suatu meta analisis dari semua studi yang dipublikasikan mengenai topik ini. Mereka menemukan bahwa jumlah asupan vitamin B6 yang lebih tinggi mengurangi resiko dari kanker colorectal sebanyak 19 persen.

Kanker Paru-paru

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2003 di Cancer Epidemiology Biomarkers & Prevention, para peneliti China mengamati hubungan antara konsumsi makanan-makanan yang banyak mengandung beta-cryptotoxanthin, misalnya paprika merah, dengan kanker paru-paru.

Antara April 1993 sampai Desember 1998, semua data dikumpulkan dari 63.257 pria dan wanita yang berusia antara 45 sampai 74 tahun yang hidup di Shanghai, China. Selama delapan tahun pertama dari follow-up, para penyedia jasa medis mendiagnosa 482 kanker paru-paru.

Para peneliti menemukan bahwa saat membandingkan antara pria dan wanita yang paling sedikit memakan betacryptotoxanthin, pria dan wanita yang paling banyak mengkonsumsi betacryptotoxanthin mengalami penurunan sebanyak 27 persen dalam resiko untuk terkena penyakit kanker paru-paru.

Bahkan para perokok sekalipun mendapat perlindungan dari mengkonsumsi makanan-makanan yang banyak mengandung beta-cryptotoxanthin.

Saat membandingkan antara para perokok yang paling sedikit mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung beta-cryptotoxanthin, para perokok yang paling banyak mengkonsumsi makanan ini punya penurunan resiko sebanyak 37 persen untuk terkena kanker paru-paru.

Para peneliti menulis bahwa penemuan mereka, ‘‘menambah keyakinan pada data hasil percobaan dan penyebaran penyakit dalam mendukung hypotesa yang menyatakan bahwa asupan ß-cryptoxanthin itu adalah sebuah agen chemopreventive untuk kanker paru-paru pada manusia.’’

Kesehatan Jantung

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2009 di Circulation, para peneliti Boston meninjau ulang hubungan antara level-level fasting plasma dari B6 dengan tingkat serangan jantung pada wanita.

Studi ini menyertakan 144 wanita yang berpartisipasi dalam Nurses’ Health Study dan pernah mengalami serangan jantung. Para peneliti menemukan sebuah hubungan yang signifikan antara level plasma dari B6 dengan serangan jantung.

Saat dibandingkan dengan wanita yang memiliki level plasma B6 terendah dengan yang memiliki level plasma B6 paling tinggi punya 78 persen penurunan terhadap resiko untuk mengalami serangan jantung.

Saat data di analisa menurut usia, wanita yang berusia 60 tahun keatas yang memiliki level tertinggi dari plasma B6 punya penurunan sebanyak 64 persen dibanding mereka yang memiliki level terendah.

Wanita yang berusia dibawah 60 tahun dengan level plasma B6 tertinggi punya 95 persen penurunan dalam resiko.

Osteoarthritis pada Lutut

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2007 di Arthritis Research & Therapy, para peneliti Australia mengamati hubungan antara jumlah asupan vitamin C dengan osteoarthritis pada lutut. (Seperti yang sudah dikatakan, paprika banyak mengandung vitamin C.)

Para peneliti memilih 293 orang dewasa yang sehat, dengan usia rata-rata 59 tahun, yang tidak mengalami sakit pada lutut. Sepuluh tahun kemudian, lutut dari para subjek ini diamati menggunakan magnetic resonance imaging (studi-studi MRI).

Para peneliti menemukan bahwa para subjek yang banyak mengkonsumsi vitamin C itu lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami degenerasi tulang yang mengarah pada osteoarthritis lutut.

Para peneliti mencatat bahwa, ‘‘Studi ini menyiratkan sebuah manfaat dari asupan vitamin C pada pengurangan dalam ukuran tulang dan jumlah sumsum pada tulang, dimana keduanya penting dalam pencegahan terhadap osteoarthritis pada lutut.’’

Selain itu, para peneliti juga mempelajari bahwa antioxidant lain, termasuk lutein dan zeaxanthin, yang ditemukan dalam paprika, itu melindungi terhadap penurunan normal yang berhubungan dengan penuaan pada lutut.

Di sisi lain, sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2004 di Arthritis & Rheumatism menyatakan bahwa, terlalu banyak vitamin C mungkin memperparah osteoarthritis pada lutut.

Para peneliti dari Duke University Medical Center memimpin sebuah penyelidikan terhadap efek-efek dari enam bulan perawatan dengan dosis vitamin C yang rendah, menengah dan tinggi pada babi (sama seperti manusia, babi tidak mampu mensintesa vitamin C.)

Para peneliti ini menyatakan bahwa kelompok yang menerima dosis vitamin C paling tinggi adalah yang mengalami osteoarthritis dan kerusakan tulang paling parah.

Katarak

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2008 di Archives of Ophthalmology, para peneliti Boston mengamati hubungan antara asupan carotenoids lutein dan zeaxanthin, yang ditemukan dalam paprika, dengan resiko dari katarak.

Para peneliti mengikuti perkembangan dari 35.551 wanita selama rata-rata 10 tahun. Selama masa tersebut, terdapat 2.031 kasus katarak.

Para peneliti menemukan bahwa wanita yang paling banyak mengkonsumsi lutein dan zeaxanthin (6.716 microgram per hari) punya penurunan resiko sebanyak 18 persen lebih rendah untuk mengembangkan katarak dibanding wanita yang mengkonsumsi paling sedikit (1.777 microgram per hari).

Mengomentari penemuan ini, para peneliti menyatakan bahwa, ‘‘jumlah asupan dari utein/zeaxzanthin yang lebih tinggi . . . dari makanan dan supplemen itu berhubungan dengan penurunan yang signifikan dari resiko katarak.’’

Peringatan!

Memanggang paprika meningkatkan level aktivitasnya. Itu membuatnya jadi lebih cenderung untuk mengikir email gigi. Setelah memakan paprika panggang, segeralah menyikat gigi atau berkumur dengan air.

Tidak semua paprika punya aktivitas antioxidant yang sama. Paprika merah adalah yang paling tinggi. Yang berikutnyadalah paprika orange; lalu diikuti oleh paprika kuning. Paprika hijau berada di urutan keempat.

Para petani cenderung banyak menggunakan pestisida pada penanaman paprika konvensional. Akan lebih baik untuk memilih paprika yang tumbuh secara organik.

Nah, haruskah paprika di sertakan ke dalam diet?

Tentu. Namun, sebagai tindak pencegahan, orang-orang yang dietnya tinggi akan vitamin C sebaiknya memakan paprika dalam skala menengah.