Makanan Sehat - Ceri

Dari sejak pertama kali anak-anak mempelajari tentang sejarah pendirian Amerika Serikat, mereka sudah mendengar tentang buah ceri.

Dan bukankah George Washington dikenal karena pernah menebang pohon ceri ayahnya?

Cerita itu begitu sering diceritakan, karena si anak kecil ini, yang tumbuh besar menjadi seorang presiden Amerika Serikat yang pertama, tidak mencoba untuk menutupinya dari kebenaran. Secara jujur, dia menceritakan pada ayahnya tentang apa yang telah dia lakukan.

Meski kisah George Washington dan pohon ceri mungkin benar atau mungkin juga tidak, tapi saat ini ceri juga dipercaya menjadi salah satu buah yang luar biasa sehat. Sebagian orang berpendapat bahwa ceri seharusnya dipertimbangkan untuk menjadi salah satu jenis dari ‘‘makanan super.’’

Buah ceri disebut-sebut sebagai buah yang bermanfaat untuk peradangan, nyeri, pencegahan kanker, dan pengaturan pola tidur; buah ceri juga mungkin memiliki kemampuan anti-aging.

Tapi, apakah hasil penelitian mendukung klaim-klaim ini?

Mengurangi Peradangan dan Nyeri

Dalam sebuah studi yang dilakukan di Johns Hopkins Hospital, Baltimore, dan dipublikasikan tahun 2004 di Behavioural Brain Research, para peneliti menguji manfaat dari anthocyanins (antioxidant flavonoids) yang diekstrak dari tart ceri pada tikus yang dipicu untuk mengalami nyeri yang disebabkan peradangan.

Mereka juga mengamati bagaimana efek dari anthocyanins jika dibandingkan dengan manfaat yang di dapat dari menggunakan indomethacin, yaitu obat anti peradangan non-steroid, dan bagaimana konsumsi dari anthocyanins mempengaruhi koordinasi gerak.

Para peneliti menemukan bahwa dosis tertinggi dari anthocyanins (400 mg/kg) mendapatkan hasil yang sebanding dengan indomethacin (5 mg/kg). Dan, bahkan pada dosis tertinggi, anthocyanins tidak mengganggu koordinasi gerak.

Para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘tart ceri anthocyanins mungkin memiliki suatu peran yang bermanfaat dalam perawatan dari nyeri akibat peradangan.’’

Sementara itu, para peneliti di University of Vermont menemukan suatu hubungan antara konsumsi dari jus tart ceri campuran dengan pencegahan dari kerusakan otot.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2006 di British Journal of Sports Medicine, 14 mahasiswa meminum 12 ons jus ceri campuran atau placebo dua kali sehari selama depalan hari berturut-turut.

Untuk menciptakan kerusakan otot, pada hari ke empat, para siswa menyelesaikan dua set dari 20 kali ulangan bicep curl. Sebelum dan empat hari setelah berolahraga, para peneliti mengukur kekuatan lengan dan nyeri otot.

Saat studi diulanggi dua minggu kemudian, para subjek yang awalnya meminum jus diganti untuk meminum placebo, dan yang awalnya meminum placebo diganti dengan jus. Olahraga diulangi pada lengan sebelahnya.

Para peneliti menemukan bahwa, ‘‘kehilangan kekuatan dan rasa nyeri secara signifikan lebih sedikit pada versi percobaan jus ceri dibanding placebo . . . . Kehilangan kekuatan rata-rata selama empat hari setelah olahraga eksentrik (olahraga yang mengejangkan otot secara paksa untuk waktu yang lama) adalah 22 persen dengan placebo, tapi hanya 4 persen dengan jus ceri.’’

Sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2003 di The Journal of Nutrition, menyelidiki hubungan antara konsumsi dari Bing sweet cherries dengan jumlah dari uric acid (urate) di dalam darah. (Level uric acid yang lebih tinggi di dalam darah itu berhubungan langsung dengan encok).

Setelah berpuasa selama satu malam, 10 wanita sehat yang berusia 22 sampai 40 tahun mengkonsumsi dua sajian dari Bing sweet cherries (280 g). Sampel darah dan urine diambil sebelum memakan ceri dan 1,5 jam, 3 jam, dan 5 jam setelah memakan ceri.

3 jam setelah memakan ceri, terdapat penurunan yang signifikan dalam level uric acid. Meski tidak signifikan, terdapat juga penurunan dalam level peradangan.

Kanker

Dalam sebuah studi Michigan State University yang dipublikasikan tahun 2003 di Cancer Letters, para peneliti memberikan makan suatu diet yang mengandung tart ceri, anthocyanins, atau cyanidin (sebuah hasil penguraian dari anthocyanins) pada tikus yang di posisikan beresiko tinggi untuk mengalami kanker usus.

Kelompok kedua dari tikus yang mirip digunakan sebagai kelompok kontrol.

Para peneliti menemukan bahwa tikus yang mengkonsumsi tart ceri, anthocyanins (yang ditemukan dalam tart ceri), atau cyanidin, mengembangkan kanker usus yang lebih sedikit dan lebih kecil. ‘‘Hasil-hasil ini menyiratkan bahwa tart ceri anthocyanins dan cyanidin mungkin mengurangi resiko dari kanker usus.’’

Sebuah studi Swedia, yang dipublikasikan tahun 2004 di Journal of Agricultural and Food Chemistry, menyelidiki efek-efek dari 10 ekstrak buah dan berrie yang berbeda, termasuk buah ceri, terhadap cell-cell kanker payudara dan kanker usus.

Ekstrak ini ternyata bisa mengurangi perkembang biakan dari kedua jenis cell-cell kanker, ‘‘dan efeknya tergantung dari tingkat konsentrasi (jumlah dosis).’’

Kesehatan Jantung, Metabolic Syndrome dan Diabetes Type 2

Selama Experimental Biology Annual Meeting tahun 2007, para peneliti dari University of Michigan Cardiovascular Center dan the University of Michigan Cardioprotection Research Laboratory mencatat bahwa asupan ceri mungkin mengurangi resiko dari penyakit jantung, metabolic syndrome, dan diabetes type 2.

Dalam penelitian, sekelompok tikus diberi makan sebuah diet yang terdiri dari satu persen whole tart cherry powder; kelompok tikus lain diberi makan sebuah diet yang 10 persennya terdiri dari whole tart cherry powder.

Satu kelompok tikus kontrol diberi makan suatu diet tanpa cherry powder, tapi dengan jumlah karbohidrat dan protein yang sama.

Setelah 90 hari, tikus-tikus yang diberi makan cherry powder punya level kolesterol total, triglycerides, insulin, dan fasting glucose yang lebih rendah. ‘‘Semua hasil pengukuran ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan metabolic syndrome.’’

Menurut ketua peneliti dari studi ini, Steven F. Bolling, MD, seorang ahli bedah jantung, ‘‘Metabolic syndrome itu adalah sekelompok ciri-ciri yang bisa sangat meningkatkan resiko anda untuk terkena penyakit jantung, stroke, dan diabetes type 2 . . . . Perubahan gaya hidup telah terbukti bisa menurunkan kemungkinan dari berkembangnya metabolic syndrome, dan ada ketertarikan yang luar biasa dalam mempelajari dampak dari makanan tertentu yang kaya akan antioxidant, misalnya ceri.’’

Pengaturan Pola Tidur dan Anti-Aging

Para peneliti mempelajari lebih lanjut mengenai bagaimana tubuh mengambil manfaat dari suatu peningkatan dalam jumlah asupan melatonin, suatu antioxidant ampuh yang dibuat di dalam kelenjar pineal di dalam tubuh.

Meski tubuh memproduksi melatonin secara natural, tapi jumlahnya mungkin tidak mencukupi kebutuhan. Selain itu, saat tubuh menua, produksinya makin berkurang. Melatonin itu dikenal memegang suatu peranan integral dalam membantu mengatur biorhythm dan pola tidur.

Tart ceri adalah salah satu dari makanan yang banyak mengandung melatonin. Dan para peneliti melatonin, misalnya Russel J. Reiter, PhD, dari University of Texas Health and Science Center, percaya bahwa tart ceri mungkin bermanfaat untuk mereka yang mengalami gangguan tidur dan mereka yang berhadapan dengan jet lag.

Bahkan, Dr. Reiter menganjurkan para penumpang pesawat untuk memakan ceri kering satu jam sebelum tidur. ‘‘Setelah tiba, makanlah ceri satu jam sebelum ingin tidur, setidaknya selama tiga malam berturut-turut.’’

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2007 di Basic & Clinical Pharmacology & Toxicology, Dr. Reiter dan para peneliti lain menyelidiki apa yang akan terjadi jika mereka memberikan melatonin selama tujuh hari pada suatu hewan diurnal (hewan yang aktif disiang hari dan tidur di malam hari).

Mereka memilih ringdoves, sejenis merpati yang memiliki bercak putih pada leher dan ujung sayap. Para peneliti mempelajari ringdoves muda yang berusia antara dua sampai tiga tahun, dan ringdoves tua yang berusia antara 10 sampai 12 tahun.

Tiga dosis melatonin yang berbeda diberikan: 0.25, 2.5, dan 5 mg/kg berat tubuh. ‘‘Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian melatonin dosis manapun, mampu mengurangi aktivitas diurnal dan nocturnal ringdove tua, pengurangan sebagian besar terjadi pada malam hari. Hewan-hewan yang muda juga mengalami penurunan aktivitas nocturnal dengan ketiga jenis konsentrasi melatonin, dimana aktivitas diurnal mereka hanya menurun dengan dosis 2.5- dan 5-mg/kg berat tubuh.’’

Para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘perawatan dengan melatonin mungkin tepat untuk meningkatkan test nocturnal, dan bermanfaat sebagai terapi untuk gangguan tidur.’’

Dan, sebuah studi pada tikus yang dipublikasikan tahun 2007 di Free Radical Research, yang menyertakan Dr. Reiter dan rekan-rekannya dari Texas di University of Granada, Spanyol, menyimpulkan bahwa melatonin membantu menetralisir oksidasi dan peradangan yang berhubungan dengan penuaan.

Para peneliti bahkan merekomendasikan bahwa pada usia sekitar 30 atau 40 tahun, orang sebaiknya mulai mengkonsumsi melatonin.

Nah, haruskah ceri menjadi bagian dari diet? Pasti.